Anak-anak muda ini rela meninggalkan Tanah Air untuk meraih mimpi sembari mengharumkan nama negeri. Ada juga yang tetap di dalam negeri, tetapi karyanya melanglang jagat dan diapresiasi pesohor-pesohor dunia.
Oleh
Sekar Gandhawangi dan Riana A Ibrahim
·5 menit baca
Kadang cukup berada di Tanah Air dan biarkan karya kita yang melanglang buana untuk menjaga nama harum negeri. Kadang sebaliknya, kita perlu meninggalkan kampung halaman untuk mengharumkannya dari luar negeri.
Jalannya tidak mudah. Namun, tapakan langkah untuk merengkuh mimpi memang penuh aral. Lagi pula demi cita-cita diri, perlu sesekali menerabas batas. Tanpa disadari, dari diri mampu berkontribusi untuk negeri, meski jauh di rantau.
Bahasa Inggris yang medok dengan logat Jawa, kostum Gatot Kaca untuk Halloween, hingga cerita tentang kampung halaman coba disisipkan animator Wahyu ”Pinot” Ichwandardi dalam kesehariannya di New York, Amerika Serikat. Sudah enam tahun Pinot menetap bersama keluarga kecilnya di kota yang tak pernah tidur itu.
Pengalamannya dalam dunia grafis yang membawanya terbang ribuan kilometer dari tanah kelahirannya. Dari sebuah stasiun televisi swasta di Indonesia, Pinot memutuskan menerima tawaran kerja ke Kuwait dan memboyong istri serta anak-anaknya. Hingga kini berlabuh di New York.
Meski lebih dari satu dekade merantau, ia tetap menghidupkan tradisi lawas keluarga dari Indonesia berupa proyek seni keluarga. Ayahnya, Dwi Koen Brotoatmojo, kartunis Panji Koming, selalu melibatkan keluarga dalam karya. Panji Koming pun digambar bukan hanya oleh Dwi Koen, melainkan oleh seluruh anggota keluarga.
Mengajak istrinya, Dita W Yolashasanti dan tiga anaknya; Arwen, Leia, dan Neo, kebiasaan ini berlanjut. Salah satunya, mereka membuat ulang trailer film Spiderman: Into the Spider-Verse yang diunggah ke media sosial. Mereka membuat semuanya from scratch alias dari awal. Manual pula. Dari situ mereka diundang ke studio Sony Pictures Animation di Los Angeles, AS dan bertemu tim kreatornya. Anak-anaknya juga memperoleh kesempatan belajar.
Hasil lain berupa video promo film Soul hingga video lirik dari Twenty One Pilots berjudul Level of Concern. Video ini digarap dengan komputer Machintos lawas yang rilis tahun 1980-an. Pinot mengatakan, memiliki perangkat lawas adalah mimpi masa kecilnya yang baru terwujud sekarang.
”Itu adalah saat orangtua dan anak bertemu di level yang sama. Orangtua menurunkan ego dan menyesuaikan dengan frekuensi anak-anak. Ini hal magic. Bukan berarti karyanya jadi berantakan. Kita justru akan menemukan hal-hal baru yang sebelumnya tidak terbayangkan,” kata Pinot, Selasa (17/8/2021) waktu New York.
Lewat ini, anak-anak juga mendapat kesempatan mengembangkan diri dan bertanggung jawab. ”Intinya bagaimana anak-anak menjalankan ini tanpa terpaksa, enjoy, dan tetap fun. Poinnya adalah melibatkan mereka. Jika kita melakukan sesuatu passionately, pasti akan ada hasil, apresiasi, atau reward,” tambahnya yang kian menyadari kecantikan Indonesia setelah jauh berada di negara lain.
Belum bisa pulang
Ketika ditanya soal kemungkinan pindah kewarganegaraan atau kapan pulang ke Indonesia, Pinot menjawab, ”Saya baru bisa pulang kalau orang-orang di sini tahu bahwa batik dan wayang bukan dari negara lain, serta Bali ada di Indonesia. Sekarang belum bisa (pulang). Di sini belum banyak yang bersuara dan menjaga Indonesia.”
Spirit yang serupa juga ada dalam diri aktor Yoshi Sudarso. Meski kepindahannya ke Los Angeles dari usia 9 tahun, Yoshi tetap merasa sebagai orang Indonesia. Nama Sudarso yang merupakan warisan keluarga sekaligus penanda bahwa dirinya sebagai Indonesia tak dilepaskannya. ”Sudarso ini Indonesia banget. Aku pengin nama ini dikenal di sini,” ujarnya yang meneruskan nama itu ke anaknya.
Kiprah Yoshi di dunia akting telah berjalan selama 12 tahun. Masuk ke industri perfilman Hollywood sebagai orang Indonesia, meski telah bermukim lama di sana, nyatanya tidak mudah juga. Yoshi jatuh bangun menjalani karier yang kini berbuah. Ia pun tengah disibukkan kini dengan proyek baru yang dikerjakan semua oleh orang Indonesia-Amerika yang berada di sana.
”Bentuknya short movie yang nantinya akan berlanjut ke film panjang. Banyak hal yang akan coba dikenalkan tentang Indonesia dari sini. Salah satunya juga jadi medium untuk belajar berbahasa Indonesia. Di sini, yang udah lama tinggal, jadi enggak bisa bahasa Indonesia. Apalagi, kalau dari umur satu tahun udah di sini kan. Komunitas juga enggak ada yang bikin kita tetap berbahasa Indonesia. Harapannya bisa jadi bikin belajar,” ujar Yoshi.
Beda jalan
Berbeda dengan Pinot dan Yoshi yang menjaga Indonesia dari rantau. Desainer Mety Choa tetap berada di Jakarta. Namun, busana besutannya melintas batas negara, bahkan dikenakan oleh banyak pesohor, mulai dari Lady Gaga, Gwen Stefani, hingga Gigi Hadid. Jenama Maison Met pun mengangkat citra Indonesia.
Kariernya sebagai desainer yang dirintis sejak 2004 ini sempat dipertanyakan keluarganya yang lebih akrab dengan dunia bisnis. ”Apalagi, di tahun itu, desainer enggak kayak sekarang. Jelas ditanya kariernya mau ke mana arahnya. Tapi, karena aku suka, aku jalani aja,” ungkap Mety, yang tetap melayani pesanan lintas negara di tengah pandemi ini.
Banyaknya klien dari berbagai negara dan keterlibatannya dalam pekan mode internasional menjadi jalan baginya memperkenalkan Indonesia. ”Saat aku ikut fashion week misalnya, aku lebih menekankan aku orang Indonesia. Bukan hanya aku atau brand, tapi lebih membawa Indonesia. Aku mau Indonesia dikenal karena karya-karyanya yang baik. Aku lewat busana ini,” ujar Mety.
Capaiannya kali ini terus dipertahankannya dengan tetap konsisten menghasilkan produk premium. ”Siapa pun bisa, yang terpenting adalah berusaha dan konsisten. Aku yakin, kok, Indonesia bisa. Biar orang tahu juga Indonesia. Bali itu di Indonesia. Ha-ha-ha,” ujar Mety.
Memang semuanya berawal dari kemauan dan keuletan. Budaya yang luhur dipadu dengan karya yang baik. Itu yang akan membawa Indonesia bersinar di mata dunia.
Pinot, Yoshi, dan Mety telah menunjukkan cara menjaga harum nama negeri. Cerita lebih lengkap tentang perjuangan itu akan mereka ungkap dalam acara Kompasfest hari ini, Jumat (20/08/2021). Mereka akan berbicara dalam satu tema ”Indonesia Bangga”.