Bagi sebagian masyarakat Minangkabau, makan durian kurang afdal bila tak ditemani sepiring ketan. Paduan rasanya selalu membikin rindu....
Oleh
YOLA SASTRA
·5 menit baca
Danil (30) mencium dua-tiga durian berukuran sedang. Salah satu durian lalu diketuk-ketuk dengan pisau. Durian yang terpilih dibelah sedikit, isinya diperlihatkan. Pembeli mencolek daging isi durian dan mencicip, kemudian mengangguk tanda setuju.
Begitulah Danil, pedagang durian di pinggir Jalan Dr Wahidin, Kota Padang, Sumatera Barat, memilihkan durian untuk salah seorang pelanggan, Sabtu (7/8/2021) sore. Walakin, dalam banyak kesempatan, ia langsung saja mengambil satu durian untuk dibelah dan ditunjukkan ke pembeli untuk dicicipi. Pilihannya sore itu tak pernah meleset.
Selain memastikan durian masak atau tidak, mencium durian juga untuk mengecek durian enak atau tidak. Jika baunya terlalu tajam, kata Danil, kadar alkoholnya tinggi sehingga meninggalkan kesan pahit seusai disantap. Tidak semua pelanggan suka.
Adapun mengetuk durian untuk memastikan durian benar-benar masak atau tidak. Jika bunyi duriannya bulat dan padat saat diketuk-ketuk, berarti duriannya masak. ”Kalau duriannya muda, bunyi pisaunya lebih keras daripada bunyi duriannya,” ujar pria asal Muara Labuh, Solok Selatan itu.
”Kalau sudah berpengalaman, dari motif kulitnya saja bisa tahu duriannya masak dan enak atau tidak,” katanya.
Lapak jualan itu berada sekitar 1 kilometer dari Stasiun Padang. Perlu sekitar empat menit mencapai kawasan itu apabila ditempuh dengan sepeda motor dari Stasiun Padang.
Sabtu sore, ada tiga pedagang yang membuka lapak dengan tenda di kawasan itu. Ada pula beberapa pedagang kecil yang menggelar durian di pinggir jalan. Lokasi tersebut dikenal juga dengan nama Pasar Durian Gantiang.
Selalu ada
Di Pasar Durian Gantiang, musim durian seakan tidak pernah usai. Pasokan durian hampir selalu ada setiap hari dari daerah-daerah di Sumbar, antara lain Kayu Tanam (Padang Pariaman), Limapuluh Kota, Pasaman, Maninjau (Agam), dan Pesisir Selatan, tergantung musimnya. Kadang-kadang, pedagang juga memasok durian dari Medan (Sumatera Utara) dan Aceh.
Saat ini, umumnya durian yang dijual di Pasar Durian Gantiang berasal dari Pesisir Selatan, daerah yang tengah musim durian. Harganya bervariasi, tergantung ukuran dan kualitas, serta tinggi-rendahnya permintaan. Selain itu, beda pedagang, beda pula harganya.
Danil menjual durian ukuran kecil Rp 15.000-25.000 per buah, durian ukuran sedang Rp 35.000, dan durian ukuran besar mulai Rp 40.000 ke atas. Sementara di tempat Kurnia Eka Saputra (26), pedagang lainnya, durian ukuran kecil dijual Rp 35.000, sedang Rp 50.000, dan besar Rp 75.000.
”Sekarang harga durian agak kendur. Pasokan lumayan banyak. Kalau pasokan sedikit, bisa naik Rp 5.000 tiap ukuran,” kata Eka.
Walakin, harga tersebut sebenarnya relatif saja. Harga final tergantung kelihain pembeli dalam menawar. Jumlah durian yang dibeli bisa menjadi pertimbangan pedagang dalam menentukan harga. Semakin banyak, tentu semakin murah.
Pedagang juga menyediakan ketan, olahan beras pulut yang ditaburi parutan kelapa. Bagi sebagian besar orang Minangkabau, tidak afdal makan durian tanpa ketan. Untuk harga ketan, semua pedagang di sini sepakat menjualnya Rp 10.000 seporsi.
Durian di sini berasa (lebih enak), seperti benar-benar durian kampung, beda dengan yang di tokoh buah. (Febi)
Di Pasar Durian Gantiang, pembeli bisa menikmati durian berlesehan di bawah tenda pinggir jalan. Meski ramai suara knalpot kendaraan, suasana sedikit terobati oleh embusan angin sepoi-sepoi.
Pedagang menghidangkan durian pilihan yang telah dibelah. Jika dipesan, sepiring ketan hangat segera mendarat di tempat duduk pembeli.
Tak perlu khawatir apabila durian yang dipilih ternyata tidak enak atau tidak bagus saat dicoba. Pembeli bisa langsung meminta durian diganti tanpa biaya tambahan. ”Selagi harga (di awal) cocok, rasa dijamin,” ujar Danil, yang berjualan durian pascagempa Padang 2009.
Ketika dijajal, durian yang dijual manis, berdaging tebal, dan harum. Sedapnya durian semakin lengkap jika disusul suapan ketan yang gurih. Ibarat makan besar, durian adalah lauk dan ketan sebagai nasinya. Memakan satu durian ukuran sedang dan seporsi ketan bisa menunda lapar untuk satu kali jam makan.
Sedapnya durian di tempat ini sudah dibuktikan Febi (40), perantau di Jakarta, yang sedang pulang kampung ke Padang. Sabtu sore, ibu rumah tangga itu menikmati durian bersama suami dan adiknya. Mereka membeli tiga durian dan dua ketan seharga Rp 140.000.
Kata Febi, setiap pulang kampung ia selalu menyempatkan membeli durian di Pasar Durian Gantiang. Ini tahun ketiga ia pulang kampung. ”Durian di sini berasa (lebih enak), seperti benar-benar durian kampung, beda dengan yang di tokoh buah,” ujarnya.
Selain duriannya lebih enak, sebut Febi, di lokasi ini pedagang juga menyediakan ketan. Makan durian di Padang tidak afdal jika tanpa ketan. ”Saya belum ketemu di Jakarta yang benar-benar begini, antara durian dan ketannya cocok,” ujarnya.
Selain berlesehan, pembeli juga bisa membawa pulang durian dan ketan. Harganya sama saja. Durian bisa dibawa utuh dengan kulitnya, bisa pula dibuka untuk disalin ke wadah yang dibawa dari rumah.
Salah satu kekurangan tempat ini adalah penerapan protokol kesehatan yang belum ideal. Hampir semua pedagang tidak mengenakan masker. Tempat cuci tangan dengan sabun juga tidak ada. Adapun untuk jaga jarak, bisa diatur sendiri karena tempatnya relatif lapang dan tidak semua pembeli makan di tempat.
Pedagang di Pasar Durian Gantiang mulai menggelar durian pukul 14.00 hingga pukul 23.00. Beberapa pedagang ada yang menggelar hingga pukul 00.00, jika masih ramai pembeli.
Setiap hari, Danil bisa menjual sekitar 100 durian dan 1 gantang beras ketan (3,125 kiloram) dan meningkat hingga 20 persen pada musim liburan. Penjualan tersebut lebih bagus dibandingkan beberapa pekan lalu saat Kota Padang menerapkan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat darurat.
Sebelum Covid-19 merajalela, penjualan jauh lebih baik. Jumlah pedagang durian dengan tenda bisa mencapai 10 lapak. Target pembeli paling banyak adalah wisatawan ataupun pegawai luar provinsi yang sedang melakukan kunjungan dinas ke Padang, seperti dari Jakarta dan Pekanbaru, Riau. Sebelum pandemi, Danial bisa menjual 200-300 durian per hari.
Pedagang durian berharap pandemi segera berlalu. Namun, pesan buat calon pelanggan, nikmatnya durian-ketan di Kota Padang takkan pernah berlalu, selalu ada setiap hari. Tidak percaya? Coba saja!