Tantangan Virtual Tokyo Marathon 2021
Walaupun lari merupakan kegiatan olahraga yang seharusnya mengedepankan sportivitas, jamak terjadi di acara lari virtual sejumlah pelari nakal untuk mengakali hasilnya.
Walaupun beberapa maraton utama dunia (world marathon major) tetap berlangsung, Tokyo Marathon 2021 yang seharusnya berlangsung 17 Oktober 2021 ditunda hingga 6 Maret 2022. Kasus penyebaran Covid-19 yang meningkat sejak bulan Juli-Agustus, saat Tokyo menjadi tuan rumah Olimpiade, menyebabkan penyelenggara dengan berat hati menunda Tokyo Marathon.
Para pelari dari berbagai belahan dunia yang sudah terdaftar tentu kecewa. Penyelenggara Tokyo Marathon coba menggantinya dengan menyelenggarakan Virtual Tokyo Marathon. Tentu saja, suasananya berbeda. Namun, mereka berharap semangat Tokyo Marathon tetap menyala di seluruh dunia.
Baca: Berlari dan Bahagia di Tokyo Marathon
Keunikan dari perhelatan lari virtual adalah para peserta bisa berlari di mana saja dengan rute atau lintasan yang mereka rancang sendiri sesuai dengan kategori yang mereka pilih half marathon atau maraton penuh dengan jarak 42,195 kilometer. Semua pelari yang tergabung dalam Virtual Tokyo Marathon 2021 memiliki tantangan yang berbeda-beda, dari penciptaan rekor pribadi baru ataupun motif lainnya.
”Semoga tetap menyenangkan. Kami berharap Virtual Tokyo Marathon bisa membagi kegembiraan berlari dan memotivasi Anda untuk terus berlari,” kata Ulala dari Tim Media Relation Tokyo Marathon.
Para pelari menyatakan kekecewaanya terhadap penundaan itu. Sedianya sebanyak 38.000 pelari akan berpartisipasi di Tokyo Marathon tahun ini. Menurut data terakhir, pelari yang kemudian ikut serta dalam acara Virtual Tokyo Marathon 2021 tercatat sebanyak 5.862 pelari. Mereka terhubung dalam sebuah aplikasi lari yang mencatat waktu dan jarak yang mereka tempuh saat ”berlomba”. Dari jumlah tersebut, sebanyak 65,3 persen berasal dari Jepang dan sisanya berasal dari 72 negara. Jika dihitung-hitung, para pelari itu sudah menyelesaikan jarak lari sejauh 192.563,1 kilometer atau hamper lima kali keliling bumi!
Tahun sebelumnya, Tokyo Marathon 2020 tetap diselenggarakan walaupun hanya diperuntukkan para pelari elite. Para pelari rekreasional dari sejumlah negara yang biasanya memenuhi Tokyo di kegiatan maraton terbesar di Asia dilarang untuk ikut serta.
Baca: Tokyo Marathon 2020 di Bawah Bayang Virus Korona
Sejumlah pelari Indonesia, termasuk saya, dua tahun lalu—ketika virus korona mulai merebak—masih bisa mengunjungi Tokyo dan menyaksikan para pelari elite beraksi di lintasan Tokyo Marathon yang terkenal rapi dan bersih itu.
Tanggal yang baru, 6 Maret 2022, yang dijadwalkan untuk Tokyo Marathon 2021 itu sebenarnya merupakan jadwal Tokyo Marathon 2022. Dengan demikian, edisi 2022 secara efektif tidak akan berlangsung. Para pelari yang sudah terdaftar pun menerima detail melalui e-mail masing-masing. Mereka yang sudah terdaftar di Tokyo Marathon 2020 pun diberi pilihan: menggunakan kesempatan berlari di tahun 2022 atau tahun berikutnya.
”Orang Indonesia sih umumnya memilih berlari tahun 2023. Mudah-mudahan sudah pasti lebih aman,” kata Adriansyah Chaniago, pemegang six stars finisher itu. Six Stars finisher adalah sebutan bagi pelari yang sudah menyelesaikan enam maraton utama dunia, yakni Tokyo Marathon, Berlin, Chicago, London, dan Boston.
Adriansyah kini sedang mencoba untuk mendapatkan six stars keduanya dengan kembali berlari di enam kota tersebut. Gara-gara pandemi pula, Wakil Direktur PT Vale Indonesia itu gagal berlari di London Marathon 2021 karena larangan pelari mancanegara masuk ke London.
”Ya akhirnya saya mendaftar di Milwaukee Lakefront Marathon. Lumayanlah, waktunya masih bisa buat Boston Marathon 2023,” kata Aad yang finis dengan waktu 3 jam 27 menit 39 detik.
Hibrida, cara baru
Pandemi virus korona yang melahirkan kehidupan normal baru pun memberi dampak yang luar biasa terhadap berbagai perhelatan lari: lokal, nasional, dan internasional.
Sejumlah perhelatan yang biasa menghadirkan pelari lebih dari 2.000 pelari pun ditunda atau dibatalkan. Pemilik hajatan dan penyelenggara acara mencoba tetap melaksanakan dengan konsep virtual atau hibrida yang merupakan perpaduan lari virtual serta lari offline dalam jumlah peserta sangat terbatas.
Seperti juga Tokyo Marathon, event world marathon major (WMM) lain juga sudah lebih dulu menyelenggarakan acara lari virtual itu. Selain coba ”menghibur” para pelari di berbagai belahan dunia, mereka berharap hajatan mereka tetap bergema di kalangan pelari. Kawanan pelari yang tergabung dalam berbagai komunitas lari biasanya menunaikan target lari virtualnya secara kelompok. Tak lupa, mereka menjadikan kegiatannya di media sosial. Lumayanlah, dengan foto-foto kegembiraan lari di media sosial setidaknya ”suasana” acara sedikit terobati.
Penyelenggaraan lari virtual pun marak diselenggarakan berbagai pihak dengan berbagai kelebihan dan kekurangannya. Apalagi berbagai aplikasi lari tersedia banyak pilihan: dari yang berbayar dan bonafide hingga yang kaleng-kaleng ala kadarnya. Pelari pun diberikan pilihan: dari yang gratis asal rajin mengunggah aktivitasnya di medsos hingga yang berbayar dengan tawaran menarik dari penyelenggara.
Borobudur Marathon yang diorganisasi oleh harian Kompas bekerja sama dengan Bank Jateng serta Yayasan Borobudur tahun 2020 juga telah melakukan konsep hibrida tersebut. Konsep ”buble area” yang pertama kali diterapkan London Marathon coba diadaptasi dengan penyesuaian.
Baca: Borobudur Marathon 2021 Jamin Kesehatan Pelari
Tahun ini Borobudur Marathon memberikan tawaran terbatas bagi sekitar 1 pelari untuk acara luring half marathon Tilik Candi 2021 sebagai bagian dari rangkaian Borobudur Marathon tahun ini. Acara akan berlangsung pada 28 November atau sehari sebelum Borobudur Marathon yang terbatas untuk atlet elite. Sementara Borobudur Marathon Virtual Challenge (BMVC) 2021 mengajak para pelari untuk berlari di mana saja.
Dalam konsep bubble itu, para pelari (dan panitia yang terlibat), yang sudah mendapatkan vaksinasi dan menjalani test PCR atau antigen dikurung dalam suatu kawasan agar tidak terinfeksi virus dari pihak luar.
Jamak terjadi di acara lari virtual sejumlah pelari nakal untuk mengakali hasilnya.
Namun, bukan hal mudah pula untuk menyelenggarakan acara virtual ataupun hibrida. Walaupun lari merupakan kegiatan olahraga yang seharusnya mengedepankan sportivitas, jamak terjadi di acara lari virtual sejumlah pelari nakal untuk mengakali hasilnya.
Alih-alih mereka berlari dengan sportif, banyak di antaranya tertangkap melakukan (diduga) kecurangan karena di hasil lari yang mereka unggah sering kali pace (kecepatan lari) ataupun jarak yang ditempuh tidak masuk akal. Pelari tidak dikenal, atau kalaupun dikenal diketahui pelari lambat, bisa tiba-tiba bercokol di peringkat atas leaderboard sebuah perhelatan virtual.
”Bisa saja mereka naik sepeda atau sepeda motor. Bisa juga mereka menggunakan joki: nitip sportwatch atau handphone-nya ke teman pelari,” duga Denny, seorang pelari rekreasional.
Bagi pemilik atau penyelenggara, menyelenggarakan acara yang melibatkan banyak pelari juga bukan hal mudah. Walaupun jumlah pelari dibatasi—biasanya dipilih atau diundi—prosedur kesehatan yang harus dijalankan menjadi lebih ribet dan (tentu) mahal.
Baca: Borobudur Marathon 2021 Dipastikan Digelar Dua Hari
Penerapan konsep CHSE (cleanliness/kebersihan, health/ kesehatan, safety (keselamatan) dan environment sustainability atau kelestarian lingkungan) yang digagas Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif tidaklah semudah di atas kertas. Butuh kerepotan baru dalam pelaksanaannya.
Acara trail pertama di masa pandemi Unpad Manglayang Trail Running yang berlangsung 19 September 2021 mewajibkan peserta untuk melakukan tes antigen sehari sebelum acara. Namun, acara Pocari Sweat Run 2021 yang berlangsung di Bandung mewajibkan hal yang sama tetapi pelari harus menjalani tes antigen pukul 03.00.
”Pukul 02.00 sudah harus siap-siap tes antigen. Selain repot, ya kita kurang tidur deh jadinya,” ujar seorang pelari dari Jakarta kategori maraton, baik acara Unpad MTR 2021 maupun Pocari Sweat Marathon.
Satgas Covid-19 atau pemerintah daerah setempat pun sepertinya mengalami dilema terkait perizinan acara lomba lari yang melibatkan banyak pelari. Di Magelang, Jawa Tengah, misalnya, acara Menoreh Trail Marathon 2021 hanya sekitar sepekan sebelumnya dibatalkan dan diubah menjadi virtual.
Baca: Diikuti 128 Pelari Umum, Borobudur Marathon 2021 Terapkan Protokol Ketat
Kondisi Kabupaten Magelang masih dalam PPKM level 3 rupanya dianggap tidak memungkinkan untuk melanjutkan perhelatan luring yang seharusnya berlangsung pada 2-3 Oktober 2021 itu. Namun, Mesastila 100–juga lari trail—masih tetap bisa dilaksanakan tanggal 10 Oktober. Bahkan, tidak kurang dari Menparekraf Sandiaga Uno hadir dan ikut berlari dalam acara di kawasan pegunungan sekitar Mesastila Resort & Spa Magelang itu.
Dengan digelarnya sejumlah perhelatan luring dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat, sepertinya dunia lari Indonesia akan kembali marak di tahun depan. Semoga virus korona segera berlalu….
(Agus Hermawan, Penggiat Lari; Wartawan Kompas 1990-2019)