Kesempatan untuk mengeksplorasi diri itu proses yang indah. Biasanya energi untuk menjalaninya begitu besar, tak terduga, dan total. Ada tangis-tawa, perjuangan, dan pelajaran yang bisa dipetik. Renjana menjadi kunci.
Oleh
MELATI MEWANGI
·6 menit baca
Selama pandemi Covid-19, interaksi dengan orang sekitar dan lingkungan seolah dibatasi. Berkawan dengan kesendirian tak lantas membuat seseorang menjadi hilang arah. Bagi sebagian orang, momen ‘hampa sesaat’ itu justru mendorong terlahirnya ide, karya, kreativitas, dan lebih berfokus dalam menekuninya. Katanya, sesuatu yang dilakukan dengan hati akan sampai ke hati juga!
Kesempatan untuk mengeksplorasi diri itu proses yang indah. Biasanya energi untuk menjalaninya begitu besar, tak terduga, dan total. Ada tangis-tawa, perjuangan, dan pelajaran yang bisa dipetik. Seperti yang dilakukan Leyla Aderina Putri, voice over talent dan dubber, pada akhir tahun 2019. Ia mulai mengenal lebih jauh dunia mengisi suara (voice over dan dubbing) dari sebelumnya aktif sebagai penyiar radio dan pembawa acara (MC).
Hidup Leyla memang tak pernah jauh-jauh dari mikrofon. Tapi dia sadar talenta pada bidang penyiaran perlu diasah. Tekad ini bermula saat diminta menjadi pengisi suara sebuah iklan layanan masyarakat di radio kampus. Ia harus mengubah suaranya yang cenderung nyaring menjadi lebih berat. “Takjub banget! Aku baru sadar ternyata suara aku bisa diberat-beratin. Seru banget suaranya bisa berubah-ubah,” ucapnya.
Sementara itu, Daniel Hermansyah, CEO Kopi Chuseyo, tidak pernah menduga jika renjananya pada kopi dan musik populer dari Korea Selatan (K-pop) justru mengantarnya pada bisnis kafe bernama kafe “Kopi Chuseyo”. Kafe yang didirikan sejak tahun 2019 antara lain didorong kecintaannya sebagai seorang fanboy garis keras dari penyanyi IU atau Lee Ji Eun.
Sejak SMA dia suka K-pop. Pada tahun 2011, pertama kalinya dia membeli album musik IU lalu beragam merchandise.
Sementara ketertarikannya terhadap kopi muncul saat melakukan perjalanan dinas ke berbagai daerah di Indonesia. Ia selalu membeli buah tangan berupa biji kopi untuk diolah di rumah. Alat dan perkakas perlahan dibelinya untuk membuat kopi racikan yang nikmat. Bahkan, dia mengikuti sejumlah pelatihan dan kursus di Indonesia Coffee Academy.
Daniel memposisikan diri sebagai seorang pembelajar. Banyak bidang ia eksplor saat SMA dan kuliah. Pada tahun 2012, dia bersama teman-temannya memulai digital agency yang menyediakan jasa desain dan branding consultant. Tujuh tahun setelahnya, perpindahan kantor ke gedung yang lebih besar ternyata justru melahirkan sebuah kafe kopi di lantai dasar sebuah geduang perkantoran.
Mulai dikenal
Renjana dan keseriusan tadi membawa dampak popularitas. Pelan-pelan, baik Daniel maupuan Leyla mulai dikenal publik karena kerja kerasnya. Pada akhir 2020, Leyla sempat viral dengan video di TikTok karena dikira sebagai pengisi suara iklan di Spotify. Padahal bukan dia. Konten tersebut dibuatnya untuk unjuk kebolehan dari materi yang didapatnya. Di akun tersebut, puluhan video menirukan suara tokoh kartun, jenis pengisi suara, dan beragam tips-tips diunggahnya. “Orang lain mungkin hanya melihat viral dari luarnya doang. Padahal, di baliknya ada action dan passion,” ucapnya.
Tekadnya berkarya di dunia suara kian mantap, meski kadang diremehkan karena dianggap tak bertujuan dan hanya demi eksistensi. Keraguan mereka justru memacu dia untuk terus berkarya.
Tekad mampu memberikan kemampuan untuk memusatkan diri, melakukan yang terbaik, dan meraih impian, seperti dikatakan praktisi pengembangan diri asal Inggris, Gill Hasson dalam buku Positive Thinking: Menemukan Kebahagiaan dan Meraih Impian Melalui Pikiran Positif (2017).
Kuncinya mulai dan beraksi! Penting untuk berfokus pada satu hal yang akan dilakukan dan menetapkan target tertentu.
Menghargai proses
Dari pengalaman mengisi suara iklan layanan masyarakat tersebut, Leyla berusaha untuk mencari tahu sosok-sosok yang sudah lebih dulu menggeluti bidang tersebut. Belajar dari ahlinya secara langsung diyakininya bisa menimba lebih banyak ilmu. Leyla pun mengikuti beragam pelatihan dan acara yang diadakan para voice talent dan dubber, satu di antaranya adalah Bimo Kusumo Yudo, seorang voice talent yang lebih dulu tenar dan punya pengaruh.
Leyla juga “menempel” Tisa Julianti, voice talent dan dubber, ke berbagai lokasi acara dan pelatihan di Jakarta. Setidaknya tiga kali dalam seminggu dia bolak-balik dari Bekasi ke Jakarta menggunakan transportasi umum untuk bisa bertemu Tisa. Bagi dia, jarak dan pandemi bukanlah penghalang untuk mengasah diri. Sebab banyak hal baru didapatkannya, mulai dari teknik pengambilan suara, artikulasi, pelafalan hingga karakterisasi suara. Dia memahami bahwa proses menjadi hal penting untuk mencapai tangga lebih tinggi.
Itu juga yang dipandang Nadia Daniella, Co-founder Bartega Studio. Dia selalu mengedepankan proses dan fokus. Dia akan berupaya fokus pada satu bidang hingga menguasainya. Jika tidak sesuai dengan minatnya, maka tidak akan dipilih. Misalnya, kecintaannya berkunjung ke museum-museum membuatnya menyukai karya seni.
Bersama kedua temannya, dia mulai mendirikan Bartega Studio yang menyediakan jasa kelas melukis dan acara bertema seni di tahun 2017. Di tempat ini, Nadia belajar lebih dalam tentang dunia melukis. Menurutnya, menekuni bidang yang disukai bisa memberikan kebahagiaan tersendiri, misalnya, dia merasa lebih semangat untuk berkarya dan berbagi karena bisa dekat dengan para seniman.
Pun demikian dengan Daniel soal proses. Ia tak mau setengah-setengah. Totalitas. Semua dipersiapkannya secara matang, mulai dari produk minuman yang akan dijual, membuat ciri khas (branding), dan strategi ekspansi. Kopi Chuseyo menyajikan minuman dengan resep dan sebagian bahan yang diimpor dari Korea Selatan. Mereka juga menyediakan berbagai menu yang juga disajikan kafe-kafe di sana. Kopi Chuseyo tak hanya menjual minuman, tapi lebih dari itu, yakni menjadi tempat berkumpul anak-anak penggemar K-pop.
Tak heran jika Kopi Chuseyo begitu populer di kalangan komunitas K-pop. Sebagai penggemar K-pop, Daniel memposisikan diri untuk mengetahui kebutuhan konsumen saat nongkrong di kafe. Hasilnya, Kopi Chuseyo di desain apik dan nyaman untuk mereka bisa bercengkrama sambil menikmati menu. Para pengunjung juga bisa memasang foto-foto idolanya di kafe.
Daniel memulai bisnis Kopi Chuseyo dari titik yang dia dikuasai dan diketahui. Dulu di masa SMA, dia sempat dipandang sebelah mata oleh teman-temannya karena menyukai K-pop.
Pada akhirnya, kecintaan dia pada K-pop justru membawanya pada bisnis yang menyenangkan untuk dijalani. “Kalau punya passion, jangan berhenti karena ujaran orang lain. Jangan malu, lanjutin aja, eh ternyata bisa jadi duit!” ucap Daniel semringah.
Mengetahui tujuan hidup yang akan dipilih, katanya, dapat mengantar seseorang menuju tangga kesuksesan. Namun, itu saja tak cukup. Mereka harus bertanggungjawab dan bersikap terbuka untuk mau belajar lebih dalam.
Dalam memilih karier dan pilihan hidup, anak muda didorong untuk mengikuti kebahagiaan mereka. Chris Lowney penulis buku Heroic Living: Temukan Tujuan Hidup Anda dan Ubah Dunia! (2010) menyarankan kita untuk mempertanyakan pilihan itu ke dalam diri sendiri: apakah saya benar-benar menginginkannya? Apakah punya keterampilan yang diperlukan? Bisa mendapatkan uang dan dukungan lain untuk mewujudkannya? Apakah saya bisa dengan bebas mendedikasikan diri mengikuti pilihan ini?
Dalam pengambilan keputusan, mereka perlu mengetahui tujuan dan nilai-nilai yang tahan lama. Hal ini akan menguatkan mereka dalam menentukan pilihan dengan lebih percaya diri. yang juga penting adalah bersikap terbuka, adaptif, mau belajar, dan berusaha keras untuk mencapai tujuan itu. Inilah kiranya yang dilakukan Leyla, Daniel, dan Nadia. Nah, mereka akan berbagi kunci meraih sukses itu dalam Kompasfest pada Jumat (20/8/2021 mendatang.