Fujifilm mencoba menyelaraskan teknologi analog dan digital. Informasi foto cetakan kovensional disatukan melalui sistem digital dengan memanfaatkan kode respons cepat atau QR.
Oleh
Eddy Hasby
·4 menit baca
KOMPAS/EDDY HASBY
Mesin mini pencetak foto Instax Link Wide dengan ukuran 139 mm x 127,5 mm x 33,7 mm.
Sejak kamera DSLR dan mirrorless semakin berkembang, foto dalam bentuk format di atas cetak semakin terasa ditinggalkan. Dalam dunia serba digital saat ini, hampir sebagian besar foto dinikmati pada layar monitor, baik itu berukuran bingkai layar gawai maupun ukuran layar komputer.
Dan, album-album foto keluarga pada era tahun 90-an yang banyak menumpuk di meja ruang tamu kini juga mulai ditinggalkan seiring kemajuan teknologi yang kian pesat.
Meski demikian, teknologi analog masa lalu saat ini masih ada yang bertahan karena pasar masih memberikan peluang. Ini terlihat dari kamera Instax produk Fujifilm, sebuah kamera analog instan yang menjadi gaya hidup anak-anak muda di berbagai belahan dunia saat ini.
KOMPAS/EDDY HASBY
Instax Link Wide dengan ukuran 139 mm x 127,5 mm x 33,7 mm.
Dalam perkembangan kamera Instax, Fujifilm mencoba menyatukan teknologi analog dengan digital dalam dunia fotografi era kekinian. Ini terlihat pada perangkat cetak foto instan Instax Link Wide, yang baru diluncurkan akhir Oktober 2021.
Mesin pencetak foto berukuran 139 mm x 127,5 mm x 33,7 mm ini dapat mencetak foto-foto di atas kertas foto instan dengan ukuran foto 62 mm x 99 mm dengan kemampuan 800 x 1260 dots. Dari ukurannya, perangkat ini tentunya gampang dibawa ke mana saja untuk bepergian.
Instax Link Wide sama seperti kamera Instax lainnya, dapat mencetak foto di atas kertas foto instan. Namun, Instax Link Wide hanya khusus mencetak foto dengan menggunakan jaringan nirkabel bluetooth berbasis aplikasi gawai atau ponsel pintar, baik dengan Android maupun iOS.
Kekurangan cetakan foto konvensional ialah sangat minim informasi, berbeda dengan foto digital yang dapat menyimpan segala informasi dan dapat dibaca dengan aplikasi foto digital. Inilah kelemahan foto dalam bentuk cetakan kovensional dibandingkan dengan foto berformat digital.
KOMPAS/ EDDY HASBY
Instax Link Wide pencetak foto dengan menggunakan kertas foto instan. Mesin pencetak foto mini ini memanfaatkan kode QR untuk memberikan informasi pada foto dan gampang dibawa ke mana saja.
Di sinilah Fujifilm mencoba menyelaraskan teknologi analog dan digital. Informasi foto cetakan kovensional disatukan melalui sistem digital dengan memanfatkan kode respons cepat atau QR (quick response) code yang mampu menyimpan beragam informasi.
Kode QR tersebut disematkan dalam bingkai gambar kertas foto cetak instan, dan dengan pemindaian melalui kamera yang ada di ponsel pintar, semua data informasi dapat dibuka dan dibaca.
Teknologi kode QR ini ditanam pada perangkat pencetak foto Instax Link Wide. Terdapat beberapa pilihan mode QR dalam aplikasi pencetak foto instan ini, seperti Link to Website, Record Sound, Location Print, dan Hidden Message.
KOMPAS/EDDY HASBY
Instax Link Wide memiliki fitur pilihan simple print, QR print, editable template print, dan pilihan layout.
Ketika mencoba mode QR Link to Website dengan menanamkan tautan situs pribadi dengan menyalin tautan URL (Uniform Resource Locator), dalam aplikasi Link Wide, kode QR langsung muncul dan tersemat di dalam format gambar.
Begitu juga pada mode Location Print yang memanfaatkan teknologi Geotagging (penandaan geografis), pemindaian kode QR langsung membuka situs Google Maps dan menunjukan titik koordinat lokasi foto direkam yang sebelumnya sudah ditautkan secara manual dalam cetakan foto.
Selain mode QR Hidden Message, yang agak menarik adalah mode QR Record Sound (perekam suara). Di mode ini pengguna dapat merekam suara berdurasi 10 detik, dan QR akan membuka laman linkwide.instax.com yang berisikan rekaman tersebut.
”Rekaman suara akan tersimpan dalam database server Fujifilm selama 2 tahun dan selebihnya akan terhapus secara otomatis,” kata Rena S Sari, Consumer Printing Marketing Manager PT FujiFilm Indonesia.
KOMPAS/EDDY HASBY
Hasil cetak foto dengan Instax Link Wide.
Di dalam aplikasi Instax Link Wide terdapat tiga pilihan dalam pencetakan foto, simple print, editable template print, dan colllage print. Editable template print menyediakan beragam template, sesuai dengan gaya, kesan, dan pesan yang akan disampaikan. Sementara mode collage print terdapat pilihan ragam kombinasi layout foto yang akan dicetak.
Aplikasi ini juga menyediakan untuk yang lebih kreatif, dengan beragam emoji, stiker, dan tipografi untuk membuat dekorasi dalam cetakan fotonya.
Seperti juga aplikasi penyunting foto, aplikasi Instax Link Wide ini juga menyediakan fitur pengeditan foto secara minor, seperti tingkat kecerahan, kekontrasan dan saturasi warna, serta beberapa filter warna untuk foto. Selain itu, juga terdapat menu image grab yang dapat mengekstrak video menjadi bingkai foto. Pilihan Rich Mode dan Natural memberikan pilihan untuk kualitas hasil cetakan.
KOMPAS/EDDY HASBY
Hasil cetak dengan Instax Link Wide dengan fitur pilihan simple print, QR print, editable template print, dan pilihan layout.
Perangkat cetak foto instan yang dibandrol dengan harga mendekati Rp 2,5 juta ini hanya dapat digunakan dengan aplikasi ponsel pintar. Kamera baru mirrorless Fujifilm X-S10 yang memiliki koneksi menu mode print terhubung dengan bluetooth dapat langsung mencetak foto dengan Instax Lik Wide.
Menggunakan pencetak foto Instax Link Wide ini tak terlalu sulit. ”Perangkat cetak foto instan ini ditargetkan untuk para ibu rumah tangga yang menyukai foto, tapi tidak mau repot,” kata Rena S Sari.
Setelah mencoba beberapa fitur Instax Link Wide dan merasakan bentuk fisik hasil cetakan fotonya, ada kesan foto analog menjadi hidup kembali, dan seperti foto analog rasa digital.