Mainan anak-anak bisa memberi kegembiraan sekaligus pembelajaran. Agar masa belajar anak usia dini makin baik, anak butuh mainan yang membantu belajar dari sisi kognitif, emosional, sosial, dan fisik.
Oleh
SOELASTRI SOEKIRNO
·3 menit baca
Mainan anak-anak bisa memberi kegembiraan sekaligus pembelajaran. Agar masa belajar anak usia dini makin baik, anak butuh mainan yang membantu belajar dari sisi kognitif, emosional, sosial, dan fisik. Hal itu disampaikan psikolog anak dan remaja Cecillia Sinaga pada temu wicara bertema ”Manfaat Mainan sebagai Media Pembelajaran untuk Anak Usia Dini” pada Kamis (16/6/2022) di Jakarta.
Menurut Cecillia, mainan melatih kognitif anak karena bisa menstimulasi daya pikir dan daya ingat, mengasah kemampuan pemecahan masalah dan kreativitas berpikir. Mainan juga bisa mendukung kemampuan belajar daya ingat, kemampuan berpikir, serta mengenal warna sehingga segala sesuatu informasi yang masuknya di otak bisa dibilang kepintaran.
Tak hanya itu, mainan juga bisa melatih emosional anak sehingga ia bisa mengekspresikan emosinya. ”Gimana anak mengekspresikan emosi. Kalau marah, boleh enggak sambil pukul meja atau lempar barang ke ibu, atau jedukin kepala, nah anak harus tahu,” kata Cecilia.
Dari sisi sosial, mainan bisa meningkatkan rasa percaya diri, empati, interaksi sosial, dan bekerja dalam tim. Sementara dari segi fisik, mainan bisa menstimulasi gerak tubuh anak, melatih keseimbangan, fokus, dan konsentrasi.
Akan tetapi, menurut Cecillia, untuk mencapai tujuan tersebut, anak tidak bisa dibiarkan bermain sendiri. Harus ada teman bermain, bisa teman seusianya atau ibunya. ”Bermain harus berdua, kalau main sendirian yang terstimulasi satu arah doang, dia sibuk cari sesuatu atau utak-atik. Kalau berdua bisa saling interaksi, sehingga, anak jadi lebih fokus dan ada kontak mata, serta ada rasa ingin tahu,” ujar Cecille.
Ia juga menyatakan, anak bukan sebuah beban bagi orangtua. Punya anak merupakan sebuah perjalanan dan tumbuh kembangnya tidak bisa diulang sehingga anak butuh bermain dan berinteraksi dua arah dengan orangtua.
Sesuai usia
Meski ada berbagai jenis mainan, Cecillia mengingatkan para orangtua untuk memilihkan mainan tepat sesuai usia anak. ”Main itu harus ada tujuannya, enggak hanya cuma senang, tapi enggak dapat pengalaman apa-apa. Sayang sekali, anak cuma eksplorasi, tapi kalau anak punya mainan khusus, apalagi mainan edukasi, anak-anak jadi terstimulasi sesuai usia perkembangannya,” ujarnya.
Berkait dengan pentingnya kegiatan bermain dan punya alat bermain sesuai kebutuhan, Toys Kingdom lewat program Toys for Kids 2022 menyerahkan 500 mainan beragam jenis kepada enam pendidikan anak usia dini (PAUD) di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur.
Mengenai bantuan itu, General Manager Marketing Communication PT Toys Games Indonesia Ellen Widodo mengatakan, pihaknya mengajak pelanggan Toys Kingdom ikut berpartisipasi. Caranya, mereka membeli mainan favorit dengan harga khusus untuk didonasikan. Program berlangsung dari Desember 2021-Januari 2022 di toko Toys Kingdom se-Jabodetabek. ”Program ini mendapat antusiasme cukup baik sehingga terkumpul lebih dari 500 mainan edukatif,” ujar Ellen.
PAUD di Sikka dipilih menjadi penerima permainan karena sebagian anak di wilayah itu mengalami stunting. Untuk menstimulasi perkembangan mereka secara fisik dan emosional, perusahaan menyerahkan bantuan tersebut. Sebagian jenis mainan yang diberikan berjenis puzzle, sesuai bagi anak berusia 4 tahun untuk mengeksplorasi dan mengasah kreativitas serta daya konsentrasi.
Kepala sekolah PAUD St Matilda, Lince, menyatakan, para siswanya sangat bahagia menerima pemberian mainan itu. ”Mereka sangat senang. Kami berterima kasih karena sudah membantu para guru untuk lebih aktif kreatif memfasilitasi anak sesuai umur mereka,” ujarnya. Sebelumnya, kekurangan alat permainan mereka atasi dengan membuat mainan dari bahan yang ada di lingkungannya.
Menurut Kepala Dinas Pendidikan, Kepemudaan, dan Olahraga Kabupaten Sikka Heri Sales, jumlah PAUD di Sikka ada 335 lembaga, dengan siswa 9.050 anak. Sebagian PAUD dibuat karena inisiatif masyarakat, difasilitasi kepala desa, dan dusunnya.