Jurus Menjaga Diri di Pusaran Teknologi Informasi
Banyak orang yang memilih ”slow living” dalam menjalani kehidupan kesehariannya.
TIGA dekade sebelum teknologi internet ditemukan, Marshall McLuhan, ahli media dan teknologi media asal Inggris, berteori. Menurut dia, ”Humans being create technology and technology shapes us!”. Kini, apa yang disampaikannya terbukti dan sekaligus juga menjadi sebuah ironi.
Ironi kehidupan di mana orang justru seolah semakin didikte dan bahkan diperbudak padahal teknologi awalnya diciptakan untuk mempermudah hidup manusia. Pada era 1990-an dan 2000-an, perkembangan teknologi informasi dan digital juga semakin membuat ruang dan waktu seolah mencair.
Dunia berubah menjadi sebuah ”Desa Global” ketika apa yang terjadi di satu belahan dunia akan segera langsung diketahui di belahan lainnya. Kesadaran bermiliar orang seolah dicetak menjadi sesuatu yang beragam.
Manusia-manusia modern dipaksa mengonsumsi dan bergerak serba cepat sampai-sampai tak lagi bisa mengatur dan mengendalikan dirinya sendiri.
Dunia macam itu dialami, salah satunya oleh Magali Dargahamel (31), perempuan blasteran Sunda-Perancis, yang lama malang melintang di dunia galeri dan karya seni skala dunia. Saat berbincang dengannya, Rabu (1/9/2021), Magali banyak menceritakan kisahnya.
Sebelum tahun 2018, dua tahun jelang pandemi Covid 19 melanda, kehidupan memaksanya terus bergerak dan berputar sangat cepat. Tak hanya itu, banjir informasi lewat media sosial dan internet juga dirasakannya memberi informations overload, yang bahkan sampai tak sanggup dia handle.
Mendengarkan kisah hidupnya itu memang serasa melihat Magali pernah berada dan terjebak dalam sebuah pusaran raksasa, yang menyedot habis seluruh tenaga, pikiran, jiwa, dan sekaligus juga kesadarannya. Hidup di dunia yang serba hectic dan penuh tuntutan pada akhirnya melelahkan jiwa, pikiran, dan tubuhnya.
Dimulai sejak dirinya beranjak dewasa, selulus program diploma gandanya untuk fotografi dan sejarah seni di Icart Paris, Perancis, Magali melesat melanglang buana. Seolah meneruskan darah serta ketertarikan kedua orangtuanya terhadap karya seni, Magali meniti kariernya dengan bekerja di sebuah galeri terkenal.
Galeri milik mendiang Enrico Navarra, yang juga seorang kolektor seni serta art-book publisher kelas dunia, berkedudukan di Paris itu menjadi titik awal penting karier Magali. Di sana dia intens berurusan dengan karya-karya seniman kaliber dunia macam Basquiat Keith Haring, Picasso, dan banyak lagi.
”Saya berkesempatan bertemu Bono (vokalis band rock dunia U2), keluarga Kerajaan Uni Emirat Arab (UEA) Mughrabi, dan Kate Moss (model super Inggris Raya). Dari sana terbuka kesempatan saya bekerja di Galeri Hanart TZ, Hong Kong, dan Galeri Lio Malca, New York, Amerika Serikat,” ujarnya.
Hidup bahkan masih terus memaksanya terus bergerak cepat saat dia memutuskan untuk hijrah ke Indonesia, lebih spesifik lagi Bali, saat sang mama membutuhkannya. Sang mama adalah seorang pedagang karya seni internasional dan pemilik Galeri Darga di Sanur.
Selama hidup di Indonesia, banyak pekerjaan dan peran dijalani Magali. Mulai dari terlibat pergelaran besar ”Wayang Orang Rock” bersama sahabatnya, Happy Salma, lalu nyemplung ke dunia jurnalistik dengan sempat bekerja di dua media massa besar berbahasa Inggris. Magali juga sempat diminta bergabung dengan Art Stage Jakarta.
Kelelahan mental
Sampai kemudian di pertengahan tahun 2018, Magali mengaku sempat mengalami breakdown akibat kelelahan. Dia pun harus menjalani perawatan di rumah sakit selama beberapa waktu. Dia bercerita, saat itu tubuhnya sudah sampai pada tahap menolak untuk berfungsi. Dokter hanya mendiagnosa dirinya mengalami depresif tapi tanpa mengetahui apa penyebab sebenarnyanya.
”Saya juga sudah mencoba beberapa terapi, mulai dari female retreat, akupunktur, yoga, dan meditasi untuk cari tahu apa penyebabnya. Belakangan baru ketahuan, ternyata saya mengalami information overload dan itu sangat berpengaruh ke tubuh,” ujar Magali.
Momen pandemi memberinya waktu untuk mempertanyakan kembali tentang dirinya sendiri. Pertanyaan tentang apa sebenarnya tujuan hidupnya. Dia menyadari selama ini sebagian besar waktunya dipakai bekerja untuk orang lain. Semua dilakukan tanpa sadar dan tanpa bertanya bahkan kepada dirinya sendiri soal apa sebenarnya yang dia inginkan.
”Selama ini saya selalu bekerja dan mem-push diri sampai ke tahap maksimal. Push, push, dan push! Belum lagi dengan banyaknya obligasi yang harus dipenuhi. Mulai dari sebagai seorang anak, sebagai perempuan yang harus selalu tampil cantik. Ibaratnya naik (berat badan) 3 kilo aja kok sepertinya jadi enggak tenang diomongin,” kenangnya.
Banyak metode penyembuhan diri (self healing) dia coba, termasuk mengikuti meditasi dan yoga. Momen pandemi belakangan menjadi semacam kesempatan untuk melakukan perjalanan pencarian diri, yang menuntunnya pada seni untuk penyembuhan dan mencintai diri sendiri, lewat pelatihan Kokoro.
Magali mulai kembali belajar untuk memercayai kekuatan diri. Dia diajarkan untuk bisa menerima dirinya sebagai manusia apa adanya, yang terkadang memang bisa berada dalam kondisi di atas maupun di bawah. Dalam penerimaannya itu, dia mendapatkan kembali hubungan dengan keluarganya.
”Sejak ikut pelatihan itu di Bali sini Februari lalu saya merasa tak perlu mengejar atau mencoba membuktikan apa pun lagi. Saya dibuat kembali yakin pada kemampuan sendiri dan itu tampak ketika saya berhasil berjalan kaki dari Sanur ke Kintamani saat ikut pelatihan Kokoro,” ujarnya senang.
Kini bersama pasangannya, Magali mendirikan retret Mental Wellness. Mereka yang mengalami depresi, kecemasan, dan kecanduan, ataupun mereka yang sekadar ingin mengubah diri menjadi lebih baik bisa datang dan berlatih.
Pemimpin untuk diri
Berangkat dari kecintaannya atas dunia dan seni peran, aktor muda berbakat Muhammad Khan secara sadar memilih untuk memiliki kendali penuh atas tubuhnya. Bak kuil suci yang harus selalu dijaga tak boleh tercemar, Khan memilih untuk selalu hidup sehat, baik lewat makanan dan juga informasi yang dikonsumsinya.
Penghargaan terhadap tubuh, menurut Khan, dia pelajari saat mendalami seni teater dan keaktoran di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta. Di sana dia diajarkan, peralatan utama untuk berkarya seorang aktor adalah tubuh beserta isinya, yaitu jiwa dan pikiran.
Dia lantas secara sadar memutuskan tak merokok, minum alkohol, atau mengonsumsi makanan tak sehat. Juga tidak menghabiskan waktu dengan gawai, media sosial, permainan daring (game online), dan juga pornografi. Baginya, jika ingin mampu menghasilkan karya-karya mumpuni, sempurna, dan paripurna, dia harus bisa menjaga tubuh, jiwa, dan pikiran.
”Apalagi aku punya cita-cita panjang untuk berkarya sebagai seorang aktor,” ujar pemeran Juno di film nominasi Oscar 2020 garapan sutradara Garin Nugroho, Kucumbu Tubuh Indahku, saat dihubungi per telepon, Kamis (2/9/2021).
Terkait makanan yang dikonsumsinya, Khan dengan cermat dan mendalam mempelajari banyak literatur terkait. Hal itu termasuk beragam metode diet dan sejarahnya serta bagaimana mekanisme tubuh bekerja, semisal tentang siklus Sirkadian.
Dari situ dia lalu mengolah dan meracik sendiri makanan yang dikonsumsinya sehari-hari, terutama jika sedang tak terlalu banyak kegiatan di luar rumah macam proses shooting. Pada intinya, Khan ingin bersifat adil dan menjadi pemimpin bagi tubuh, pikiran, dan jiwanya sendiri.
Mirip dengan gerakan slow food, dia tak mau didikte tentang apa yang harus dikonsumsi dan masuk ke dalam tubuhnya. Dengan beragam pendekatan dan metode mulai dari food combining, clean eating, dan plant based food, Khan menjaga makanan yang dikonsumsinya.
Dengan begitu tubuhnya, menurut Khan, akan mendapatkan haknya untuk bisa kemudian berfungsi dengan baik. Walau begitu, Khan juga tak lantas ingin merepotkan banyak orang, terutama saat shooting. Dia akan memakan apa pun yang disediakan untuknya, tetapi dengan cara sesuai dia yakini seperti tak akan mencampur karbohidrat dan protein.
”Saya juga menerapkan cheating time seminggu sekali, namun tetap sesuai aturan seperti hanya di menu makan siang,” tambahnya.
Walau tak terlalu ekstrem, terkait gawai dan media sosial, Khan juga mencoba untuk membatasi. Hal itu dilakukan lantaran dirinya tak ingin terlalu banyak terdistraksi dengan informasi yang tak semuanya dia perlukan.
Dia bahkan pernah menerapkan puasa gawai telepon pintar selama tiga bulan di akhir tahun lalu. Khan mengganti smartphone-nya dengan telepon seluler yang hanya bisa dipakai menelepon dan mengirim serta menerima pesan teks. Selama tiga bulan dia mengaku sangat tenang dan berencana akan kembali melakukannya sebagai bentuk detoksifikasi gawai.
Pakai barang lungsuran
Memanfaatkan kembali barang lama yang masih laik pakai atau dengan sedikit memodifikasinya sehingga tampak terkesan baru menjadi pilihan Puteri Indonesia 2005, yang juga aktivis lingkungan hidup, Nadine Chandrawinata.
Kesadaran dan pemahaman tentang itu, menurut Nadine, bahkan sudah diajarkan sang mama sejak dirinya masih kecil. Pada pesta pernikahannya beberapa waktu lalu, Nadine sempat membuat heboh lantaran mengenakan gaun pengantin, yang dikenakan sang mama saat menikah.
”Banyak barang dan pakaian masih bisa dipakai lagi karena mama seorang goodkeeper. Semua barang itu masih dalam kondisi baik. Seperti gaun, taplak meja, gorden, peralatan makan dan masak. Yang namanya sifat konsumtif enggak akan bisa berhenti,” ujar Nadine per telepon, Rabu (1/9/2021).
Sekali waktu, Nadine juga merangkai ulang beberapa pakaian atau sepatu lamanya. Dengan ditambah sedikit perhiasan dan pernak-pernik barang lama tampak menjadi seolah baru dan segar. Hal itu bisa dilakukan lantaran sang mama juga mengajarinya jahit-menjahit.
”Jadi, di keluarga, terutama mamaku, sudah biasa melakukan upcycle dan kami diajari sejak kecil. Mulai dari pakaian, sepatu, celana, dan sampai kelengkapan rumah tangga macam gorden dan perlengkapan dapur. Aku enggak ragu untuk memakai barang-barang lungsuran karena hal itu justru lebih baik,” ujar Nadine.
Terkait penggunaan gawai dan medsos, Nadine mengaku membatasi agar tidak terlalu berlebihan dan sampai membuatnya menunda-nunda pekerjaan lain. Kalaupun sedang membuka gawai atau medsos, dirinya hanya mencari seperlunya. Dengan begitu, gawai pun jadi awet dipakai dan tidak cepat panas.