Segala Keseksian Mercedes-Benz CLS 350 AMG Line
Dua tahun lebih telah berlalu sejak Mercedes-Benz CLS generasi ketiga diluncurkan di Tanah Air. Namun, keseksian sedan sport ini masih sangat menggoda untuk dikenal lebih jauh lagi.
Segalanya tentang mobil ini adalah soal rupa dan gaya. Anda boleh saja merasa keren dan mentereng berada di sedan Mercy mana pun. Namun, di dalam Mercedes-Benz CLS ini, Anda berada di level gaya yang berbeda.
Sejak dikeluarkan pertama kali pada 2003, CLS memang dirancang untuk tampil beda dan serba ”lebih” dalam soal gaya dibandingkan sedan-sedan Mercy lainnya. Lebih sporty. Lebih atletis. Lebih dinamis. Namun, tanpa kehilangan citarasa elegannya.
Mercedes waktu itu praktis memelopori segmen baru yang untuk pertama kalinya memadukan dinamika dan tampilan elegan sebuah mobil coupe dengan kenyamanan dan fungsionalitas sedan saloon. Hasilnya adalah sebuah sedan empat pintu dengan DNA yang lebih sporty layaknya sebuah mobil sport dua pintu.
Dan, generasi ketiga CLS ini tampil lebih proporsional dan bergaya dibandingkan dengan dua generasi sebelumnya, dengan menghilangkan garis-garis yang tidak perlu dalam desain bodi ataupun siluetnya. ”CLS baru ini adalah sebuah ikon desain sebagai pola dasar sebuah mobil coupe empat pintu. Sejalan dengan filosofi desain ’sensual purity’, kami telah mengurangi DNA-nya dengan cara yang sangat murni dan pada saat bersamaan memompa emosi ke dalamnya dengan keindahan yang elegan,” tutur Gorden Wagener, Chief Design Officer Daimler AG, saat peluncuran All New CLS ini pada 29 November 2017.
Benar, tiga tahun telah berlalu sejak CLS generasi ketiga ini diperkenalkan ke dunia dan sudah lebih dari dua tahun sejak diluncurkan di Tanah Air pada 6 Oktober 2018. Namun, godaan untuk menjajal lebih jauh mobil yang kini dibanderol Rp 1,840 miliar (off the road) ini tak kunjung surut. Bagaimanapun, tak ada kata terlambat untuk menikmati sebuah keindahan.
Sekali lagi, pesona mobil yang dikembangkan dari platform Mercedes-Benz E-Class generasi W 213 ini ada di bentuk luarnya. Garis ”pinggang” yang tinggi, dengan bentuk busur yang memanjang dari bagian moncong hingga ekornya, menjaga DNA desain CLS sejak generasi pertama.
Baca Juga: All New A-Class dan All New CLS Resmi Meluncur di Tanah Air
Pinggang yang tinggi itu dipadukan garis atap dengan lengkungan yang mencirikan siluet mobil coupe dan jendela-jendela yang rendah. Pintu-pintunya dibuat tanpa bingkai (frameless), menambah aura sporty mobil berdimensi panjang 4.988 milimeter (mm), lebar 1.890 mm, dan tinggi hanya 1.429 mm itu.
Tampilan CLS, yang di Indonesia hadir dalam trim AMG Line, itu makin sangar dengan velg AMG bermotif jari-jari berdiameter 20 inci. Bannya campuran, dengan ban belakang lebih lebar, yakni berukuran 275/30R20, dan ban depan berukuran 245/35R20. Dari ukuran ban saja sudah terbayang antisipasi terhadap performa mobil berpenggerak roda belakang ini.
Memanjakan bagian depan
Memang, desain yang serba ”wow” ini harus dibayar dengan pengurangan dalam berbagai aspek. Salah satu yang langsung terlihat adalah berkurangnya kelapangan interior dengan bentuk atap rendah yang melandai ke belakang. Bagi yang belum terbiasa, kemungkinan besar akan sempat mengalami kepala terantuk atap saat hendak masuk mobil ini.
Namun, dari sisi akomodasi, interior CLS generasi ketiga ini bisa menampung lima orang. Pada dua generasi sebelumnya, CLS hanya bisa menampung empat orang karena memiliki konfigurasi tempat duduk 2+2 dengan sebuah konsol permanen memisahkan posisi dua penumpang di kursi belakang. Konsol ini hilang pada generasi ketiga ini.
Begitu memasuki interiornya dan mengenal fitur-fiturnya lebih jauh, langsung jelas bahwa mobil ini dikonsep untuk lebih memuaskan penghuni kursi depan dibandingkan dengan kursi belakang. Setir sport AMG berbentuk datar di bagian bawahnya (flat bottom), tuas paddle shifters di balik roda kemudi, dan heads-up display (HUD) hanyalah sebagian kecil dari ciri sebuah mobil untuk menggembirakan pengemudinya alias driver’s car.
Apalagi, saat mobil mulai dibawa berjalan dan bermanuver di jalan raya, terasa bagian bantalan samping kursi bermodel semi-bucket seat ini bisa bergerak aktif untuk menyangga badan dari gerakan akibat gaya sentrifugal saat mobil berbelok. Ya, mobil ini sudah dilengkapi fitur Dynamic Seat pada kedua kursi depannya, yang membuat badan terasa aman dan nyaman saat kita bermanuver. Pada kecepatan tinggi, terasa kedua bantalan tersebut ”menggenggam” erat tubuh kita agar tidak bergerak berlebihan sehingga konsentrasi berkendara bisa terjaga utuh.
Lebih jauh lagi, kedua kursi depan ini juga dilengkapi fitur pemijat yang dilengkapi pemanas. Ditambah dengan sistem penyejuk udara dua zona, slot pengecas gawai nirkabel di konsol depan, dan konektivitas Apple CarPlay dan Android Auto, semakin lengkaplah fasilitas kenyamanan bagi penghuni kabin depan CLS.
Dorongan tenaga
Dari sisi performa mesin, hanya ada satu varian CLS yang dimasukkan ke Indonesia, yakni Mercedes-Benz CLS 350. Varian ini mengusung mesin bensin empat silinder berkode M264 dengan kapasitas 2.0 liter (1.991 cc) yang ditopang turbo gulungan ganda dan sistem hibrida ringan (mild hybrid) EQ Boost.
Di atas kertas, mesin ini mengeluarkan tenaga maksimum 299 HP pada putaran mesin 5.800-6.100 rpm dan torsi puncak 400 Nm pada rentang 3.000-4.000 rpm. Fitur EQ Boost, yang berbasis baterai berkekuatan 48 volt, memberikan dorongan tenaga di putaran rendah sebesar 22 HP dan tambahan torsi 250 Nm.
”EQ Boost ini berfungsi mengisi tenaga sebelum turbo berfungsi, untuk menghilangkan turbo-lag. Jadi, EQ Boost akan bekerja pada putaran mesin rendah dan, begitu turbo bekerja, fitur ini nonaktif,” ujar Erik Handoko, Product Manager and Market Intelligence PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia (MBDI), saat peluncuran All New CLS ini, Oktober 2018.
Pada praktiknya, dorongan EQ Boost ini memang sangat bermanfaat saat kita membutuhkan tenaga instan. Begitu pedal gas diinjak lebih dalam, indikator EQ Boost di bawah tachometer langsung bergerak penuh ke kiri, menandakan sistem hibrida ringan itu mengirimkan seluruh tenaganya untuk mendorong mobil ke depan. Saat pedal gas dilepas, indikator itu bergerak ke kanan ke arah tulisan ”Charge”, menandakan sistem tersebut mengecas baterai mobil.
Saat mobil meluncur dalam kecepatan jelajah di jalan tol yang lengang, Senin (26/7/2021) malam, sesekali bantingan roda pada bagian jalan yang tidak rata terasa keras. Inilah satu lagi kompromi yang harus dijalani dengan roda berdiameter 20 inci dan berbalut ban run flat tyre (RFT) berprofil tipis.
Namun, suspensi mobil secara umum bekerja dengan baik meredam guncangan. Alunan musik dari sistem audio Burmester pun semakin membuai perjalanan saat mobil bertampang sangat sexy ini meluncur membelah malam….
Baca Juga: Pembuktian Mercedes-Benz C-Class EQ Boost