Hyundai Staria, Mobil Besar dari Masa Depan
Hyundai kembali mengejutkan pasar dengan memasukkan MPV premium Hyundai Staria. Selain berukuran ekstra besar, mobil keluarga ini juga tampil dengan desain futuristik.
Mobil keluaran Hyundai era sekarang mulai konsisten dengan desain yang tak umum. Tengok saja Palisade, Kona Electric, dan Ioniq 5. Lini MPV (multi-purpose vehicle) yang identik sebagai mobil keluarga juga digarap serius, seperti terlihat pada mobil baru mereka bernama Staria.
Desain MPV kelas premium ini ibarat muncul dari film science-fiction. Bentuk mobil van belum pernah seunik ini.
Wajah Hyundai Staria terkesan minimalis, tetapi modern. Penanda utamanya adalah segaris tipis lampu LED putih yang memanjang selebar bodi, seperti mata tokoh fiksi Robocop, atau Cyclops. Segaris lampu itu sebenarnya terdiri dari tiga panel; dua di kiri dan kanan adalah daytime running light (DRL) jika mobil berjalan di siang hari. Semua lampu menyala utuh pada malam hari, atau jika pemegang kunci mendekati mobil sebagai penyambutan.
Daya tarik wajah Staria masih berlanjut di bagian gril, yang juga selebar bodi, dengan bentuk persegi panjang, tetapi sudutnya melengkung. Motif gril-nya sedikit mengingatkan pada motif gril Palisade. Bedanya, jika warna gril Palisade adalah krom keperakan, warna di Staria amat jarang dipakai di mobil manapun, yaitu coklat tembaga.
Nuansa tembaga ini juga ada di bagian bawah bumper, tudung kaca spion, tuas pintu samping, juga logo Hyundai di depan dan belakang. Warna krom perak cuma ada di velg alloy 18 inci, yang juga dipadu dengan warna tembaga. Desain velg ini juga mengagumkan. Unit tes yang diuji Kompas selama sekitar lima hari sejak Rabu (1/9/2021) berwarna hitam. Paduan warna hitam dan tembaga amat mengesankan pada mobil seharga Rp 1,020 miliar (on the road, Jakarta) ini.
Desain lampu eksterior benar-benar mencuri perhatian. Selain lampu tipis tadi, lampu utamanya sebenarnya terletak di sudut kiri dan kanan gril depan. Di setiap sisi, lampu utamanya terdiri dari dua kolom vertikal berjumlah enam kubus LED, ditambah dua kubus lagi sebagai lampu belok. Di jalanan, sering sekali melihat orang menatap lekat-lekat wajah mobil ini, bukan wajah pengemudinya.
Lampu belakang tak kalah menarik. Formasinya memanjang vertikal dari tepi atap sampai sekitar 2/3 tinggi mobil di sudut kiri dan kanan. Satu sisi formasi lampu belakang ini terdiri dari 360 kubus kecil-kecil, tapi yang bisa menyala hanya 2/3 ke bawah, sisanya dekoratif. Mereka menyebut formasi lampu belakang ini dengan istilah parametric pixel lights.
Dilihat dari samping, Hyundai Staria minim garis tegas dan tonjolan, alias rapi jali. Moncongnya melandai sejak dari sudut tajam di bawah logo sampai atap, yang lalu sedikit melengkung hingga belakang. Jendela kacanya berukuran lebar mulai dari kaca baris depan sampai buritan. Tinggi jendela samping ini nyaris separuh tinggi bodi. Ini membedakan Staria dengan pesaing sekelasnya. Jendela yang lebar akan berdampak bagi penghuni mobil.
Pada saat peluncuran mobil secara virtual pada 20 Agustus 2021, dimensi mobil ini tak terlalu mencengangkan. Impresi berubah drastis begitu melihat langsung wujudnya. Staria diparkir tepat di samping Palisade, yang dimensinya juga besar itu di kantor pusat PT Hyundai Motors Indonesia di Jalan Gatot Subroto, Jakarta.
Nyatanya, ukuran Staria superior. Panjang keseluruhan Staria 5,253 meter, 27 cm lebih panjang dari Palisade. Tinggi Palisade, yang rasanya cukup jangkung itu rupanya 24 cm lebih rendah dibanding Staria (1,990 meter). Lebarnya setaralah.
Dibandingkan dengan pesaing satu segmen seperti Toyota Alphard, Staria lebih panjang 30 cm, lebih lebar 15 cm; selisih yang cukup signifikan. Ya, pengemudi Staria harus membiasakan diri dengan dimensi besarnya, apalagi jika sebelumnya lebih biasa menyetir sedan hatchback.
Rasanya agak gugup juga ketika memasuki gedung parkir bertingkat yang umumnya mematok batas ketinggian kendaraan 2,1 meter saja. Belum lagi ketika mencari ruang parkir di basement apartemen, yang rata-rata sempit itu. Kamera 360 yang terpampang di layar tengah memang membantu parkir. Namun suara peringatan kalau terlalu mepet dengan obyek lain menggoyahkan keyakinan.
Baca juga: Lompatan Signifikan New Hyundai Santa Fe
Kabin lega
Dimensi besar berdampak pada kelegaan kabin, apalagi Staria yang kami uji adalah varian Signature 7 berkapasitas tujuh orang. Di Indonesia, varian lain Staria adalah Signature 9, untuk sembilan orang, dengan harga Rp 888 juta (on the road, Jakarta). Dua varian ini punya jarak antarsumbu roda (wheelbase) sama-sama 3,2 meter; 20 cm lebih panjang dari Lexus LM 350 terbaru.
Baris kedua Signature 7 punya ruang sepanjang 1,4 meter jika kursi captain seat dimundurkan sampai mentok. Penghuni baris ini bisa selonjoran maksimal. Ruang buat penghuni baris ketiga 1,2 meter dengan formasi tertentu. Cukup legalah meski sandaran kursinya tak bisa merebah layaknya ”bos” di baris kedua.
Captain seat berlapis kulit di baris kedua ini bisa diatur konfigurasinya pakai tombol elektronik, termasuk menaikkan sandaran betis. Jika tak ada penumpang di depan, penghuni sisi kiri baris kedua punya kuasa memajukan dan melipat kursi di depannya dengan dua tombol. Kalau sudah begini, pandangan ke depan membentang luas.
Penghuni baris kedua dimanjakan dengan kursi yang bisa menghangatkan atau menyejukkan punggung dan paha. Satu pasang dari 12 speaker produk Bose ditempatan sejajar telinga. Soket USB juga tersedia jika perlu mengisi daya gawai.
Suhu di baris belakang juga bisa diatur terpisah dengan depan. Sayangnya, panel pengaturan suhu belakang cuma terletak di sisi atas kanan pilar B. Ini di luar jangkauan tangan penghuni kursi kanan. Sehingga, cara paling malas adalah meminta pengemudi mengatur suhu belakang lewat konsol di depan.
Arsitektur hanok
Kaca jendela samping yang besar memberi kelegaan pemandangan. Ini masih diperkuat dengan ukuran panoramic roof yang besar. Menurut para perancang Staria, yang masih muda-muda itu, jendela-jendela besar mengadopsi aristektur hanok, rumah tradisional Korea. Konsep hanok dipercaya berelasi dengan lingkungan sekitar.
Joon Seo, salah seorang tim perancang Staria, mengatakan, elemen penting desain mobil ini adalah kebentangan. Ini dimaksimalkan dengan garis jendela yang rendah serta langit-langit yang tinggi. ”Kami menerapkan gaya arsitektur hanok di mobil ini dengan menggunakan jendela besar, yang membuat Anda bisa menikmati pemandangan sekitar layaknya memandang melalui pigura,” kata Joon Seo, dikutip dari artikel di news.hyundaimotorgroup.com unggahan 23 Juni 2021.
Jendela samping yang rendah sangat membantu pengemudi memastikan rodanya tak bergesekan dengan trotoar, misalnya. Dasbor yang cenderung rendah juga membuat pandangan ke depan terbentang lega.
Baca Juga: Hyundai Palisade, Benteng Kokoh yang Lincah dan Berdaya
Material interior
Panel instrumen dipasang menjorok ke arah kaca depan sehingga menyisakan ruang penyimpanan tertutup di balik setir. Ruang penyimpanan berdasar rendah ini sangat berguna untuk, misalnya, menaruh kunci mobil, kartu parkir, atau kartu uang elektronik. Ruang serupa juga terdapat di belakang layar tengah. Rasanya, segala barang yang biasa tersimpan di saku bisa dipindahkan ke situ. Dasbor pun rapi, tak menganggu pandangan mengemudi.
Jok pengemudi dan penumpang di sampingnya nyaris senyaman jok baris kedua, hanya tanpa sandaran betis. Posisi mengemudi relatif tinggi, dan ada sandaran tangan kanan yang bisa diatur ketinggiannya. Kaca spion luar kiri dan kanan cukup lebar, penting untuk mengemudikan mobil sepanjang ini. Sayangnya, ukuran spion dalam terlalu kecil, dan agak jauh dari jangkauan tangan.
Selain kaca spion dalam yang terlalu kecil untuk mobil sebesar ini, bahan dasbor dan lapisan pintu yang kerap tersentuh bermaterial plastik keras, meskipun terasa solid. Penggunaan lapisan plastik itu dikompensasikan dengan material beludru lembut di sepanjang langit-langit dan pilar.
Pijakan kaki di bawah pintu relatif tinggi, sementara tak ada pegangan tangan untuk pengemudi di langit-langit dan pilar sehingga agak kikuk memasuki mobil ini. Penumpang depan dapat pegangan tangan di pilar. Ketika hendak melangkah keluar mobil, terkadang kaki menyangkut di kantung penyimpanan di dasar pintu.
Selain itu, lampu ambience kabin dengan pilihan 10 warna itu dirasa kurang terang, dan lokasinya agak tersembunyi dari mata—kecuali yang mengitari konsol penyimpanan besar di tengah baris depan, atau yang menyinari kaki. Andai cahaya ambience itu juga sedikit saja menghiasi dasbor, tentu menyetir di malam hari jadi lebih semarak.
Tata suara mobil ini memakai 12 pelantang keluaran Bose, tetapi kualitas suaranya standar saja bahkan ketika memutar musik beresolusi tinggi. Volume musik bisa berubah ketika ada bunyi peringatan, juga menyesuaikan kebisingan sekitar dan kecepatan mobil. Selain radio, materi hiburan bisa memanfaatkan layanan musik streaming di ponsel yang tersambung tanpa kabel lewat fitur Apple CarPlay maupun Android Auto.
Baca juga: New Hyundai Kona Electric, Tampang Diubah Fitur Ditambah
Fitur keamanan
Di luar itu kekurangan itu, fitur-fitur mobil ini terbilang lengkap menyerupai produk Hyundai modern seperti Palisade dan Santa Fe terbaru. Mobil ini punya cruise control meski belum bisa beradaptasi dengan kecepatan mobil yang dikuntitnya. Setirnya cenderung ringan, dan bisa otomatis mengikuti marka jalan pada kecepatan di atas 60 km per jam. Tangan pengemudi bisa lepas dari setir sejenak saja, untuk mengambil gelas kopi, misalnya.
Rem bisa mengintervensi jika dirasa jarak dengan mobil di depan terlalu dekat. Pengawasan pada titik buta (blind spot) mengurangi risiko bergesekan dengan kendaraan lain. Ketika mundur sementara ada obyek mendekat, mobil akan memberi peringatan, bahkan bisa mengerem otomatis.
Barang bawaan untuk bepergian jarak jauh bisa dimasukan ke bagasi belakang yang pintunya bisa terbuka otomatis selama pemegang kunci berdiri di dekatnya. Lantai bagasi cenderung rendah memudahkan menaik-turunkan barang. Jika dirasa kurang lega, kursi baris ketiga bisa dimajukan dengan mudah, sehingga kapasitas bagasinya jadi 431 liter.
Mobil ini memakai mesin diesel empat silinder berkapasitas 2,2 liter (2.199 cc) dengan turbocharger. Tenaganya tersalurkan ke roda depan melalui transmisi otomatis delapan percepatan. Tenaga maksimum mobil ini 177 PS pada putaran mesin 3.800 rpm, dengan torsi puncak 430 Nm di putaran 1.500-2.500 rpm. Agresivitas pacunya trengginas di putaran bawah. Kecepatan tertingginya diklaim 185 km per jam.
Ketika mobil menyala dalam posisi idle, suara khas mesin diesel jelas terdengar. Namun, begitu pintu dan jendela tertutup rapat, deru mesin nyaris senyap.
Kapasitas tanki bahan bakar yang mencapai 75 liter sepertinya memang disiapkan untuk jarak jauh. Kami menghitung konsumsi solar jenis CN 53 (Pertamina Dex) adalah 15,1 km per liter untuk jalan khusus jalan tol dengan kecepatan stabil sekitar 90 km per jam. Dengan tangki terisi penuh, mungkin Anda bisa mencapai Surabaya dari Jakarta via jalan tol (jarak 791 km), dan masih tersisa untuk keliling kota. Siap berangkat? (HEI)