Koleksi busana rancangan Sebastian Gunawan dan Cristina Panarese bertajuk The Fairies’s Ball mengingatkan kita bahwa cantik itu membebaskan.
Oleh
Riana A Ibrahim
·4 menit baca
Rutinitas yang dibangun oleh desainer Sebastian Gunawan terus terjaga meski dihadang pandemi. Karyanya bahkan bertransformasi tanpa kehilangan sentuhan khasnya untuk beradaptasi dengan kebiasaan baru yang telah terbentuk akibat terus-menerus berada di rumah sepanjang setahun lebih.
Ini dibuktikannya lewat pergelaran koleksi akhir tahunnya yang bertajuk ”The Fairies’ Ball” keluaran dari lini Sebastian Gunawan Signature pada Rabu (10/11/2021). Peragaan busana yang digelar di hotel The Langham, Jakarta, ini ditayangkan secara virtual karena masih mengikuti protokol kesehatan di tengah pandemi meski harapan untuk kembali pada landas peraga langsung telah diimpikannya.
”Ini memang seperti biasa saja. Pada umumnya, setiap akhir tahun, saya dan Cristina selalu mempresentasikan koleksi kami. Nanti di awal tahun jelang Chinese New Year, kami akan keluarkan lagi koleksi Imlek,” ujar Sebastian yang akrab disapa Seba saat dijumpai di butiknya di kawasan Harmoni, Jakarta, Senin (8/10/2021).
Ya, pasangan Seba dan Cristina Panarese nyatanya tidak kehilangan ritme meski harus bersiasat dengan pandemi. Setidaknya untuk koleksi kali ini, pengerjaannya bisa kembali dilakukan seutuhnya di studio. Sebelumnya, Seba harus mengatur agar sebagian pekerjaan dapat dituntaskan dari rumah.
Sepanjang enam bulan, timnya pun bekerja merampungkan Sebastian Gunawan Signature 2022 Collections. Koleksi yang bertutur tentang keceriaan pesta dansa para peri ini menghadirkan 34 tampilan gaun malam yang berbeda dengan karyanya pada umumnya. Justru tampilan manis dan segar menyeruak dari pergelaran kali ini.
Pergelaran dibuka dengan deretan busana berwarna putih dan perak dari blazer brokat dengan terusan celana yang berpotongan lebar. Disusul gaun selutut dengan motif floral silver mengilat dipadu dengan luaran fringe bulu yang cantik. Ada juga atasan dengan potongan di bagian bawah dada dan detail pita besar di bagian belakang.
Dalam tampilan kali ini, Seba menjadikannya atasan dipadu dengan celana lebar menerawang. Namun, jika pengenanya berbadan kecil, bisa berubah gaya menjadi gaun elegan yang segar.
Kali ini, desain hadir dalam siluet yang sangat bervariasi, mulai dari lurus, lebar, bertumpuk yang berhasil digambarkan dalam gaun-gaun pendek cocktail, busana panjang, hingga paduan terusan pendek dengan jubah panjang menerawang. Permainan see-through (tembus pandang) yang sedang tren ini juga bentuk adaptasi Seba.
Tujuannya pada koleksi kali ini memang busana yang longgar, ringan, dan nyaman. Pemakainnya pun tak perlu repot dengan korset atau gaun lebar menjuntai. ”Gaya siluetnya enggak kayak selalu dipikirkan orang. Biasanya, kan, orang mikir kalau Sebastian Signature itu fitted, elegan yang gimana-gimanagitu. Ini enggak,” katanya.
Keputusannya untuk berani bereksplorasi karena dirinya melihat kecenderungan kebiasaan baru saat ini. Orang-orang terbiasa di rumah dengan mengenakan busana yang nyaman. Ketika kini orang-orang mulai kembali bersosialisasi, kebutuhan mereka akan baju pesta pun masih tetap menginginkan yang longgar, hanya saja sentuhan mewah dan glamor lewat gaun berbahan tile khas Seba tetap melekat. Bahkan, detail khas seperti bulu dan pita besar masih tak tergantikan.
Dalam koleksi kali ini, Seba menambahkan detail baru, yakni manik-manik yang ternyata dibuatnya dari kulit sintetis. Salah satunya terlihat pada gaun berwarna dasar hitam dengan bauran warna emas dan silver yang keseluruhannya dibalut manik-manik dari kulit sintetis ini. Pembuatan manik-manik hingga pengerjaannya sendiri juga dilakukan sepanjang enam bulan.
Potongan kulit warna-warni yang disulap seperti manik-manik ini dijahit bersusun menjadi motif geometris pada sekujur gaun. Berjenis-jenis ukuran mutiara dan kristal ditatahkan menjadi bentuk baru pada bahu dan bagian atas pakaian ataupun keping sekuin berbentuk bulat panjang yang dijahitkan di atas busana tembus pandang, serba tipis, dan gemerlap yang mengayakan koleksi, tetapi tetap sangat mudah dan ringan untuk dikenakan.
Selain itu, pemilihan warna kali ini juga lebih kalem, yakni hijau muda, nude, salem, kuning muda, dan putih, meski warna hitam dan biru tua tetap masuk juga dalam jajarannya. ”Ini juga berkaca ke tahun depan, warna-warna seperti ini dicari karena menimbulkan kesan muda dan ringan,” ujarnya.
Itu pula alasan tema peri yang diangkat. Figur peri kerap direka sebagai makhluk lincah, muda, bergerak leluasa, ringan, dan riang. ”Begitu orang melihat makhluk ini dengan cahayanya, orang akan berpaling. Koleksi kali ini pun sangat ringan dan sparkling, dan ketika orang mengenakannya pun akan berpaling,” kata Seba.
Interpretasi busana rancangan Seba dan Cristina dalam ragam gaya ini telah memberi arti baru dengan berbagai pilihan bagi yang ingin mengekspresikan dirinya dan menjadi pusat perhatian saat hadir dalam sebuah keriangan lantai dansa. Di sisi lain, hal ini mengingatkan cara hidup yang berubah. Bahwa cantik itu membebaskan dengan gaya longgar, tetapi tetap menawan.