Petugas satuan pengamanan, terutama di wilayah perkotaan, makin banyak saja pekerjaannya. Mereka tak hanya melindungi warga, tetapi juga jadi tumpuan urusan lainnya, mulai dari menjawab pertanyaan acak, memarkir mobil, mengusir ular, sampai menginformasikan jajanan. Mereka menyatu dengan segala segi kehidupan warga.
”Kenapa, sih, orang kalau melihat satpam bawaannya ingin nanya? Gue pernah, nih, lagi mau beli bubur ayam, pakai seragam satpam. Tiba-tiba ada yang nyamperin, ’Bang, mau nanya, dong. Ruko sebelah yang punya siapa, ya?’ Ya, mana gue tahu. Kalau satpamnya, gue kenal,” kata Rio Dumatubun dengan nada makin meninggi di panggung final kompetisi lawakan tunggal Stand Up Comedy Indonesia (SUCI) IX Kompas TV pada Mei 2021. Juri terbahak-bahak. Lawakannya kena.
Saat kompetisi berlangsung, Rio masih bekerja sebagai petugas satpam di sebuah bank milik negara. Selama hampir 17 tahun bekerja sebagai satpam, banyak hal yang dia amati dari pekerjaannya. Pekerjaannya sehari-hari tak cuma menjaga keamanan, tetapi juga urusan-urusan lain. Hasil pengamatannya itu dia pakai sebagai materi lawakan, dan dia jadi juara pertama dengan hadiah mobil. Jadilah Rio berpredikat ”satpam yang punya garasi”.
”Sebelum ikut SUCI, gue sebenarnya cuma punya sedikit materi tentang satpam. Cuma tiga menit. Itu yang gue pakai waktu audisi dan lolos. Nah, teman-teman di komunitas menyarankan gue untuk menulis lebih banyak materi pengalaman gue sebagai satpam. Ternyata banyak banget yang lucu,” kata Rio, Jumat (25/2/2022).
Di kantornya, Rio bertugas di depan pintu. Dia membukakan pintu untuk nasabah dan mengarahkan mereka sesuai kebutuhan. Itu hal biasa. Tetapi, di luar itu, banyak ”tugas” lain yang dia jabani. Yang paling sering adalah diminta tolong karyawan mengambil pesanan makanan.
”Bukan cuma itu, kalau internet mati, gue yang disuruh telepon provider-nya. Listrik mati, gue yang disuruh benerin, padahal gue enggak ngerti soal listrik. Sering juga, tuh, disuruh beliin popok bayi. Kayaknya mereka (karyawan dan atasan) melihat kita (satpam) sebagai orang rendahan yang pantas disuruh-suruh aja, gitu,” katanya tertawa getir.
Di luar urusan ”remeh-temeh” itu, Rio juga pernah merasa jadi satpam sebenar-benarnya. Bersama polisi, sopir, dan kasir, Rio pernah diminta mengawal pengiriman uang ke kantor cabang. Meski terkesan heroik, lagi-lagi dia menemukan kegetiran. ”Deg-degan juga itu. Bawa uang segitu, tapi senjata saya cuma pisau dan bismillah,” ujar Rio yang setelah menang SUCI memutuskan jadi komedian tunggal sepenuhnya, menggantung seragam satpam yang masih baru.
Pekerjaan ”tambahan” seorang petugas satpam seperti yang diungkapkan Rio itu juga terjadi di kawasan permukiman seperti perumahan dan apartemen. Peran itu berkembang dari tujuan pembentukan satpam, 41 tahun lalu, yang dicetuskan Jenderal (Pol) Awaludin Djamin, Kapolri ketika itu. Satpam dibentuk sebagai satuan untuk membantu tugas polisi menjaga keamanan dan ketertiban wilayah karena keterbatasan personel polisi.
Fungsi utama itu lantas diterjemahkan mengikuti kebutuhan masyarakat. Warga yang tinggal di apartemen, misalnya, memanfaatkan jasa satpam untuk menjaga kendaraan mereka.
Suwandi (37), petugas satpam apartemen di daerah Kuningan, Jakarta Selatan, pada Jumat (25/2/2022) malam itu kebagian tugas jaga di pos parkir mobil dan motor. Dia menyerahkan karcis kepada pengendara motor yang masuk. Dia juga memastikan mobil yang terparkir paralel tidak direm dan tahu tujuan pemilik kendaraan ke unit mana.
”Kadang-kadang, ya, dorong-dorong mobil juga kalau menghalangi mobil lain yang mau keluar,” kata bapak tiga anak ini. Di pos itu, fungsi Suwandi sebagai penjaga keamanan kendaraan terjaga. Selama hampir tiga tahun bertugas di apartemen itu, belum pernah ada maling mengusik kendaraan yang parkir.
Suwandi juga pernah dirotasi bertugas di area lobi. Area ini, katanya, lebih rumit kerjanya. Apartemen itu tidak punya resepsionis sehingga urusan yang ada di lobi menjadi tanggung jawabnya, seperti menerima pesanan makanan, mencari-cari paket belanjaan penghuni yang menumpuk, sampai mengatur alur kendaraan di depan lobi.
”Pernah juga hampir pagi ada penghuni mabuk turun dari taksi, muntah-muntah. Untung dia masih bisa jawab tinggal di unit mana. Saya dan teman nggotong (maksudnya memapah) dia sampai ke unitnya. Pokoknya sampai amanlah,” kata Suwandi yang sif kerjanya 12 jam sehari ini.
Lebih sering ular
Serba-serbi kehidupan di perumahan juga tak lepas dari perlindungan satpam. Senpri (46) telah lima tahun jadi petugas satpam di Kompleks Griya Satwika, Ciputat, Tangerang Selatan. Tugas rutinnya menjaga portal mengawasi masuk-keluar orang ke kompleks itu. Dia juga bergantian berpatroli keliling kompleks mendeteksi sesuatu yang tak beres.
”Apa saja yang bikin warga kurang nyaman mesti diberesin satpam, mulai dampingindebt collector yang nagih utang supaya enggak ribut, nenangin suami-istri yang berantem, nguburin kucing, manggilin tukang ojek, ngejar burung yang lepas, sampai nangkep ular kobra,” kata Senpri. Sibuk sekali dia.
Dia sudah empat kali menangkap ular kobra yang menyusup ke rumah warga, padahal tak pernah dilatih menghadapi ular. ”Modal bismillah aja, Pak. Alhamdulillah selalu berhasil,” ujar Senpri yang berseloroh lebih sering menangkap ular daripada maling.
Jamal, rekan Senpri, pernah menangkap ular sanca sepanjang dua meter, tetapi paling keder kalau berhadapan dengan kobra. Suatu ketika, ada warga melapor mendengar suara gaduh di atap rumahnya. Penghuni rumah itu khawatir jangan-jangan ada maling bersembunyi di situ.
”Setelah dicek, ternyata musang lagi bikin sarang. Jadi, dah, saya tangkap itu musang,” katanya bersemangat. Pernah menangkap maling? Jamal menyengir. ”Alhamdulillah di kompleks ini, mah, aman, Pak,” ujarnya. Syukurlah.
Kehadiran satpam tak melulu terkait kegaduhan. Warga perumahan Green Village Bintaro, Ciputat, punya grup percakapan. Semua petugas satpam yang bertugas di sana dimasukkan ke dalam grup. Pada suatu sore, Andrie (28), seorang satpam, mengirim pesan lengkap dengan foto.
”Ada mi ayam Pakde Gondrong di pos atas,” begitu isinya. Warga langsung mendatangi pos untuk jajan dan bercengkerama. Lain waktu, satpam juga mengabarkan kedatangan penjual sekoteng, siomay, atau roti keliling. Di perumahan itu, fungsi satpam tak sekadar menjaga keamanan lingkungan, tetapi juga keamanan perut warganya.
Kesejahteraan
Di perumahan lainnya, permintaan warga kadang tak tanggung-tanggung. Mereka minta satpam untuk mencuci mobil pribadi. Sebagai kepanjangan tugas polisi, pekerjaan macam itu melenceng terlalu jauh. Tetapi, ada uang tipsnya.
”Akhirnya diambil jalan tengah. Satpam boleh mencucikan mobil kalau jam kerjanya sudah selesai dan enggak boleh pakai seragam. Kami juga atur bergiliran supaya semua kebagian upah ekstra,” kata Chandra Wirapati, Direktur PT Wiragada Wahana Waspada, salah satu perusahaan penyedia jasa pengamanan.
Kesejahteraan satpam menjadi perhatian Dzuriyatun Toyibah, sosiolog dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta. Menurut pengajar Prodi Sosiologi ini, pekerjaan satpam yang telah berkembang sedemikian rupa semestinya berbanding lurus dengan penghasilannya.
”Seharusnya pihak yang mempekerjakan satpam menggaji minimal satu kali UMR sesuai kebijakan daerah masing-masing. Bagaimanapun, satpam dan keluarga mereka butuh hidup secara layak,” kata Dzuriyatun.
Pernyataan itu mengingatkan pada salah satu lontaran Rio Dumatubun di final SUCI ketika menyinggung perubahan seragam satpam. ”Percuma seragam kita diganti mirip polisi, tapi gaji kita tetap satpam….” (BSW/MHF)