Pengembang ”blockchain” kian gencar berintegrasi dengan ponsel untuk menambah adopsi pengguna. Era ponsel yang ramah ”blockchain” menanti di depan mata.
Oleh
ADITYA DIVERANTA
·5 menit baca
KOMPAS/ADITYA DIVERANTA
Tangkapan layar konferensi daring ponsel "Saga" dari pengembang rantai blok (blockchain) Solana, disiarkan secara daring di New York, Amerika Serikat, 23 Juni 2022. Solana merilis ponsel untuk menjembatani ekosistem laman 3.0 atau Web3 yang transparan dan terdesentralisasi.
Evolusi laman 3.0 atau Web3 kian melaju setelah kabar ekosistem rantai blok (blockchain) yang ingin lebih menyatu dengan ponsel. Pengembang blockchain gencar mengeksplorasi hal ini demi mewujudkan adopsi Web3 yang makin ”ramah” hingga ke ekosistem ponsel.
Upaya tersebut digaungkan oleh Anatoly Yakovenko, pendiri blockchain Solana, akhir Juni 2022, di New York, Amerika Serikat. Anatoly mengumumkan peluncuran ponsel Saga, sebuah ponsel yang digadang-gadang dapat berintegrasi secara mudah di ekosistem Web3. Adapun Web3 adalah fase evolusi internet yang terdesentralisasi dan transparan melalui jejaring blockchain.
Saga beroperasi seperti banyak ponsel bersistem operasi Android saat ini. Namun, ia dilengkapi dengan sejumlah fitur yang melancarkan integrasi dalam beragam aplikasi Web3. Fitur tersebut meliputi Seed Vault, Mobile Wallet Adapter, dan Solana Pay.
Seed Vault berfungsi untuk mengamankan private key yang pengguna miliki di dompet digital kripto pada blockchain. Sementara Mobile Wallet Adapter berguna untuk memudahkan proses transaksi dari aplikasi Web3 ke ponsel. Kemudian, Solana Pay menjadi perangkat baru untuk pembayaran tertentu yang berjalan di blockchain Solana.
Tangkapan layar konferensi daring ponsel "Saga" dari pengembang rantai blok (blockchain) Solana, disiarkan secara daring di New York City, Amerika Serikat, 23 Juni 2022. Solana merilis ponsel untuk menjembatani ekosistem laman 3.0 atau Web3 yang transparan dan terdesentralisasi.
Belum lama ini pula, Polygon, jaringan blockchain lapisan kedua di Ethereum, mengumumkan kemitraan dengan produsen ponsel Nothing untuk integrasi ke ekosistem Web3. Hal tersebut dimulai dengan rilisnya aset non-fungible token (NFT) bertema khusus sebagai tanda keanggotaan pada 12 Juli silam serta menunggu rilisnya seri ponsel ”Nothing Phone (1)” di pasaran.
Vice President of Growth untuk Polygon Arjun Kalsy mengatakan, langkah yang kini telah berjalan yaitu memberikan akses ke berbagai aplikasi di ekosistem Polygon untuk ponsel Android. Nantinya, pengguna Nothing Phone pun dapat turut mengakses aplikasi dan gim yang berbasis Web3.
”Tujuan akhir dari hal ini adalah agar produk Nothing Phone serta ragam ekosistemnya siap dan aman dalam mengakses layanan di Web3,” tutur Kalsy, seperti dilaporkan oleh Analytics Insight.
Kabar integrasi ponsel dengan ekosistem Web3 dari Solana dan Polygon menandai gaung kehadiran ponsel ”ramah” blockchain atau blockchain-native phone. Hal yang sebenarnya bukan tergolong barang baru karena sudah pernah dicetuskan oleh sejumlah produsen ponsel.
Tangkapan layar dari tampilan ponsel "Saga" yang dikembangkan oleh penyedia rantai blok (blockchain) Solana, disiarkan secara daring di New York, Amerika Serikat, 23 Juni 2022. Solana merilis ponsel untuk menjembatani ekosistem laman 3.0 atau Web3 yang terdesentralisasi.
Ponsel ramah blockchain sejatinya sudah sempat tercetus pada 2018. Kala itu, sejumlah produsen, seperti HTC dan Samsung, sempat mencetuskan ponsel yang dapat berintegrasi dengan blockchain.
HTC, misalnya, telah merilis ponsel seri Exodus yang juga berfungsi sebagai dompet digital untuk beberapa aset kripto. Seiring waktu, seri ponsel itu tidak cukup populer dan kurang mengundang adopsi pengguna di ekosistem Web3.
Meski begitu, Anatoly meyakini penggunaan ponsel hari-hari ini makin masif. Dia yang pernah bekerja untuk Qualcomm selama 12 tahun ini memandang, perkembangan ponsel harus seiring dengan evolusi dari Web2 ke Web3.
Keyakinan itu juga didasari pada aktivitas yang sangat besar di blockchain Solana. Anatoly menyebutkan, hingga pertengahan 2022, ada 2 juta pengguna dompet, 100.000 kreator atau pengembang aplikasi Web3, serta hampir 15 juta NFT tercatat di blockchain Solana.
”Saya tidak tahu, entah mungkin tiga tahun dari sekarang, bisa jadi (peningkatan) itu terjadi pada kripto. Saya pikir ini waktunya kripto makin bergerak ke ponsel,” ujar Anatoly.
Mewadahi wacana mengenai seni rupa digital dan teknologi blockchain yang berkembang belakangan ini, Art Jakarta berkolaborasi dengan Solana menampilkan pameran NFT sebagai bagian dari Art Jakarta Gardens 2022 di Hutan Kota by Plataran Senayan, Jakarta, Sabtu (9/4/2022).
Kebutuhan
Pakar blockchain dan pendiri Nusantara Chain Muqorobbien Marufi menuturkan, ponsel ramah blockchain menjadi kebutuhan agar ekosistem Web3 makin masif. Selama ini aplikasi Web3 kerap tidak ramah pengguna karena harus melalui cara otentikasi yang rumit, seperti adanya sistem kunci privat (private key) pengguna di dalam blockchain.
Pria yang akrab disapa Robbien ini menjelaskan, Web3 memang bekerja secara berbeda dibandingkan dengan platform Web2 yang terpusat. ”Konsep Web3 yang terdesentralisasi itu membuat halangan besar bagi pengguna baru untuk masuk. Harus belajar dulu sehingga yang masuk hanya orang-orang yang sudah paham saja,” ucap Robbien.
Dengan ponsel yang terintegrasi blockchain, adopsi terhadap ekosistem Web3 bisa jadi lebih mudah. ”Beberapa hal dibuat lebih mudah sehingga orang yang baru masuk Web3, berbagai aktivitas di Web3 bisa diselesaikan dari ponsel,” kata Robbien.
Konsep semacam itu dijalankan ponsel Saga dari Solana. Mobile Engineering Lead dari Solana Labs Steven Laver menyampaikan, salah satu permasalahan di Web3 adalah aktivitas pengguna kerap terbatas di laptop atau komputer. Dengan ponsel Saga, aktivitas seperti transaksi NFT hingga bermain gim di Web3 juga bisa dilakukan secara mudah.
Tangkapan layar konferensi daring ponsel "Saga" dari pengembang rantai blok (blockchain) Solana disiarkan secara daring di New York, Amerika Serikat, 23 Juni 2022. Solana merilis ponsel untuk menjembatani ekosistem laman 3.0 atau Web3 yang transparan dan terdesentralisasi.
Hal semacam ini menjadi harapan sebagian pengguna di blockchain Solana. Benny Hawe (41), kreator NFT di Solana sejak Mei 2022, mengakui aktivitas di Web3 selama ini cukup rumit dilakukan dari laptop.
Benny harus menginstal aplikasi dompet kripto di browser laptop tertentu. Hal itu membuat dia hanya bisa bertransaksi di satu browser tersebut. Terkadang, tampilan dari aplikasi di dompet kripto juga berproses lambat saat mengakses laman lokapasar NFT tertentu.
”Kalau bertransaksi dari ponsel Solana, harapannya semua aplikasi Web3 dan dompetnya bisa terintegrasi. Bisa buka lokapasar NFT dengan lancar tidak ada kendala,” kata Benny.
Selain itu, Benny juga berharap jejaring blockchain bisa saling terbuka untuk bertransaksi secara lintas blockchain. Hal ini dinilai lebih dibutuhkan kreator dan kolektor NFT.
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO (TOK)
Mewadahi wacana mengenai seni rupa digital dan teknologi blockchain yang berkembang belakangan ini, Jakarta Gardens berkolaborasi dengan Solana menampilkan pameran NFT sebagai bagian dari Art Jakarta Gardens 2022.
Risiko pengguna
Robbien mengingatkan, kemudahan ponsel ”ramah” blockchain juga tetap membawa risiko kepada pengguna, terutama saat perangkatnya hilang. Otomatis, aset-aset di blockchain yang ada perangkat tersebut ikut dicuri.
Itu artinya, penggunaan ponsel blockchain harus dibarengi dengan kehati-hatian dari pengguna. Jangan sampai terjadi keteledoran yang menyebabkan private key atau kata sandi bocor sehingga aset pribadi di dalam blockchain menjadi tidak aman.
”Kemudahan dari ponsel blockchain itu harus dibarengi tanggung jawab dari pengguna. Jangan sampai terjadi kebocoran data yang merugikan diri sendiri. Sebab, dalam Web3, kebocoran kerap kali terjadi karena human error,” ujarnya.