Karyawan Muda Korsel Enggan Kembali ke Tradisi Nongkrong Usai Jam Kantor
Dua tahun bisa menikmati banyak waktu luang sendiri membuat sebagian pekerja muda Korea Selatan enggan kembali ke "hoeshik". Tradisi nongkrong, makan, dan minum usai kerja bersama sejawat itu dianggap buang-buang waktu.
Oleh
LUKI AULIA
·5 menit baca
Jang (29), pekerja muda di Seoul, Korea Selatan, justru kurang senang ketika pemerintah Korea Selatan mencabut kebijakan pembatasan dan ketentuan pembatasan jam operasional bar dan restoran terkait pandemi Covid-19. Ia khawatir kebebasan menikmati waktu luang untuk dirinya sendiri selama masa pandemi akan hilang.
Berakhirnya kebijakan pembatasan dan menjaga jarak di tempat umum berarti kembalinya tradisi "hoeshik". Tradisi itu berupa jamuan makan dan minum di kantor setelah jam kerja. “Masalahnya, hoeshik itu termasuk bagian dari kehidupan kerja, tetapi tidak dibayar,” kata Jang yang tinggal dan bekerja di Seoul itu kepada kantor berita Reuters, Rabu (27/4/2022).
Pekan lalu, Pemerintah Korsel mencabut kebijakan pembatasan jam malam di bar dan restoran. Pemerintah juga mencabut aturan pembatasan berkumpul maksimal 10 orang. Dengan demikian, kantor-kantor akan kembali menghidupkan kembali tradisi hoesnik.
Bagi anak muda seperti Jang, budaya nongkrong bareng di kantor itu hanya mengganggu waktu pribadi karyawan. Kembali hoeshik berarti mewajibkan ia begadang lagi setelah lelah bekerja seharian. Dan kegiatan itu bisa sampai tengah malam bahkan dini hari. Ia tak mau disebutkan nama lengkapnya agar tidak diketahui rekan dan atasannya itu
“Bagian terburuk dari tradisi makan malam setelah bekerja itu adalah kita tidak tahu kapan itu akan berakhir. Setelah makan, lalu minum dan itu bisa sampai larut malam atau bahkan hampir pagi,” kata Jang.
Sebelum pandemi Covid-19, waktu karyawan banyak terkuras untuk kegiatan yang berkaitan dengan kantor. Selain hoeshik, karyawan juga harus ikut acara kumpul-kumpul perusahaan seperti retret atau hiking pada akhir pekan. Semua dilakukan bersama rekan-rekan sekantor. Ketika pandemi melanda Korsel sejak awal 2020, kegiatan-kegiatan itu ditiadakan sehingga karyawan memiliki banyak waktu untuk dirinya sendiri.
“Sekarang karyawan tahu bagaimana rasanya bisa punya waktu luang untuk diri mereka sendiri dan perusahaan akan kesulitan mengembalikan tradisi itu,” kata Guru Besar Pemasaran di Universitas Perempuan Sookmyung di Seoul, Suh Yong-gu.
Survei operator situs web perekrutan tenaga kerja, Incruit Corp, yang dilangsung baru-baru ini, menunjukkan, hampir 80 persen responden menilai tradisi makan-makan perusahaan tempat mereka bekerja sudah berubah selama pandemi Covid-19. Mayoritas karyawan senang dengan perubahan itu. Aspirasi ini merata terutama pada karyawan muda.
Jang, misalnya, selama dua tahun terakhir senang karena terbebas dari hoeshik. Ia bisa menghabiskan lebih banyak waktu untuk membersihkan rumahnya, memasak makan malam yang enak, dan berolahraga.
Kim Woon-bong (30), yang mulai bekerja di kantor pemerintah kota pada tahun lalu, merasa dirinya beruntung karena tidak harus mengikuti tradisi hoeshik yang sifatnya wajib itu. “Saya suka makan bersama pas jam makan siang karena saya tahu persis kita harus selesai makan jam 1 dan harus kerja lagi. Tetapi kalau hoeshik kan tidak tahu kapan selesainya. Saya harap hoeshik tidak ada lagi karena toh selama dua tahun ini juga tidak ada,” ujarnya.
Perasaan sama diungkapkan Ji Yeong-gyu (34), pekerja di perusahaan Samsung. Sejak pandemi, saya lebih senang menikmati waktu untuk diri sendiri dengan olahraga. Saya khawatir tradisi hoeshik ini malah akan mengganggu gaya hidup sehat saya yang baru ini,” katanya.
Berbeda dengan karyawan muda yang tidak menikmati makan malam setelah jam kantor, karyawan senior umumnya senang dengan tradiri itu. Mereka meyakini pertemuan-pertemuan informal seperti hoeshik itu penting karena menjadi sarana efektif membangun ikatan sesama rekan kerja.
“Ini bisa menjadi konflik lain antara generasi lama dan generasi baru. Jika pun tradisi makan-makan dan kumpul-kumpul akhir pekan ini masih bisa dipertahankan, mungkin tidak akan bisa sesering dulu karena masih banyak kantor yang belum menerapkan kerja dari kantor sepenuhnya,” kata Suh, seorang karyawan lainnya
SK Telecom Co Ltd, misalnya, mengoperasikan ruang kerja baru dan memberikan pilihan kepada karyawannya apakah akan bekerja dari rumah, di kantor, atau di ruang kerja kecil yang sudah dibuka oleh perusahaan.
“Kami tidak memiliki panduan khusus mengenai tradisi jamuan makan malam perusahaan, tetapi itu akan jarang terjadi karena banyak karyawan bekerja dari rumah. Kami tidak mempermasalahkan dia kerja dari mana atau seberapa sering ke kantor selama bisa membantu meningkatkan efisiensi mereka,” kata seorang pejabat perusahaan yang tidak mau disebutkan namanya.
Sejak kebijakan pembatasan dicabut, berbagai bar dan restoran kebanjiran pesanan untuk acara makan dan minum-minum kantor. Harian the Korea Herald, 2 November 2021, menyebutkan ada restoran bebakaran Korea di distrik Mapo, salah satu kawasan nongkrong terkenal di Seoul, yang sudah tak menerima pesanan lagi karena sudah full-booked oleh rombongan 6-8 orang sampai bulan depan. Orang-orang ternyata sudah mulai memesan sejak November lalu.
Perusahaan-perusahaan minuman beralkohol juga kebanjiran pesanan dari restoran-restoran. “Saya tidak sabar kumpul-kumpul hoeshik lagi. Saya harap, saya dan teman-teman satu tim bisa berkomunikasi dan bekerja lebih baik lagi dengan cara ini,” kata Chae (40) yang bekerja di perusahaan elektronik.
Tradisi hoeshik itu bukan sekadar buang-buang waktu untuk minum-minum sampai mabuk. Namun tradisi itu merupakan cara terbaik untuk meningkatkan kualitas komunikasi dan memperkuat kerja tim.
Bagi Chae, tradisi hoeshik itu bukan sekadar buang-buang waktu untuk minum-minum sampai mabuk. Namun tradisi itu merupakan cara terbaik untuk meningkatkan kualitas komunikasi dan memperkuat kerja tim. Lagipula, ini juga menjadi kesempatan baik untuk saling mengenal, apalagi bagi pekerja yang baru diterima tahun ini.
Lim (33), tidak yakin hoeshik akan hilang begitu saja gara-gara "mati" selama pandemi dua tahun ini. Alasannya, hoeshik sudah menjadi bagian dari kehidupan perkantoran Korsel sejak dulu. “Kebiasaan-kebiasaan yang tidak sehat selama hoesik, seperti misalnya berbagi gelas atau yang lainnya pasti akan bisa hilang karena kebiasaan hidup sehat selama ada Covid-19. Tetapi tradisi hoeshik tidak akan hilang sampai kapan pun,” ujarnya. (REUTERS)