KBRI Seoul Resmi Gunakan Hyundai Ioniq 5 sebagai Mobil Operasional
Sejak awal tahun, KBRI Seoul konsisten menjalankan program Go Green. Salah satu langkah progresif yang dilakukan adalah mengganti mobil operasional KBRI yang berbasis BBM (bahan bakar minyak) dengan mobil listrik.
Oleh
Dahono Fitrianto
·4 menit baca
SEOUL, RABU — Kedutaan Besar Republik Indonesia atau KBRI di Seoul, Korea Selatan, resmi menerima mobil listrik Hyundai Ioniq 5 dari perwakilan Hyundai Motor Company pada Rabu (15/9/2021) sore waktu setempat. Selanjutnya, mobil tersebut akan digunakan sebagai mobil operasional KBRI Seoul, yang menjadikan KBRI ini sebagai perwakilan tetap pertama RI di dunia yang menggunakan mobil listrik sebagai mobil operasionalnya.
Dalam siaran pers yang diterima Kompas, Rabu malam WIB, pengadaan mobil listrik tersebut oleh KBRI Seoul adalah bagian dari program Transformasi Hijau yang dicanangkan Duta Besar RI untuk Korea Selatan (Korsel) Umar Hadi sejak awal 2021. Penyerahan mobil Ioniq 5 secara simbolis dilakukan oleh Penasihat Hyundai Motor Company Kim Chang-beom, yang merupakan mantan Dubes Korsel untuk Indonesia periode 2018-2020.
”Sejak awal tahun, KBRI Seoul konsisten menjalankan program Go Green. Langkah progresif yang kami lakukan salah satunya dengan mengganti mobil operasional KBRI yang berbasis BBM (bahan bakar minyak) dengan mobil listrik. Sebelumnya, KBRI juga sudah memasang solar panel,” tutur Umar Hadi dalam sambutan di acara tersebut.
Dalam keterangan di laman resmi KBRI Seoul disebutkan, pada tahap awal KBRI telah memasang 72 modul panel surya dengan kapasitas 33 kilowatt di atap kantor KBRI di Seoul. Modul panel surya tersebut bisa membangkitkan listrik sebesar 42,8 megawatt hour (MwH) per tahun dan dapat menghemat biaya listrik hingga sebesar 5 juta won (sekitar Rp 60 juta) per tahun.
Sementara Dubes Kim Chang-beom menggarisbawahi bahwa melalui penggunaan mobil listrik sebagai mobil operasionalnya, KBRI Seoul dan Hyundai Motor Company telah bersama-sama ”menetapkan nada dasar” dalam menangani isu lingkungan dan perubahan iklim. ”Hyundai kagum dengan inisiatif KBRI Seoul yang menoreh sejarah sebagai KBRI pertama di dunia yang menggunakan mobil listrik. Kami yakin aksi nyata KBRI Seoul ini akan menciptakan lingkungan yang lebih hijau, lebih bersih, dan lebih berkelanjutan,” kata Kim.
Serah terima mobil Hyundai Ioniq 5 kepada KBRI Seoul ini sengaja dipilih pada hari yang sama dengan peresmian peletakan batu pertama pabrik sel baterai mobil listrik di Karawang, Jawa Barat, oleh Presiden Joko Widodo. Pabrik sel baterai listrik dengan nilai investasi 1,1 miliar dollar AS (Rp 15,7 triliun) tersebut dibangun konsorsium Hyundai Motor Group dan LG Energy Solution asal Korsel.
”Hyundai sedang membangun pabrik mobil di Karawang. Rencana Januari tahun depan mulai memproduksi mobil biasa, lalu pada Mei mulai memproduksi mobil listrik (EV). Kemarin konsorsium Hyundai-LG melakukan groundbreaking pabrik baterai litium, juga di Karawang. Baterai itu untuk suplai pabrik EV Hyundai,” ujar Umar Hadi kepada Kompas, Kamis (16/9/2021).
Dubes Umar Hadi menambahkan, dalam beberapa tahun terakhir investasi dari perusahaan-perusahaan Korsel menunjukkan tren yang terus naik. Menurut dia, saat ini Korsel sudah masuk dalam lima besar sumber investasi asing di Indonesia.
”Di masa pandemi pun berbagai proyek investasi baru bisa dilaksanakan, seperti pabrik mobil Hyundai dan pabrik baterai litium. Tren ini juga menunjukkan mulai masuknya industri padat modal dan teknologi dari Korsel. Yang sedang kita upayakan ke depan adalah investasi di luar Pulau Jawa, terutama di kawasan timur Indonesia. Contohnya untuk industri pengolahan nikel di Maluku atau pengolahan mangan di NTT, sebagai bahan baku untuk industri baterai litium,” ungkapnya.
Menurut Umar Hadi, dalam konteks investasi pabrik mobil dan baterai litium, elemen sumber daya manusia dan penelitian serta pengembangan (R&D) menjadi bagian penting. ”Targetnya justru menjadikan Indonesia sebagai pusat produksi mobil listrik untuk pasar Asia Tenggara. Pabrik baterai litium terintegrasi di Asia ini baru ada di China, Jepang, dan Korsel. Indonesia jadi negara ke-4 di Asia yang akan produksi baterai litium,” papar Umar Hadi.
Terbaru
Hyundai Ioniq 5 sendiri adalah mobil listrik murni terbaru yang baru diluncurkan di dunia pada 23 Februari 2021 lalu. Mobil ini menggunakan platform modular baru yang dinamakan E-GMP (Electric-Global Modular Platform) yang akan menjadi platform bagi mobil-mobil listrik murni (battery electric vehicle/BEV) Hyundai di masa mendatang.
Meski sekilas berbentuk seperti mobil hatchback kompak, Ioniq 5 dirancang sebagai sebuah crossover SUV kompak dengan lima pintu. Dimensi Ioniq 5 secara keseluruhan adalah panjang 4.635 milimeter (mm), lebar 1.890 mm, dan tinggi 1.605 mm, serta jarak antarporos roda (wheelbase) mencapai 3.000 mm, menciptakan ruang interior yang lega dan lapang.
Ioniq 5 ditawarkan dengan dua pilihan kapasitas baterai, yakni 58 kWh dan 72,6 kWh. Baterai ini disimpan di bawah lantai. Mobil juga akan menawarkan dua pilihan motor penggerak, yakni satu motor listrik di poros roda belakang (gerak roda belakang), atau dua motor listrik masing-masing di poros depan dan belakang (gerak empat roda/all wheel drive/AWD).
Hyundai mengklaim pada varian dengan baterai 72,6 kWh dan konfigurasi gerak dua roda, jarak tempuh maksimum baterai untuk sekali pengecasan sampai penuh mencapai kisaran 470-480 kilometer. Angka ini didasarkan pada standar pengujian WLTP (worldwide harmonized light-vehicles test procedure). (DHF)