Mercedes-AMG CLA 45 S 4Matic+, Cerita Luapan Adrenalin
Catatan di lembar spesifikasi menyebut, mobil ini mampu berakselerasi dari diam ke kecepatan 100 km per jam hanya dalam waktu 4 detik saja, dan berlanjut mendaki hingga ke kecepatan maksimum sekitar 270 km per jam.
Dari tampang luarnya saja, mobil ini sudah mengajak untuk melakukan sesuatu yang luar biasa. Yang paling mencolok adalah warna catnya yang tidak mengilap, biasa kita sebut warna ”doff” atau ”matte”.
Warna jenis ini seolah bertolak belakang dengan citra sebuah mobil Mercedes, yang identik dengan gemerlap kemewahan. Namun begitulah, warna abu-abu doff ini menyelimuti Mercedes-AMG CLA 45 S 4Matic+ yang masih baru gres dari pabrik.
Warna tersebut langsung mengesankan sesuatu yang berbeda dan sporty. Warna itu seolah-olah memberi pesan, ini bukan mobil mengilap untuk jalan-jalan ke mal atau kondangan di hotel berbintang, tetapi mobil untuk berkiprah di sirkuit balap yang penuh semburan asap knalpot dan kepulan debu serta cipratan aspal yang bisa membuat tampilan mobil kusam beneran.
Mobil sedan kompak sport ini Kompas uji pertengahan September 2021 di seputaran Jakarta. Uji kendara ini lebih sebagai pelampiasan rasa penasaran setelah kami mendapat kesempatan melihatnya secara statis, awal Maret 2021. Satu kata kunci yang memunculkan rasa penasaran ini: buas.
Tak berlebihan kiranya menerapkan kata itu pada versi performa tinggi dari sedan sport Mercedes-Benz CLA generasi kedua (kode model C 118) ini. Di atas kertas, sedan empat pintu dengan pintu-pintu tanpa bingkai (frameless doors) itu disebut bisa memuntahkan tenaga maksimum hingga 421 HP pada putaran mesin 6.750 rpm dan torsi puncak 500 Nm pada rentang putaran mesin 5.000-5.250 rpm.
Tenaga itu diproduksi oleh dapur pacu yang terbilang ”kecil”, yakni mesin bensin berkode M139 dengan empat silinder berkapasitas 2.0 liter (1.991 cc) dengan turbo. Dalam rilis resminya, Daimler AG mengklaim mesin itu adalah mesin empat silinder berturbo dengan tenaga terbesar di dunia.
Perlakukan istimewa
Dan, karena AMG CLA yang diuji ini menyandang angka 45 di belakangnya, mesin yang digunakan pun mendapat perlakuan yang istimewa. Mesin ini dirakit dengan konsep ”one man, one engine”, alias mesinnya dirakit secara manual oleh satu orang mekanik khusus di markas besar Mercedes-AMG di Affalterbach, Jerman.
Dengan perlakuan itu, mobil ini berhak ditempeli plakat kecil dengan logo Mercedes-AMG dan tulisan ”Handcrafted by…” diikuti tanda tangan si mekanik pada lapisan penutup mesin di ruang mesin. Dalam unit yang Kompas uji ini, terlihat tanda tangan mekanik AMG bernama Marc Pratz. Perlu diingat, perlakuan istimewa ”satu orang, satu mesin” ini hanya berlaku untuk mobil-mobil AMG yang memiliki performa puncak saja, termasuk jajaran mobil dengan angka 45 dan 63.
Wajar saja jika kemudian sejak awal memencet tombol Start, tenaga mesin ini yang ingin segera dirasakan. Namun, tentu saja semua ada tahapannya. Kami perlu melakukan familiarisasi terhadap mobil ini, mulai dari mencari posisi duduk yang terbaik hingga mempelajari perilakunya saat dikendarai untuk menjaga keselamatan berkendara.
AMG CLA 45 S ini dilengkapi dua kursi sport berlapis kulit sintetis Artico warna gelap dengan aksen garis kuning di bagian depan. Kursinya mirip kursi mobil balap yang rigid dan mencengkeram badan penghuninya. Dengan alasan agar berkesan sporty, tidak ada sistem elektronik untuk mengatur posisi kursi. Semua dilakukan manual dengan tuas geser dan tuas putar. Jujur saja ini agak membuat kagok karena ekspektasi awal saat memasuki sebuah Mercedes adalah kenyamanan yang diberikan sistem serba elektronik.
Selesai mengatur posisi kursi, giliran mengatur posisi roda kemudi. Roda kemudi berlapis kulit Nappa dan bahan serat mikro Dinamica, yang berbentuk seperti kulit suede, membuat kemudi enak digenggam. Ada garis kuning disematkan pada bagian puncak roda kemudi, menandai posisi ”jam 12” atau posisi kemudi paling lurus, yang lazim ada pada mobil sport.
Seperti layaknya mobil-mobil AMG, bentuk roda kemudi ini datar di bagian bawahnya (flat bottomed). Namun, pada AMG CLA 45 S ini, bagian sisi kemudi di posisi jam 3 dan jam 9 juga rata. Hal ini membuat cengkeraman tangan pada posisi paling aman tersebut terasa lebih nyaman dan mantap.
Sebelum tuas transmisi kopling ganda AMG Speedshift DCT 8G-Tronic delapan percepatan dimasukkan ke posisi D, Kompas memastikan posisi mode berkendara ada di posisi Comfort yang merupakan posisi standar untuk penggunaan sehari-hari. Mobil ini dilengkapi 6 mode berkendara, yakni Slippery, Individual, Comfort, Sport, Sport+, dan Race.
Begitu pedal rem dilepas dan pedal gas diinjak pelan-pelan, terdengar geraman pelan suara mesin dari empat lubang knalpot di buritan mobil. Memang tidak sesangar suara mobil bermesin 6 silinder atau 8 silinder, tetapi cukup untuk mulai memompa adrenalin.
Di mode Comfort ini, mobil terbilang masih jinak untuk pemakaian normal di jalan raya biasa. Walaupun jika gas diinjak lebih dalam, tetap terasa dorongan tenaga yang tersalur spontan ke roda, dan mobil segera berakselerasi.
Penyaluran tenaga itu baru terasa sangat berkurang saat memilih mode Slippery, yang dikhususkan untuk medan licin, seperti saat hujan. Demi keamanan, tenaga mesin terasa betul ditahan-tahan penyalurannya.
Membebaskan tenaga
Begitu mobil masuk ke jalan bebas hambatan dan kondisi lalu lintas memungkinkan, mode berkendara digeser ke Sport. Sontak setir terasa lebih kaku dan berat untuk mengantisipasi keamanan pengendalian pada kecepatan tinggi. Dan, seperti sudah diduga, pada mode ini akselerasi terasa lebih spontan dan cepat.
Apalagi di mode Sport+, tenaga mobil terasa membuncah ingin segera disalurkan. Saat gas dibuka lebar-lebar, tenaga itu pun terpancar lepas mendorong mobil berbobot kosong 1.695 kilogram ini menuju kecepatan tinggi dalam waktu singkat, disertai raungan suara knalpot. Adrenalin pun meluap!
Catatan di lembar spesifikasi menyebut mobil ini mampu berakselerasi dari diam ke kecepatan 100 km per jam hanya dalam waktu 4 detik saja, dan berlanjut mendaki hingga ke kecepatan maksimum sekitar 270 km per jam.
Tentu saja klaim di atas kertas itu tidak mungkin dipraktikkan di jalanan umum, walau itu jalan bebas hambatan sekalipun. Namun, percobaan sesaat merasakan penyaluran tenaga di mode Sport+ tersebut cukup membuat Kompas percaya klaim tersebut sangat mungkin diwujudkan. Sesaat kami hanya bisa membayangkan bagaimana rasanya menghela mobil ini pada mode Race di sirkuit balap.
Yang menarik, meski di mode Sport+, peredaman suspensi masih terasa nyaman untuk ukuran mobil sport. Tidak terasa terlalu keras, bahkan masih terhitung nyaman, tetapi cukup untuk meredam gerak bodi mobil yang bisa mengganggu stabilitas.
Lebar tapak yang lebih besar daripada sedan CLA standar dan sistem penggerak empat roda permanen 4Matic+ juga membuat mobil lebih stabil dan mudah dikendalikan dalam kecepatan tinggi.
Untuk merasakan semua sensasi itu, seseorang perlu merogoh koceknya sebesar Rp 1,465 miliar (off the road). Menurut pihak PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia (MBDI), harga itu terbilang ”murah” untuk ukuran mobil bertenaga 421 HP dan bertorsi 500 Nm. Di sini ukuran ”murah” dan ”mahal” menjadi sangat nisbi, bergantung pada seberapa besar keinginan Anda masuk ke dalam sebuah cerita luapan adrenalin….