Lewat jenama JYK yang digawangi desainer Jenny Yohana Kansil, batik dari Lubuklinggau, Sumatera Selatan, yang bernama batik durian diperkenalkan ke khalayak internasional.
Oleh
Riana A Ibrahim
·5 menit baca
Keragaman wastra di Indonesia selalu mencuri perhatian di kancah global. Bahkan, sebagian telah mendapat pengakuan dunia, seperti batik. Kali ini, perjalanan batik sampai ke panggung Pekan Mode di Milan, Italia. Batik modern yang anyar berasal dari jagat suwarnadwipa mendapat momennya.
Lewat jenama JYK yang digawangi desainer Jenny Yohana Kansil, batik dari Lubuklinggau, Sumatera Selatan, yang bernama batik durian diperkenalkan ke khalayak internasional. Koleksi bertajuk ”Revolutionary Hope” yang menjadi edisi musim semi/musim panas 2022 ini melenggang di landas peraga yang berada di Palazzo Visconti, Modrone, Milan, Italia, pada 21 September 2021.
Ada 10 tampilan yang terinspirasi dari gaya punk era 70-an dibesut dengan kain batik durian dari Lubuklinggau ini. Kolaborasi dengan kain tradisional bukan hanya sekali ini dilakukan JYK mengingat konsep yang diusungnya adalah memperkenalkan warisan tradisional Indonesia dalam bentuk pakaian ready to wear yang menganut spirit keberlanjutan dan ethical fashion.
Pilihan jatuh pada batik durian karena dianggap sesuai dengan tema yang hendak dikemukakan. Berbicara tema, dampak dari pandemi Covid-19 masih menjadi benang merah dari Jenny untuk merangkai 10 tampilan dalam koleksi kali ini.
”Tema Revolutionary Hope merupakan bentuk harapan baru dan kebangkitan dari pandemi Covid-19. Kenapa batik durian? Batik ini merupakan wastra nusantara baru yang layak untuk diperkenalkan, sedangkan durian seperti kondisi yang dihadapi di pandemi ini. Dilihat awal terlihat tak menyenangkan, tetapi setelah dibuka dan dijelajahi ada sesuatu yang manis di dalamnya,” ungkap Jenny saat jumpa pers pada Rabu (13/10/2021).
Batik durian dari Lubuklinggau ini memang benar-benar baru. Yetty Oktarina Prana yang merupakan Ketua Dekranasda Lubuklinggau mulai menggagasnya pada 2013. Kala itu, tujuannya agar Lubuklinggau yang merupakan daerah pemekaran ini memiliki kain khas yang dapat ditunjukkan ke dunia luar.
Motif durian pun tebersit mengingat salah satu potensi lokal yang mentereng dari daerah itu adalah durian. Sementara itu, keputusan untuk menuangkannya melalui teknik batik karena motif yang diharapkannya bisa tergambar dengan jelas lewat teknik melukis mengenakan canting dan malam di atas kain ini.
Selama ini, batik akrab dengan tradisi dan budaya Jawa. Padahal, berbagai wilayah di Sumatera sebenarnya juga memiliki kain batik. Untuk itu, batik dari Lubuklinggau juga ingin mendongkrak keberadaan batik di Sumatera.
Istilah batik sendiri menitikberatkan pada teknik seni kain, yaitu seperti menulis di atas kain dengan beragam pola motif dan warna. Pengolahan dan perawatannya pun melalui cara khusus. Seiring perkembangan zaman, batik juga mengenal teknik cap dan cetak, selain tulis.
Dengan memberdayakan para perempuan sekaligus untuk membangun perekonomian rumah tangga, batik durian mengombinasikan teknik cap dan tulis tersebut. Untuk pilihan kain dan teknik pewarnaan dipilih yang ramah lingkungan. Warna coklat dan hijau yang lembut sebagai warna dasar kain dihasilkan dari buah pinang, jengkol, dan daun mangga.
”Responsnya positif dan hingga kini permintaan batik durian terus meningkat. Apalagi saat berhasil masuk ke pasar internasional. Permintaan ini makin banyak. Kehadiran batik durian ini sekaligus untuk memperkenalkan Kota Lubuklinggau,” ungkap Rina, sapaan akrabnya.
Berpadu
Sementara untuk panggung Milan Fashion Week, Jenny memberanikan diri mengombinasikannya dengan sentuhan punk yang identik dengan kebebasan berpadu dengan keanggunan kain batik. Revolusioner, seperti tema yang diusungnya.
Bahkan, beberapa tampilan terasa segar, seperti tampilan yang diberi judul In the Sun. Batik durian diubah menjadi luaran panjang menjuntai berpadu dengan leotard pendek hitam sebagai dalamannya. Begitu pula pada tampilan I Wanna Be Me, Jenny menjadikan batik durian sebagai rok mini dengan siluet mengembang mirip balerina dengan atasan crop shirt.
Tiga looks lain, yakni Never Mind Pandemic, The Queen, dan My Way, hadir dengan manis. Pada tampilan The Queen, misalnya, batik durian disulap sebagai rok maxi lebar dengan belahan tinggi hingga mencapai pinggang. Atasannya kemeja dengan lengan ruffle yang klasik.
Pada Never Mind Pandemic, batik durian kembali menjadi rok yang dibuat dengan siluet asimetris—pendek di depan dengan drapery lalu panjang di samping hingga ke belakang—dipadukan dengan atasan tanpa lengan dan aksesori kulit yang menekankan jiwa punk.
Sementara untuk My Way, batik durian dibentuk menjadi celana panjang dengan sentuhan organza yang berpadu dengan atasan menerawang pada bagian atas dada dan lengan dengan sentuhan lipit. Ada pula yang mengubah batik durian sebagai atasan dengan hoodie sehingga menampilkan kesan androginy kasual yang kental.
Sesuai dengan semangat mode berkelanjutan yang dihidupinya, Jenny menggunakan sutra mentah, sutra organza, katun, dan kulit vegan yang terbuat dari limbah kopi dan sayuran. ”Jadi agak tricky memang untuk kulit vegan ini. Kami berkali-kali harus rajin mengolesinya biar enggak kering. Yang menarik, audiens di sana malah komentar aromanya karena wangi seperti makanan katanya,” ungkap alumnus Istituto di Moda Burgo ini.
Di kancah internasional, sustainable fashion dan ethical fashion ini memang sudah jamak. Bahkan seolah menjadi syarat tersendiri yang perlu dipenuhi jika ingin lancar menembus pasar fashion global. Isu perubahan iklim dan keberlangsungan lingkungan hidup memang tak bisa dilepaskan dari industri mode mengingat bidang ini disebut sebagai salah satu penyumbang limbah terbesar. Untuk itu, para desainer dan rumah mode pun berbenah.
Debutnya di panggung Milan kali ini juga dibantu oleh desainer Deden Siswanto dan Ali Charisma. Kesempatan JYK masuk ke Milan Fashion Week ini diharapkan mampu membuka jalan bagi para desainer Tanah Air untuk kembali ke ajang mode tahunan ini dengan membawa karya dan warisan budaya Indonesia.
Kelak aneka wastra nusantara layak mendapat tempat di tiap pergelaran mode dunia.