Menghela Mercedes-AMG di Habitatnya
Dari empat mobil yang dikendarai, CLA 45 S yang benar-benar bikin ketagihan. Namun, sorotan dari acara itu adalah dua varian baru rakitan lokal A 35 4Matic Sedan dan GLA 35 4Matic yang berjenis SUV.
Bibit balap yang tertanam pada setiap mobil Mercedes-AMG bakal terasa performa maksimalnya jika digeber di lintasan tertutup seperti sirkuit. Inilah yang tersaji dalam perhelatan Mercedes-AMG Track Day di Sirkuit Internasional Sentul, Bogor, Jabar, sejak Sabtu hingga Minggu (10/10/2021). Suara mesin bertenaga besar menderu-deru. Seru!
”Kita pepet terus mobil di depan, ya. Ini tenaganya lebih kecil, lho. Bisa, kan, saingan sama (mobil) depan, ha-ha-ha,” kata pengemudi James Sanger, yang beken dengan julukan ”raja slalom” itu di balik kemudi Mercedes-AMG GLA 35 menjelang tikungan terakhir di sirkuit sepanjang sekitar 4 kilometer itu.
Sayangnya, peraturan tidak memungkinkan untuk salip-menyalip demi alasan keamanan. Bisa dimaklumi, ini bukan ajang adu cepat, melainkan eksibisi belaka. Andaikata boleh, adrenalin James tentu lebih terlampiaskan lagi mengingat mobil yang ia pepet itu adalah Mercedes-AMG GT 53, mobil performa tinggi yang didatangkan utuh dari kandang AMG di Affalterbach, Jerman.
”Gimana? Boleh juga, kan, mobil rakitan lokal ini, ha-ha-ha,” ujar James sekali lagi berderai tawa setelah tunggangannya berhenti di pit stop, garis finis. Kompas, yang duduk di jok penumpang depan mengacungkan dua jempol. Apabila tak memakai balaclava, kami tentu bisa saling melihat tawa berderai-derai.
Satu putaran bersama James Sanger itu adalah sesi hot lap. Peserta track day diberi kesempatan menjadi penumpang di mobil yang dikemudikan para pakar balap. Selain James, ada Ananda Mikola, Bagus Hermanto, dan sembilan pebalap berpengalaman lain yang mendampingi peserta, termasuk awak media.
Satu putaran hot lap rasanya tak cukup. Betapa tidak, segala kemampuan mobil yang ditunggangi bisa dibuktikan secara maksimal, dalam teknik yang terukur. James, misalnya, sudah hafal betul lekuk-lekuk sirkuit sehingga dia tahu kapan berakselerasi maksimum, kapan mengerem, di titik mana bisa berkelit. Semuanya efektif, terukur pasti, bahkan di mobil yang berbadan tinggi sekalipun.
Sensasi itu justru tidak maksimal ketika mendapat kesempatan menjadi pengemudi. Setiap peserta track day boleh mencicipi mobil Mercedes-AMG pilihan mereka. Dari lima mobil pilihan Kompas, empat di antaranya kami kemudikan. Satu-satunya mobil yang dicoba sebagai penumpang sampai dua kali adalah GLA 35 itu; sekali dikemudikan rekan media lain, sekali bersama Si Raja Slalom tadi.
Masih segar
Mobil pertama yang kami coba adalah Mercedes-AMG A 35 Sedan. Mobil ini ada di urutan terdepan, persis di belakang safety car Mercedes-Benz CLA 200. Sedan coupe berwarna kuning itu adalah pemandu di lintasan. Awaknya memberi arahan terkait kondisi sirkuit melalui perangkat handy-talkie yang terdengar jelas di kabin. Sementara di samping kami sebagai pengemudi ada instruktur yang bakal memberi aba-aba kapan injak gas, lepas gas, injak rem, ambil sudut kelok, semuanya.
Unit A 35 Sedan berwarna hitam itu masih segar. Odometernya menunjukkan angka 30 kilometer. Ia tiba dari pabrik perakitannya di daerah Wanaherang, Kabupaten Bogor, sekitar 20 kilometer dari sirkuit. A 35 Sedan dan GLA 35 adalah dua varian AMG pertama yang dirakit di pabrik itu dan secara resmi diluncurkan di hari Sabtu itu.
Setelah memakai helm, balaclava, sarung tangan, dan memastikan sabuk pengaman terpasang dengan baik, tinggal atur posisi duduk terenak. Instruktur mengingatkan untuk mengatur posisi setir tidak terlalu jauh dari badan. Mesin sudah menyala. Safety car menanti di depan. Choi Duk Jun, Presiden Direktur PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia (MBDI), mengibarkan bendera mulai, saatnya menginjak pedal gas keluar dari lintasan pit. Begitu masuk lintasan balap, mobil siap digeber, tetapi tikungan pertama sudah menanti.
Namanya awam, kadang membeloknya kejauhan. Torsi puncak sebesar 400 Nm sejak putaran 3.000 rpm terasa melenakan. Namun, dimensinya yang kompak serta ruang kolong (ground clearance) yang rendah membuat koreksi atas kekeliruan itu bukan masalah besar. Membelok dengan sudut lebar dalam kecepatan 70-80 km per jam masih nyaman.
Mobil kedua yang Kompas kemudikan adalah Mercedes-AMG CLA 45 S. Nomenklaturnya menunjukkan ini adalah sedan coupe dari keluarga A-Class. Namun angka ”45” menjanjikan daya lebih besar. Janji itu dipenuhi dengan baik oleh mesin bertorsi maksimum 500 Nm ini.
Jok model balap yang dipakai mobil ini betul-betul pas untuk mengebut dengan helm terpasang. Duduknya berasa sangat rendah. Sebelum ini, kami pernah menjajal mobil ini di jalan tol sekitaran Jakarta. Namun, begitu mencobanya di sirkuit, rasanya berbeda sama sekali. Karakter buas dan gesit mewujud nyata di sini.
Kegesitan itu rasanya berkurang ketika mengemudikan dua mobil berikutnya, yaitu Mercedes-AMG GT 53, dan Mercedes-AMG GLE 53 Coupe. Bodi keduanya lebih bongsor dibandingkan dua mobil sebelumnya. ”Ini bodinya besar dan ground clearance tinggi. Tenaganya juga besar. Jadi, sebaiknya pengereman dilakukan agak jauh sebelum tikungan,” pesan instruktur ketika berada di kabin GLE 53 Coupe.
Lagi-lagi, obsesi merasakan torsi puncak sebesar 520 Nm sedikit membuat lupa diri, tepatnya lupa mengerem, padahal sudah diperingatkan. Kami terlalu ngebut ketika menikung. Alhasil, ini adalah body roll terhebat yang kami rasakan dari semua mobil yang dicoba.
Baca juga: Mercedes-AMG CLA 45 S 4Matic+, Cerita Luapan Adrenalin
Banyak penggemarnya
Dari empat mobil yang dikendarai, CLA 45 S yang benar-benar bikin ketagihan. Namun, sorotan dari acara itu adalah dua varian baru rakitan lokal A 35 4Matic Sedan dan GLA 35 4Matic yang berjenis SUV. Dua varian ini melengkapi varian A 35 4Matic Hatchback yang pernah kami coba pada 2020.
Dua varian itu adalah seri AMG pertama yang dirakit di dalam negeri, setelah Mercedes-Benz resmi masuk Indonesia 51 tahun lalu dan 39 tahun pabrik perakitan Wanaherang beroperasi. Indonesia menjadi negara kedua di kawasan Asia Tenggara yang mendapat kewenangan merakit seri AMG setelah Thailand.
Dua varian baru ini mengusung mesin berkode sama, yaitu M260 berkonfigurasi 4 silinder segaris dilengkapi twin-scroll turbocharger. Kapasitas mesinnya 1.991 cc bertenaga maksimum 306 hp dengan torsi puncak 400 Nm. Tenaganya tersalurkan ke seluruh roda (all-wheel drive).
Bedanya, transmisi versi sedan menggunakan 7 percepatan, sedangkan versi SUV-nya 8 percepatan. Di atas kertas, versi sedan bisa berakselerasi dari diam hingga kecepatan 100 km per jam dalam waktu 4,8 detik, versi SUV 5,1 detik, dan versi hatchback 4,7 detik.
Baca juga: Gaya Agresif Gerbang Adrenalin
AMG adalah keluarga Mercedes-Benz yang memproduksi mobil-mobil berperforma tinggi, layak untuk balapan. Sehingga, tak sembarang pabrik perakitan diberi mandat untuk merakit produk AMG. ”Mentoring dari AMG pusat sudah berlangsung cukup lama. Selain sempat datang langsung ke Wanaherang, para tenaga ahli itu juga mentoring secara virtual karena regulasi perjalanan antarnegara di masa pandemi ini,” kata Dennis Kadaruskan, Department Manager Public Relations PT MBDI.
Perakitan A 35 Sedan dan GLA 35 di Indonesia didasari alasan bahwa keduanya merupakan ”pintu gerbang” bagi seri AMG. ”Keduanya adalah entry level untuk kelas mobil performa tinggi. Perakitan di dalam negeri membuat harga jualnya lebih masuk akal sehingga kami yakin akan mendapat respons positif,” kata Aldo Rais, Department Manager Sales Operation PT MBDI.
AMG rakitan lokal ini dijual dengan harga off the road Rp 995 juta untuk A 35 Sedan, dan Rp 1,105 miliar untuk GLA 35. Dengan performa yang kurang lebih setara, harga itu lebih rendah dibandingkan A 35 Hatchback yang diimpor utuh dari Jerman, yaitu Rp 1,265 miliar. A 35 Sedan menjadi mobil AMG termurah di Indonesia saat ini.
Sepanjang 2021 (hingga September) PT MBDI menjual 70 unit seri AMG berbagai varian. ”Permintaannya lebih dari dua kali lipat. Tapi karena terdampak faktor pasokan semikonduktor, unit yang didatangkan jadi terbatas. Pengiriman beberapa pesanan tertunda tiga hingga enam bulan,” kata Kariyanto Hardjosoemarto, Head of Sales Operation Product Management PT MBDI.
AMG CLA 45 S sedang jadi idola baru. Namun, dari semua varian AMG yang masuk Indonesia, yang paling laku justru yang paling mahal, yaitu Mercedes-AMG G 63. Jenis SUV superior keluarga G-Class ini dibanderol dengan harga off the road Rp 5,845 miliar. Antrean pesanannya bisa sampai 8 bulan.
”Fenomena permintaan tinggi G-Class ini terasa sejak empat tahun terakhir. Pemesannya meratalah di Indonesia, ada yang dari Surabaya, Malang, Medan. Rakitan dalam negerinya belum ada karena G-Class dirakit khusus di Graz, Austria,” kata Kariyanto.
Pasar mobil mewah di Indonesia memang menakjubkan. Sembari menunggu pesanan G-Class Anda tiba, tak ada salahnya menambah koleksi AMG rakitan lokal yang sudah siap kirim ke rumah.