Tetap berjalan mengikuti jadwalnya selama 2 tahun ini mengadakan pergelaran busana secara virtual, Seba—sapaan akrab Sebastian Gunawan—kembali menggelar perhelatan secara langsung yang merupakan ”show” tahunan rutinnya.
Oleh
RIANA A IBRAHIM
·5 menit baca
Di era masa kini, jalan bagi perempuan untuk menentukan kendali diri kian terbuka walau belum seutuhnya. Namun, upaya perempuan untuk menegaskan jati dirinya sudah berjalan berdekade silam. Sebastian Gunawan bersama Cristina Panarese membangkitkan gelora para perempuan tangguh yang menginspirasi.
Tetap berjalan mengikuti jadwalnya selama dua tahun ini mengadakan pergelaran busana secara virtual, Seba—sapaan akrab Sebastian Gunawan—kembali menggelar perhelatan secara langsung yang merupakan show tahunan rutinnya. Bertajuk Sebastian Gunawan Signature Annual Show 2022/2023: Golden Muse, Seba memilih Ballroom Hotel Mulia sebagai panggung karyanya pada Selasa (19/7/2022) malam itu.
Terakhir kali, Seba menampilkan koleksinya secara langsung pada Maret 2020, beberapa hari sebelum pembatasan karena pandemi diberlakukan. Saat itu, tema yang diusungnya juga terkait dengan perempuan yang bebas memilih pakaiannya tanpa perlu takut stigma dengan judul Fly for Freedom.
Kali ini, bentuk kebebasannya dimaknai dari karya seniman legendaris Gustav Klimt yang berasal dari Austria. Sekitar tahun 1880-an, Klimt mengawali kariernya. Memasuki akhir 1890-an, kariernya kian moncer dengan lukisan beraliran art nouveau yang selalu menggambarkan sosok perempuan dengan berbagai judul.
Lukisan yang sangat tenar, yakni Judith I (1901), The Kiss (1907), dan Portrait of Adele Bloch-Bauer (1907), diyakini mengambil inspirasi dari dua perempuan atau muse yang disebut pernah dekat dengannya, yakni Adele Bloch-Bauer dan Emilie Floge. Keduanya merupakan perempuan yang menganut nilai kebebasan dan berani mendobrak pakem pada zaman itu.
”Semangat itu yang ingin ditularkan. Mengacu pada Adele dan Emilie yang merupakan perempuan pada zaman itu dengan pola pikir yang sangat maju, tidak hanya dalam idealistik pemikirian, tetapi juga berpenampilan. Mereka mengubah konsep berpakaian dengan yang lebih modern pada zamannya. Seandainya muse itu masih eksis, dia akan seperti apa sih. Itu yang menjadi konsep koleksi kali ini,” ujar Seba saat dijumpai di studionya di Jakarta, Selasa (12/7/2022).
Puluhan tampilan dalam koleksinya kali ini cukup variatif mirip dengan beberapa karyanya sepanjang dua tahun belakangan. Desain longgar terus dilanjutkannya dalam baju-baju yang disuguhkan di atas landas peraga yang hanya berupa lantai putih bersih sehingga membuat mata langsung terpaku pada busana besutannya.
Namun, pembukanya adalah gaun mini bersiluet A mengembang dan bagian atasnya dibuat pas badan dengan kerah tinggi dan lengan 3/4. Disusul gaun panjang berbahan tulle dengan motif garis abstrak berpadu dengan blazer crop yang sepertinya sengaja didesain terbalik. Kancing dan kerahnya sengaja diletakkan di bagian belakang sehingga tampak depannya seperti berkerah tinggi.
Selain gaun-gaun yang sengaja dibuat longgar menjuntai, Seba dan Cristina menampilkan juga aneka gaun dengan konsep kerutan yang bertumpuk sebagai detail, baik di bagian bawah gaun maupun pada seluruh gaun. Bagian lengan pun ada yang dibuat gelembung dengan bagian bahu yang tegas, seperti diberi bantalan bahu.
Untuk potongan longgar dan bertumpuk ini, sebenarnya juga mengacu pada lukisan Klimt. Para muse dalam lukisannya selalu digambarkan mengenakan pakaian yang tampak seperti selimut, berjuntai, bertumpuk, dan kerap berbahu terbuka. Siluet pakaian-pakaian tersebut lalu diterjemahkan ke dalam bentuk rancangan yang wearable, high fashion, dan relevan dengan taraf pemikiran fashion saat ini.
Sementara pemilihan crop top, crop jaket, atau crop blazer ini mengikuti perkembangan dunia mode yang kini banyak menyuguhkan jenis gaya semacam itu. Paduan gaun, celana, atau rok, dengan model crop ini, dirasa mewakili kebebasan perempuan di masa kini. Metode see through atau menerawang juga diterapkannya lagi dengan alasan tertentu.
”Ini sekaligus menunjukkan bahwa seksi atau menarik itu tidak harus serba terbuka. Lewat see through ini, kan, tetap terlihat elegan dan anggun walau, misal, dalamnya gaun mini atau atasan yang terbuka. Tapi, Adele dan Emilie ini juga banyak menggunakan gaun dengan material yang menerawang,” ucap Seba.
Menariknya, motif yang ditatahkan Seba pada koleksinya kali ini mengutip mirip dengan lukisan Klimt, juga dengan gaya Adele dan Emilie yang sesungguhnya. Seperti sebuah gaun panjang dengan motif geometris berbentuk segitiga hitam dan emas di sepanjang gaun itu mirip dengan gaun yang dikenakan Emilie ketika dipotret di Studio Madame D’Ora-Benda, Viena, Austria, pada 1909.
Namun, ada juga yang memang menghidupkan lagi gaun Emilie tersebut nyaris sama persis. Gaun putih menerawang dengan lengan panjang yang dibuat bertumpuk, begitu pula dengan bagian bawah gaun yang juga bertumpuk. Motif geometris berbentuk segitiga pun diletakkan di sepanjang bawah leher hingga atas payudara dan memanjang antarlengan. Pembedanya ada pada gaun mini berdesain kemben di balik gaun panjang menerawang. Sementara yang dikenakan Emilie gaun dalamnya tetap sama panjang, juga pada lengannya.
Detail motif seperti sulur-sulur khas art nouveau, geometris, juga floral abstrak yang banyak muncul pada koleksi kali ini menguji keahlian dan ketelitian seorang Seba. Hampir semuanya dikerjakan langsung dengan tangan menggunakan teknik yang cukup rumit dengan memanfaatkan guntingan eco-leather, bulu-bulu, manik-manik, dan potongan sequins yang disusun berpola.
Bahan yang dikenakan dalam busana kali ini tidak hanya tulle, tetapi juga crepe, taffeta, dan jacquard. Pemilihan warna pun seakan otentik dengan lukisan Klimt dari putih, hitam, biru, merah, merah muda, kuning kunyit, ungu, hingga warna metalik, seperti perak dan emas. Ada pula yang sengaja dipadukan, seperti warna pelangi dengan memanfaatkan manik-manik yang disusun sepanjang gaun.
Dalam koleksi kali ini, Seba menepati janjinya untuk membiarkan perempuan menegaskan jati dirinya. Bagi yang manis tapi unik, gaun atau setelan dengan atasan berlengan gelembung besar dengan bahu tinggi bisa dipilih. Untuk si tak mau ribet, maka gaun mini atau setelan celana menarik diambil. Sejumlah tampilan pun fleksibel dikenakan dalam acara formal ataupun semiformal meski dominasinya tetap untuk berpesta.
Ya, berpesta merayakan kebebasan bagi perempuan untuk tidak gentar berpikir maju. Layaknya serbuk peri yang bisa memberikan keajaiban, Seba pun mengantarkan cara ajaib lewat karyanya untuk menggugah para perempuan.