Busana berbahan rajut saat ini hadir dalam ragam bentuk dan variasi yang bebas padu padan.
Oleh
Riana A Ibrahim
·5 menit baca
Roda mode memang terus berputar. Kejenuhan berhadapan dengan pandemi ternyata memantik bangkitnya pakaian rajut yang nyaris selalu meledak di tiap dekade. Ya, hobi merajut dan merenda menjadi suatu hal yang dipilih sebagian orang kini untuk menyibukkan diri dan melepas stress karena tak bisa ke mana-mana.
Sejenak rajutan terdengar tua atau muncul seloroh hobi oma-oma. Namun, nyatanya rajutan tak ada matinya. Bahkan, anak muda tidak sungkan lagi meminta panduan pada nenek atau ibunya agar dapat menguasai teknik merajut atau knitting dan merenda atau akrab disebut crochet. Menariknya lagi, hasil dari rajutan ini kian digemari tanpa batasan usia.
Perubahan pola pikir dan spirit baru turut urun peran juga menghidupkan kembali pakaian rajut. Toh, busana berbahan rajut saat ini hadir dalam ragam bentuk dan variasi yang bebas padu padan. Bahkan dilirik oleh kelompok musik perempuan yang tengah naik daun yaitu Blackpink. Para anggotanya pada akhir 2020, beberapa kali terlihat mengenakan pakaian rajut, baik dalam bentuk cardigan, vest, maupun crop top dengan kerah rendah.
Ini juga makin memicu orang untuk mencari busana serupa agar mirip idolanya. Para pesohor pun juga tak ketinggalan meramaikan. Hingga pada pekan mode di Milan untuk edisi musim semi 2021, sejumlah rumah mode ternama memamerkan pakaian rajutan ala mereka. Ada Louis Vuitton, Chanel, hingga Salvatore Ferragamo.
Di Indonesia, aneka model pakaian rajut juga mulai bertebaran. Dari milik jenama populer hingga pasar di lokapasar ramai menawarkan banyak jenis pakaian rajut hingga aksesori. CottonInk pun tak ketinggalan. Jenama Tanah Air ini meluncurkan koleksi rajutnya pada awal 2021 lalu.
”Waktu itu, justru lihat trennya di Instagram trus banyak KOL (key opinion leader) mulai pada pakai. Dilihat-lihat kayaknya gara-gara Jennie Blackpink, deh. Tapi menarik, kalau dulu tren itu, kan, top to bottom. Rumah mode yang gede ngeluarin tren terus mereka dictate the trends. Sekarang enggak lagi. Malah kebalik dari user ke atas. Jadi, karena ada satu orang pake, terus semua orang pake, terus jadi tren,” ujar Founder CottonInk, Ria Sarwono, saat dihubungi, Jumat (23/7/2021).
Dalam koleksi rajutnya, CottonInk tetap menawarkan potongan klasik, seperti cardigan dan vest. Namun, ada sentuhan baru seperti dalam tampilan polo shirt, tank top, hingga setelan baju berupa atasan dan celana rajut yang nyaman juga dikenakan di rumah atau untuk beraktivitas di luar.
Desain ini, lanjutnya, menyesuaikan dengan pasar Indonesia. Penataan gayanya juga disesuaikan. ”Knitwear ini kan identik dengan musim dingin. Misal, modelnya chunky knitwear. Tapi, Indonesia ini, kan, iklimnya tropis. Dipilih yang tampilan kasual dengan detail kancing depan dan lebih adem,” ungkap Ria.
Yang membuatnya terasa segar berada pada pemilihan warnanya. Untuk koleksi kali ini, Ria dan Carline Darjanto memilih warna lilac, biru muda, dan biru telur asin. Akan tetapi, bagi yang lebih suka warna netral, Ria dan Carline juga menyuguhkan warga beige dan hitam. ”Kita lihat di market ini craving for that colour. Terlihat juga dari penjualan kami,” ujar Ria.
Untuk bahan, pakaian rajut ini tak banyak pilihan. Mereka pun membuatnya dari awal yakni merajut tiap bajunya. Meski bahannya terbatas dan hanya itu-itu saja untuk pakaian rajut, gayanya dapat diubah sesuai usia sehingga melunturkan kesan tua yang melekat pada busana rajut.
”Sekarang ini enggak dibatesin, ya. Kalau dulu, orang, kan, dengan mudah memberi label. Misal, baju rajut ini oma-oma, atau suit untuk laki-laki kantoran, satin mau pergi ke pesta. Sekarang, banyak yang ke kantor pakai celana satin, perempuan juga pakai suit. Bisa juga bergaya oma-oma, tapi tetap stylish. Jadi udah enggak lagi batasan itu. Lebih enak juga buat kita,” tutur Ria.
Tecermin juga pada panggung mode dunia. Baju rajut yang biasanya dihadirkan di musim dingin muncul sebagai koleksi musim semi. Vuitton mengeluarkan kaus lengan panjang rajut dengan jalinan yang longgar, vest berpadu kemeja juga ditampilkan. Ferragamo justru menawarkan dress pendek tanpa lengan dengan kerah v dan lagi rajutannya tak rapat.
Rumah mode Chanel membesutnya sebagai crop sweater yang manis berpadu dengan kemeja dan celana panjang yang casual. Merujuk ke abad ke-20, Chanel-lah yang memasukkan kembali rajutan pada desainnya. Ia pun menekankan, rajutan tak seharusnya kaku. Atas dasar itu, ia menggubah pakaian rajut yang ideal untuk kegiatan rekreasi seperti berlayar atau olahraga.
Apabila ditilik dari sejarahnya, teknik rajut dan keluarannya ini memang sudah berusia berabad-abad. Umumnya memang disulap menjadi sweater lewat benang wol yang tebal. Bahkan, di Eropa kerap kali menjadi tradisi jelang Natal, yakni mengenakan sweater rajut seragam untuk keluarga dengan motif rusa kutub. Namun, kini kian berkembang, tak sekadar seperti yang diciptakan Chanel juga.
Inovasi
Belum lama ini, jagat maya juga memunculkan jenama baru bernama Memorial day yang dijalankan oleh Delsy Gouw, perempuan berdarah Indonesia, yang saat ini tinggal di Brooklyn, Amerika Serikat. Gouw mendalami teknik crochet atau merenda yang diambil dari ibunya. Semula ia hanya bermaksud menghabiskan waktu di tengah pandemi.
Namun, rupanya, crochet bikinannya mendapat sambutan baik. Tak pernah dikiranya juga, ia memperoleh surat elektronik dari pesohor Kylie Jenner yang memesan crochet dalam bentuk bikini. Hanya dalam waktu singkat sesuai pesanan, Gouw merampungkannya. Karyanya itu pun diunggah Jenner di akun media sosial pribadinya.
Crochet-nya juga menarik minat Bella Hadid dan Ella Emhoff. Topi crochet bikinannya juga dikenakan Rihanna. ”Enggak nyangka aja. Aku dari dulu suka sama Rihanna, tumbuh dengan dengerin lagu-lagu dia. Sekarang dia pakai, apa yang aku buat,” ujar Gouw, yang kini fokus membesarkan Memorial Day yang hampir berusia setahun.
Gouw mengakui tak mudah membuat busana crochet. Untuk bikini atau topi saja bisa memakan waktu lebih dari 3 hingga 6 jam. Apalagi, jika membuat baju, tapi tak menutup kemungkinan ia menjadikan crochet sebagai detail khusus untuk pakaian. ”Enggak juga kalau ketinggalan zaman. Banyak yang suka sekarang ini,” ungkapnya.