Pekan Mode Paris digelar secara langsung setelah hampir dua tahun dilakukan daring. Banyak cinta dan momen bahagia di dalamnya.
Oleh
Susie Berindra
·5 menit baca
Pergelaran mode secara langsung kembali berwarna. Para desainer menebar cinta di sudut-sudut kota Paris. Inspirasi mode tak pernah habis dieksplorasi.
Setiap sesi peragaan busana dipenuhi para pencinta mode. Mereka tak lagi memakai masker, semua bisa saling bersentuhan sambil menikmati suguhan desainer. Setelah hampir dua tahun dilakukan secara daring, Paris Fashion Week untuk musim semi/panas 2022 digelar secara langsung pada 28 September hingga 6 Oktober 2021.
Di musim ini, Paris menawarkan kegembiraan bagi siapa saja yang datang. Semua disatukan oleh minat dan momentum yang sama.
Sebuah penghormatan untuk desainer Alber Elbaz yang digelar AZ Factory seakan menunjukkan pesta mode ini lebih bermakna sejarah, masa lalu, masa sekarang dan masa depan. Elbaz meninggal karena Covid-19 pada April lalu.
Suara Alex Koo menggema di ruang pergelaran. ”Alber mencintai keluarganya. Dia tak pernah melupakan akarnya dan dukungan penuh kasih dari keluarga. Dia mencintai teman-temannya seperti saudara sendiri. Dia membuat kita menangis dan tertawa. Kami ingin menemukan cara terbaik untuk mengenang semangatnya,” katanya.
Acara bertema ”Love Brings Love” itu merupakan kolaborasi 45 desainer bekerja sama dengan tim kreatif AZ Factory yang didirikan Elbaz. Pergelaran busana yang menjadi persembahan cinta untuk Elbaz. Koleksi dari para desainer ditampilkan dalam urutan abjad.
Tak mengherankan bila banyak hati yang muncul di pergelaran itu. Jean Paul Gaultier menawarkan gaun couture tiga dimensi berlapis dengan warna merah hati ruby. Lalu, gaun ungu Alesaandro Michele dengan ornamen hati ganda yang digantung di dada. Ada juga piyama hitam berbahu lebar milik Vestements dengan hati merah yang berserakan di semua bagian.
Sebuah kenangan
Kenangan lampu kilat di panggung pertunjukan tahun 1980-an menjadi inspirasi desainer Virginie Viard yang juga Direktur Kreatif Chanel. ”Saya dulu suka suara lampu kilat yang berpendar di pertunjukan di tahun 80-an. Saya ingin menangkap kembali emosi itu,” katanya.
Lampu kilat yang dimaksud Viard adalah blitz kamera para fotografer yang menangkan momen peragaan mode. Kali ini, Viard menyalurkan energi dan kegembiraan dalam koleksi musim semi/panas 2022. Sebuah pertunjukan yang menyenangkan dan bernuansa retro. Duo fotografer mode Inez van Lamsweerde dan Vinoodh Matadin menangkap momen ekspresi para model di ujung landas peraga.
Pertunjukan dibuka ala Karl Lagerfeld dengan urutan celana, pakaian renang, bra olahraga hitam putih yang kadang terselubung dalam celana jaring hitam atau rok di atas lutut.
Viard juga menyuguhkan gaun dan setelan pendek dengan bahan tweed (wol setengah jadi). Warna-warna pastel dari pink lembut hingga kuning cerah dipakai untuk pakaian dan aksesoris tas, baik vanity bag maupun maxi bag yang menyerupai tas jinjing.
Rok dan gaun sifon serta sayap kupu-kupu penuh warna yang berputar-putar saat model berjalan memberi kesan kilas balik yang menawan. Menjadikan momen bahagia yang dirasakan pegiat mode untuk sebuah optimisme.
Kembali ke era lampau, tahun 1960-an juga mengispirasi Christian Dior. Panggung melingkar penuh warna-warna cerah, merah, kuning, hijau, dan biru. Para model dengan gaun mini bergerak melingkar.
”Selama pandemi, kami banyak membuat video film. Namun, saya pikir itu semua tidak akan sama karena mode adalah sesuatu yang harus dilakukan di atas panggung,” ujar Direktur Kreatif Dior Maria Grazia Chiuri.
Chiuri mengganti jaket bar khas Dior dengan potongan kotak pendek, membulatkan bahu dan memadukannya dengan rok mini dan celana pendek bermuda. Dia menenun kain scuba dengan sentuhan sporty pada deretan warna serasi dengan mantel yang disesuaikan dengan gaun. ”Saya mendesain ini dengan warna yang berani dan penuh gambar,” katanya.
Isu lingkungan
Mode tak pernah lepas dari isu lingkungan. Di tengah para model yang melenggang di landas peraga, tiba-tiba seorang aktivis lingkungan menerobos masuk dengan spanduk bertuliskan ”Overcomsuption=Extinction”. Insiden ini terjadi saat koleksi Louis Vuitton ditampilkan di Passage Richelieu, The Louvre, Paris. Untungnya, tak sampai mengganggu jalannya acara.
Direktur Kreatif Nicolas Ghesquière terpesona dengan waktu dan mode yang saling bersinggungan. Dia ahli dalam menabrakkan referensi yang sudah ada dan menyandingkan berbagai elemen menjadi sesuatu yang baru.
Ghesquière mengakui dirinya menyukai ruang waktu antara masa lalu, sekarang dan masa depan. ”Saya suka sosok vampir yang menembus perjalanan selama berabad-abad, beradaptasi dengan aturan berpakaian zaman itu,” katanya.
Gelaran busana koleksi musim semi/panas 2022 dari Louis Vuitton terasa megah dan artistik di Passage Richelieu, The Louvre, Paris. Lampu gantung indah sepanjang landas peraga serta latar lagu ”Iron 2021” milik Woodkid mengiringi para model. Penonton diajak menjelajah waktu di abad 19 hingga 20-an.
Koleksi yang ditampilkan saling menabrak satu sama lain sehingga terlihat unik sekaligus elegan. Perpaduan antara sifon dengan ornamen art deco; jaket tux 80-an yang kebesaran; jas berekor dan polkadot tahun 1980-an serta masker mata bertabur berlian dan tas traveling besar. Ada juga denim dan polkadot hitam putih yang hits.
Passage Richelieu merupakan tempat bersejarah bagi Louis Vuitton. Tempat yang dilewati sang pendiri, Louis Vuitton saat bertemu dengan Permaisuri Eugenie, istri Kaisar Perancis, Napoleon III. Untuk itulah Ghesquiere membuat tribute untuk ulang tahun yang ke-200 Loius Vuitton.
Pada akhirnya, Direktur Artistik Louis Vuitton, Nicolas Ghesquière mendapat tepuk tangan meriah dari penonton yang berdiri. Semua senang, semua bahagia dengan optimisme yang muncul di pekan mode Paris.