Baju kasual dan santai sering dinilai kurang trendi dan tak sedap dinikmati. Namun, seiring berjalannya waktu, yang santai justru dicari dan memperoleh ruang sepadan.
Oleh
RIANA A IBRAHIM
·5 menit baca
Baju kasual dan santai sering dinilai kurang trendi dan tak sedap dinikmati. Namun, seiring berjalannya waktu, yang santai justru dicari dan memperoleh ruang sepadan. Sudah sewajarnya dalam kehidupan diikuti keseimbangan. Tidak selamanya sebagai manusia diburu waktu dan aneka pencapaiannya. Santai dululah sejenak....
Malam itu suasana meremang di sekitar landas peraga yang dibangun di La Piazza, Summarecon Kelapa Gading, Jakarta, Minggu (4/9/2022), dalam rangka Jakarta Fashion Food Festival (JF3) 2022. Tampilan visual dipenuhi warna galaksi, yakni biru, ungu, hitam, dan putih dengan ornamen bulan sabit membaur di layar yang melatarbelakangi landas peraga. Pieces of Magic, begitu tertulis kemudian.
Seperti sentuhan keajaiban memang. Seketika lampu menyala, satu per satu model masuk dengan balutan busana besutan jenama Tailor Moon yang didirikan Evi Natalia. Diawali dengan tanktop bertali spaghetti dengan rimpel lebar di bagian bawahnya dipadu rok span sepanjang betis dengan belahan tinggi di bagian depan.
Disusul dengan blus hitam longgar dengan detail rimpel di bagian lengan dan motif galaksi yang terpendar di layar sebelum pertunjukan dimulai. Blus ini dikombinasikan dengan celana pendek. Kemudian, ada pula gaun selutut tanpa lengan dengan aksen pita di pundak dan masih dengan motif galaksinya.
Meski di awal, busananya identik dengan dominasi warna abu dan hitam. Pada beberapa tampilan dalam koleksi ini, Evi juga memainkan warna cerah seperti kuning muda yang identik menawarkan keceriaan. Tak disangka, warna-warni motif galaksi yang hadir dalam 12 tampilan koleksinya kali ini merupakan bentuk upcycled yang dilakukannya.
”Sebagian memang dari sambung-menyambung kain sisa produksi dari Double A yang merupakan sebuah butik. Judul Pieces of Magis juga merupakan mantra dan spirit untuk selalu sadar dan berusaha menciptakan sebuah keajaiban lewat setiap pakaian yang dibuat,” jelas Evi yang konsisten mengangkat kain sisa produksi sebagai fashion statement dari jenamanya.
Pesan yang diangkat dan karyanya mengusung busana kasual yang nyaman dikenakan dan enak dipandang ini pula mampu membuatnya menjadi tiga terbaik dalam program inkubasi bertajuk Pintu Incubator. Program yang dirancang bagi para kreatif muda Indonesia dan Perancis, serta UMKM ini merupakan inisiatif dari Lakon Indonesia dan JF3 yang bekerja sama juga dengan Kedutaan Besar Perancis.
Program ini telah dimulai sejak April 2022. Ada 24 kelas bimbingan dengan 26 pengajar yang total durasinya mencapai 70 jam. Pada tahap awal, ada ratusan jenama dan desainer yang terpilih. Mengerucut pada kurasi kedua menjadi tujuh jenama. Salah satunya adalah Tailor Moon. Selanjutnya, Tailor Moon berhasil menjadi tiga terbaik yang merupakan tahapan kurasi akhir untuk mendapatkan berbagai peluang pengembangan usaha.
Selain Tailor Moon, jenama lain, yakni WGB, yang merupakan akronim dari Wah Gede Banget milik Adam Abdullah, juga berhasil menjadi tiga besar. Koleksi yang bertajuk Berani ini mengambil tema kelautan sebagai simbol keberanian yang terinspirasi dari sejarah dan kejayaan maritim Indonesia sejak abad ke-14 M. Untuk itu, warna biru tua mendominasi 12 tampilan dalam koleksi kali ini.
Motifnya pun sengaja dipilih yang lekat dengan busana anak buah kapal atau kelasi, yakni motif garis, meski sebagian lagi dikombinasikan juga dengan tenun ikat. Namun, walau ada yang dipadukan dengan tenun ikat, nuansa kasual dan santainya tetap terasa.
Dari kaus, celana pendek, celana panjang, jaket varsity, hoodie, hingga kemeja benar-benar mencerminkan kehidupan laut yang serius tapi santai atau malah sebaliknya santai tapi tak hilang seriusnya.
Sejak delapan tahun berkiprah di bidang mode, WGB memiliki pakem khusus, yaitu menyediakan pakaian untuk para pria yang bertubuh besar. Itu pula yang disuguhkan di panggung JF3. Sebanyak 12 model pria bertubuh besar memamerkan karya WGB. ”Sekaligus ajakan bagi pria bertubuh besar khususnya untuk berani melakukan perubahan yang lebih baik untuk dirinya dan menjadi versi terbaik dirinya,” ujar Adam.
Cetak gemas
Satu lagi yang kasual dan santai tapi memukau, yakni jenama Nona Rona yang dibentuk oleh Stephanie Indrajaya dan Faustine Arthaputri. Meski belum masuk tiga besar, Nona Rona yang masuk kurasi tahap kedua dan termasuk tujuh jenama yang memperebutkan posisi tiga besar.
Bagi penggemar mode yang senang dengan nuansa gemas, maka yang dihadirkan Nona Rona lewat signature print-nya yang bertajuk Plesiran ini sangat cocok. Kemunculannya dengan ragam motif kartun budaya Indonesia dari jam gadang hingga becak sungguh menggemaskan dan menyenangkan. Motif print beraneka ragam memang merupakan kekuatan dari setiap produk yang dikeluarkan jenama yang terlahir sejak awal pandemi ini.
Motif itu diejawantahkan di atas berbagai bentuk busana, dari gaun musim panas, luaran yang longgar, celana, boxy top, atasan tanpa lengan, dan aksesori berupa scarf. Kali ini, Stephanie dan Faustine juga menambahkan motif lain dalam sebagian tampilan, yakni motif floral bunga-bunga warna-warni yang ditabrakkan dengan motif garis berwarna pastel. Motif tersebut rata-rata dituangkan dalam gaun musim panas dan shirt dress yang bisa juga dipadukan juga dengan celana pendek dengan motif pelesiran tadi.
”Kami memang ingin desain yang dinamis untuk para perempuan masa kini. Tidak hanya mengikuti perkembangan mode dan zaman, tapi siluetnya juga mesti yang effortless dan mudah dipadupadankan di segala kesempatan. Karena muda itu soal jiwa, bukan usia,” ungkap Stephanie.
Jadi, bagaimana denganmu? Masih mau tenggelam dalam sibuk tak berujung hingga lupa bersantai? Yang santai nyatanya asyik untuk dinikmati kok..