Mengapa Google Membuat Cip Sendiri untuk Ponselnya?
Kehadiran Google lewat Tensor membuat persaingan industri ponsel kian ketat. Tensor jadi senjata baru Google untuk bersaing dalam penjualan ponsel dunia. Apakah Google mampu menyodok dominasi Samsung, Apple, dan Xiaomi?
Oleh
Prasetyo Eko Prihananto
·5 menit baca
Satu-satunya sektor Google bisa dibilang gagal menaklukkan dunia teknologi adalah dalam hal pembuatan perangkat keras telepon genggam meskipun perusahaan ini menguasai bagian perangkat lunaknya melalui sistem operasi Android. Penjualan ponsel cerdas dunia dikuasai oleh tiga raksasa, Samsung, Apple, dan Xiaomi.
Berbagai upaya dilakukan Google untuk merebut pangsa pasar penjualan ponsel. Awalnya mereka meluncurkan ponsel Nexus diikuti kemudian dengan Pixel. Dua ponsel itu belum mampu mengangkat nama perusahaan yang berbasis di Mountain View, California, Amerika Serikat, itu ke jajaran atas penjualan perangkat.
Upaya Google berikutnya adalah membuat sendiri ”otak” ponsel. Google pada pertengahan Oktober lalu meluncurkan jajaran ponsel Pixel terbaru, yaitu Pixel 6 dan Pixel 6 Pro. Ada yang istimewa dalam ponsel itu, yaitu memiliki system on a chip (SoC) atau prosesor ponsel yang didesain dan dibikin Google sendiri yang dinamai Tensor. Ini berbeda dengan ponsel generasi sebelumnya yang memakai SoC bikinan perusahaan lain.
”Kami memiliki perangkat keras canggih, yang berarti Pixel dapat memberikan kinerja dunia nyata yang lebih mengesankan, dan pengalaman baru yang digerakkan oleh kecerdasan buatan (AI) yang belum pernah terjadi sebelumnya,” kata Wakil Presiden Senior Bidang Perangkat Google Rick Osterloh dikutip AFP.
Menurut Osterloh, perpaduan perangkat keras dan lunak dalam ponsel terbaru itu meningkatkan kemampuan ponsel untuk memahami apa yang disebut sebagai ”komputasi ambien”.
Persaingan di sektor prosesor aplikasi (AP)/SoC sangat ketat dan ketika bicara tentang ponsel Android, ada tiga pemain utama selama ini, yaitu Qualcomm yang memiliki prosesor Snapdragon, Samsung dengan Exynos, dan MediaTek dengan sejumlah cip buatannya. Huawei juga membuat SoC sendiri melalui HiSilicon dengan nama Kirin.
Apple dengan ponsel iPhone (sistem operasi iOS) juga membuat SoC sendiri yang kini memasuki generasi A15 Bionic. Dengan mengembangkan Tensor, Google seperti memakai strategi Apple, yakni mengendalikan sendiri pengembangan perangkat keras dan lunaknya.
Tensor mengandalkan AI untuk bersaing dengan cip lain. Nah, bagaimana perbandingan performa cip-cip tersebut? Apakah merek SoC yang terpasang di ponsel berpengaruh terhadap pengalaman pengguna?
MediaTek merajai
Sebagian besar ponsel pintar yang beredar di dunia ini memiliki otak yang dibuat oleh MediaTek. Perusahaan Taiwan ini menjualSoC untuk pembuat ponsel dunia seperti Xiaomi, Oneplus, Oppo, dan lain-lain. Samsung juga memakai cip MediaTek dalam sejumlah ponsel buatannya.
MediaTek menguasai pasar SoC ponsel Android, yaitu mencakup 43 persen dari seluruh ponsel di dunia menurut data kuartal kedua 2021 Counterpoint, unggul jauh dari para pesaingnya. ”MediaTek mendominasi pasar SoC ponsel dengan pangsa tertinggi sebesar 43 persen, didorong oleh portofolio 5G yang kompetitif di segmen menengah ke bawah dan tanpa kendala pasokan yang besar,” kata Dale Gai, Direktur Penelitian Counterpoint.
Namun, karena banyak dipakai untuk ponsel menengah dan murah, MediaTek sering mendapat reputasi buruk dari para pengguna ponsel. Ponsel murah, dalam pandangan pengguna barangkali identik dengan ponsel lambat. Ada yang lambat memang, tetapi tidak selalu demikian.
MediaTek sendiri, selain menawarkan cip untuk ponsel murah, juga memiliki produk untuk ponsel kelas menengah dan atas. Cip seri Dimensity dan Helio buatan MediaTek sebenarnya memiliki performa yang sangat baik, yang sejajar dengan SoC papan atas lain.
Setiap cip memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Jika MediaTek merajai ponsel murah, Snapdragon menguasai ponsel papan atas atau flagship. Cip bikinan Qualcomm ini bisa dibilang favorit bagi pengguna karena kinerjanya. Padahal, Snapdragon sebenarnya juga membuat SoC untuk ponsel murah.
Cip Snapdragon memiliki rentang harga sesuai dengan kinerjanya. Ada seri Snapdragon 800, yang dirancang untuk kinerja terbaik dan ditujukan untuk ponsel papan atas, diikuti oleh seri 700 dan seri 600, yang ditujukan untuk smartphone kelas menengah. Sementara seri 400 dibuat untuk ponsel murah.
Prosesor Snapdragon dari berbagai seri ini dipakai oleh para pembuat ponsel, mulai Samsung, Xiaomi, OnePlus, Oppo, hingga Google. Jika bicara untuk seri flagship, Snapdragon sering kali secara konsisten berkinerja terbaik dibandingkan dengan cip lain. Data dari Counterpoint menyebutkan, SoC buatan Qualcomm memiliki pangsa pasar sebesar 24 persen, berada di urutan kedua setelah MediaTek.
Samsung coba menantang dominasi Snapdragon di ponsel papan atas dengan mengembangkan prosesor sendiri bernama Exynos. SoC ini dikembangkan perusahaan asal Korea Selatan untuk produksi ponsel mereka sendiri secara global.
Sejumlah ponsel papan atas Samsung yang dijual di Indonesia ditenagai cip ini. Dari sisi kinerja, Exynos bisa disejajarkan dengan Snapdragon, misalnya untuk seri Exynos 2100 setara dengan Snapdragon 888. Samsung memiliki pangsa SoC sebesar 7 persen, berada di peringkat kelima setelah Apple (14 persen) dan produsen cip asal China, Unisoc (9 persen).
Tensor, sang pendatang baru
Dengan sistem operasi Android, Google hadir sejak awal dalam sejarah evolusi ponsel cerdas. Namun, dalam urusan perangkat SoC, perusahaan ini adalah pendatang baru. Tensor secara khusus diluncurkan melalui dua ponsel Google generasi terbaru, yaitu Pixel 6 dan Pixel 6 Pro.
Ada sejumlah hal unik yang disematkan dalam Tensor, yakni fokus pada AI, pembelajaran mesin (ML), dan keamanan, berkat cip Titan M2 yang secara khusus digunakan untuk keamanan data sensitif pengguna.
”Google Tensor dibuat berdasarkan pengembangan AI dan ML yang telah kami lakukan bekerja sama dengan Google Research untuk memberikan pengalaman pengguna di dunia nyata,” kata Direktur Senior Google Silicon Monika Gupta.
Salah satu kegunaan dari cip AI yang disematkan dalam Tensor misalnya peningkatan performa pengenalan ucapan (speech recognition), pengetikan suara (voice typing), terjemahan langsung, dan penghapus ajaib untuk menghapus gambar yang tidak diinginkan dalam foto.
Kehadiran Google lewat Tensor membuat persaingan dalam industri perangkat ponsel kian ketat. Tensor menjadi senjata baru Google untuk bersaing dalam penjualan ponsel dunia. Apakah mampu menyodok dominasi Samsung, Apple, dan Xiaomi, masih perlu ditunggu.
Lantas, ponsel dengan merek SoC apa yang paling tepat yang harus dibeli oleh pengguna? Tidak ada jawaban benar salah dalam pertanyaan ini. Semua bergantung pada kebutuhan dan keinginan pengguna, dan tak kalah pentingnya, seberapa dalam kocek yang dimilikinya.