Peduli dan Lindungi Diri dengan Masker Unik Bercita Rasa Seni
Pandemi Covid-19 belum berakhir. Memakai masker penutup mulut dan hidung menjadi bagian kampanye pencegahan penularan penyakit SARS-CoV-2.
Pandemi Covid-19 belum berakhir. Pemerintah mengimbau seluruh komponen masyarakat agar menjalankan protokol kesehatan pencegahan Covid-19 secara berdisiplin. Memakai masker penutup mulut dan hidung menjadi bagian kampanye pencegahan penularan penyakit SARS-CoV-2.
Selama kunjungan kerjanya di Bali, Kamis (19/8/2021) hingga Jumat (20/8/2021), Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), yang juga Ketua Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Ganip Warsito, beberapa kali menegaskan, memakai masker merupakan upaya memproteksi diri maupun orang lain dari penyebaran virus Covid-19.
”Yang juga penting adalah menegakkan protokol kesehatan. Minimal dengan memakai masker untuk proteksi diri,” ujar Ganip Warsito ketika mengunjungi fasilitas isolasi terpusat bagi pasien Covid-19 tanpa gejala di Kuta, Badung, Jumat (20/8).
Baca juga: Pentingnya Tetap Memakai Masker meski Sudah Divaksin
Saat ini, masker penutup mulut dan hidung juga sudah banyak tersedia, baik masker dengan standar medis yang memang disarankan di masa pandemi Covid-19, maupun masker kain katun atau masker kain neoprene alias masker scuba. Berbeda macam masker itu berbeda pula harganya.
Di antara ragam masker penutup mulut dan hidung itu terdapat pula masker unik yang tidak hanya berfungsi untuk memproteksi diri di masa pandemi Covid-19, namun juga memberikan penampilan bergaya. Salah satunya, masker bergambar dari kain scuba yang diproduksi insan kreatif Kita Satu Bali (KSB) di Kuta, Badung.
Masker bergambar produksi Kita Satu Bali berbeda dengan masker kain scuba bergambar yang banyak ditemui dan dijual bebas meskipun masker sama-sama berbahan kain neoprene yang lembut dan lentur. Keunikan masker gambar itu karena dapat dinilai sebagai produk seni. Desain gambar pada masker produksi Kita Satu Bali adalah reproduksi dari lukisan.
Baca juga: Pakai Masker Cara Jitu Lawan Covid-19
Gambar yang dicetak pada masker dengan mesin sublimasi itu sebagian besar merupakan lukisan atau karya visual dari perupa yang namanya sudah dikenal khalayak penikmat seni rupa dan sudah pernah berpameran. Gambar pada masker itu juga bukan sekedar disablon melainkan dicetak dengan mesin cetak panas atau heat press sublimasi sehingga gambar pada masker lebih tajam dan gambar tidak gampang luntur.
Misi seni
Baca juga: Imbauan Pemakaian Masker Dorong Pembuatan Maskerdi Bali
Pembuatan masker bergambar oleh insan kreatif Kita Satu Bali itu juga dilatari tekanan akibat pandemi Covid-19. Direktur Kita Satu Bali Abdes Prestaka mengungkapkan, inti bisnis mereka adalah jasa penyelenggaraan acara (event management) dan komunikasi pemasaran yang juga berkaitan dengan sektor pariwisata. Akibat hantaman pandemi Covid-19, sektor pariwisata khususnya di Bali mengalami kelumpuhan dan juga berimbas ke usaha lain, termasuk jasa penyelenggaraan acara.
”Bisnis kami juga berhenti karena tidak ada event baik di Bali maupun di luar Bali,” kata Abdes ketika ditemui di Kuta, Badung, Jumat (20/8/2021).
Abdes yang juga seniman visual dan kolektor karya seni itu menambahkan, dirinya merasa tertantang untuk mencari solusi menghadapi tekanan pandemi Covid-19 dan sekaligus menjaga keberlanjutan usahanya.
”Masa kami yang bekerja di industri kreatif tidak mampu menemukan cara kreatif untuk mengatasi situasi krisis di masa pandemi ini?” ujar Abdes mengenang langkah awal produksi masker gambar yang mengadaptasi lukisan itu.
Pertengahan tahun 2020, Abdes bersama istri yang juga rekan kerjanya di Kita Satu Bali, Nirmala Trisna, mengembangkan ide membuat masker yang menampilkan lukisan dan karya seni visual yang dihasilkan seniman dan desainer grafis. Abdes yang memiliki jejaring di komunitas seni rupa mengomunikasikan rencana itu ke seniman yang dikenalnya.
”Kami mulai dengan proyek pameran Kita Art Friends (KAF) yang menampilkan 72 lukisan karya 21 seniman perupa,” kata Abdes.
Baca juga: Perajin Batik Banyumas Mulai Produksi Masker Batik
Sejumlah lukisan yang dipamerkan itu diadaptasi untuk direproduksi menjadi desain masker setelah diizinkan seniman atau pemilik lukisan. Di antara seniman yang karyanya dijadikan desain masker adalah I Made Wiradana dengan lukisan tentang Garuda.
Setelah mengadakan pameran KAF pertama pada 2020, Kita Satu Bali mengadakan pameran KAF kedua berjudul ”Hopes” pada Juni 2021. Penyelenggaraan pameran itu juga dimaksudkan memberikan ruang bagi para seniman yang terlibat untuk menampilkan karya mereka kepada publik di masa pandemi Covid-19, termasuk kepada khalayak penikmat seni rupa. Pada pergelaran pameran Hope, Juni 2021, tim KitaSatuBali menerapkan teknologi augmented reality (AR) untuk menampilkan karya seni itu dalam bentuk digital gerak.
Adapun pembuatan masker dengan seri KAF sudah mulai Juni 2020. Proyek masker itu tidak hanya memberikan pekerjaan bagi staf Kita Satu Bali di masa pandemi Covid-19, namun juga pekerjaan bagi penjahit di luar Kita Satu Bali.
Menurut Nirmala, mereka semula melibatkan dua penjahit dari luar Kita Satu Bali untuk membuat lapisan dalam masker. Pihak Kita Satu Bali mensyaratkan hasil jahitan harus rapi agar tidak mengganggu kenyamanan pemakai masker dan juga tidak mengubah desain masker itu sendiri. ”Ada yang membeli masker ini bukan untuk dipakai, melainkan untuk dijadikan koleksi,” kata Nirmala, yang juga Direktur Pengembangan Bisnis Kita Satu Bali.
Nirmala menyebutkan, mereka menggunakan kain scuba berkualitas yang kemudian diproses kembali di Kantor Kita Satu Bali sebelum diproduksi sebagai masker gambar.
Ruang ekspresi
Baca juga: Pariwisata Bali Masih Menyepi Terdampak Pandemi
Seniman I Made Wiradana mengapresiasi proyek masker gambar Kita Satu Bali yang menampilkan lukisan pada masker. Wiradana terlibat dalam dua pameran Kita Art Friends (KAF), mulai pameran pertama KAF dan pameran bertajuk ”Hopes”. ”Inisiatif Abdes dan Nirmala mengadaptasi lukisan sebagai gambar pada masker itu menarik,” kata Wiradana, Senin (23/8/2021).
Alumnus Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta itu mengatakan, pandemi Covid-19 mempengaruhi hampir seluruh aspek kehidupan masyarakat, termasuk kalangan seniman. Pandemi Covid-19 mendorong seniman sebagai insan kreatif menjadi lebih kreatif dan tetap berinovasi serta mampu beradaptasi.
”Akibat pandemi, pameran secara konvensional menjadi terbatas dan sangat jarang digelar,” kata Wiradana. Sebagai seniman, menurut Wiradana, pelukis juga berupaya mendekatkan karyanya ke publik dan berkeinginan mendapatkan apresiasi dari publik atas karya seni yang dihasilkan. Pameran secara virtual menjadi alternatif bagi seniman di masa pandemi Covid-19.
Pemindahan karya seni lukis sebagai gambar pada masker, menurut Wiradana, juga menjadi upaya mengenalkan dan mendekatkan karya seni kepada publik serta mendapatkan respon dari publik, selain mengedukasi masyarakat agar peduli untuk melindungi diri.
Dua lukisan karya Wiradana, yang bertema Garuda, menjadi gambar masker yang populer dan diminati public figure karena masker bermotif Garuda itu diluncurkan serangkaian momen peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Indonesia pada Agustus. Lukisan Wiradana berjudul Tegak Garudaku yang diproduksi sebagai masker KAF edisi 17 Agustus 2021 bahkan mencuri perhatian di media sosial setelah aktris Cinta Laura Kiehl mengunggah fotonya sedang memakai masker bermotif Garuda yang sedang membentangkan sayapnya.
”Ini mengejutkan,” ujar Wiradana.
Masa pandemi Covid-19 memang memaksa semua untuk beradaptasi, termasuk menggunakan masker. Karya seni di Bali pun beradaptasi, termasuk dalam bentuk lukisan di masker.