Kesenian dan kerajinan tangan dapat menjadi sarana pelepas stres. Jika dikembangkan, bahkan memberi manfaat baru bagi siapa pun untuk mengembangkan kreativitas.
Oleh
IRMA TAMBUNAN
·3 menit baca
Bunga telang, kunyit, dan perasan jeruk nipis berpadu di atas selembar kertas di hadapan Ratu (12). Keindahan karya goresan tangannya disempurnakan oleh beragam warna dari bahan-bahan alam tersebut. Melihat harmoni pada hasil karyanya, ia pun beberapa kali tampak tersenyum.
Mimpi Ratu untuk mengembangkan bakat seninya makin terbuka. Sabtu (12/3/2022), Ratu mendapatkan ilmu baru pewarnaan alam lewat pelatihan melukis warna alam di sela-sela ajang pameran seni dan kriya ”Kebun Kriya” di halaman belakang Kedai Broyat, Jambi, Sabtu (12/3/2022).
Sang instruktur, Dina Adelya, pemilik usaha kriya Ayumu Gendout’s, melatih para peserta meracik bahan-bahan warna tersebut. Bunga telang yang berwarna biru berubah menjadi ungu setelah dicampurkan perasan jeruk nipis. Air bunga telang dicampur air kunyit menghasilkan warna hijau. Racikan antarwarna itu akhirnya menghasilkan biru, kuning, hijau, coklat, dan ungu.
Tak jauh dari situ, Putri (21) dari komunitas Teman Tuli juga tampak gembira. Pertama kalinya ia belajar menganyam membuahkan hasil menggembirakan. Setelah dipandu instruktur usaha kerajinan tangan Gonau Craft, ia berhasil menyelesaikan jalinan anyaman pot kecil setelah satu jam lamanya.
Karena lega berhasil menyelesaikan tantangan, pot anyaman itu pun dipeluk-peluknya seolah gemas. Dengan bahasa isyarat, ia pun menggerakkan kedua tangan memberi tanda ucapan terima kasih kepada sang instruktur.
Besarnya antusiasme publik mengikuti rangkaian pelatihan kreatif, kata psikolog dari Omah Sejiwa, Nova Rinci Astuti, menjadi sarana ideal memperkenalkan seni kepada anak muda. Dalam sesi dialog, ia pun menyebutkan kesenian dan kerajinan tangan dapat menjadi sarana pelepas stres. Jika dikembangkan, bahkan memberi manfaat baru bagi siapa pun untuk mengembangkan kreativitas.
Kesenian dan kerajinan tangan dapat menjadi sarana pelepas stres.
Kedua pelatihan itu digelar dalam rangkaian Kebun Kriya, ajang pertama pasar seni indie di Kota Jambi. Pasar seni itu mewadahi karya komunitas dan kreativitas lokal, mulai dari jenis produk seni, kriya, hingga kuliner. Para pelaku seni melebur di tengah halaman Kedai Broyat bagaikan tengah menikmati pesta kebun.
Sore harinya, aneka lampu temaram menghiasi taman itu. Aneka ragam kuliner streetfood disuguhkan untuk mengganjal perut para penikmat seni. Sejumlah anak muda lainnya menggelar ragam demo langsung, mulai dari trik tato hingga membangun sketsa.
Kebun Kriya lahir dari ide lima perempuan muda seniman lukis dan kriya. ”Cita-cita kami ingin memanggungkan ragam karya kreatif lokal dan meleburkannya ke ruang publik,” ujar Dina, salah satu inisiator Kebun Kriya. Pasar seni itu diikuti 55 merek lokal di bidang seni kerajinan tangan, seni lukis, grafis, fashion, dan kuliner.
Ketua Komite Ekonomi Kreatif Provinsi Jambi Berlian Santoso mengapresiasi lahirnya pasar seni yang memanggungkan karya-karya indie. Langkah itu diharapkan melahirkan wajah-wajah baru dalam dunia kreativitas. ”Selama ini kerajinan tangan identik dengan kerjaan orang tua. Ternyata, ada anak-anak muda yang menggeluti dan mengembangkan karyanya. Ini sudah selayaknya didukung,” ujarnya.
Kepala Seksi Pengembangan Manusia Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Provinsi Jambi Dody menilai ajang itu bisa menjadi salah satu agenda rutin pariwisata Jambi. Dengan demikian, karya anak-anak muda bisa makin tumbuh dan berkembang.