Naluri kebebasan sejatinya selalu melekat dalam diri manusia. Panggung mode tak pernah lepas dari itu.
Oleh
Riana A Ibrahim
·5 menit baca
Naluri kebebasan sejatinya selalu melekat dalam diri manusia. Gugatan sarat dengan nilai kebebasan kerap disuarakan. Bebas dari kepentingan politik, bebas dari pelanggaran hak asasi manusia, bebas menjadi diri sendiri, hingga yang diidamkan semua, yakni bebas dari pandemi. Panggung mode tak pernah lepas dari itu.
Gelaran Paris Fashion Week khusus untuk busana pria musim semi/panas 2022 hadir masih dalam format virtual pada 22-27 Juni 2021. Deretan rumah mode dan desainer ternama yang terlibat pada tahun-tahun sebelumnya kembali menawarkan karya melalui film pendek berdurasi 10-15 menit.
Meski landas peraga secara langsung perlahan mulai aktif, jadwal kali ini tetap dipilih ditampilkan secara virtual lewat situs resminya seperti yang dilakukan tahun lalu. Namun, pesan dari para desainer dalam jahitan busananya kali ini justru terasa kian kuat dan semarak. Terlebih lagi untuk pakaian pria yang dihadirkan dengan ragam bentuk dan warna yang tidak lagi monoton.
Dalam pembukaan acara, aktor sekaligus penulis asal Kanada Dan Levy hadir secara daring mengatakan, ”Salah satu poin kebebasan hadir lewat fashion. Terlihat saat ini pakaian pria makin berevolusi. Kita bisa mengenakan kilt atau memakai turtleneck berwarna kuning berbahan sequin tanpa ragu. Pakaian pria pun tak lagi ditempatkan di rak belakang toko,” ujar Levy.
Setidaknya yang diungkapkan Levy, ini tecermin dari aneka karya para desainer dan jenama ternama yang berpartisipasi kali ini. Nilai kebebasan pun kian erat di balik tranformasi busana yang berani bermain warna dan genderless. Apabila terbiasa melihat perempuan mengenakan setelan jas dan celana, tak perlu merasa aneh memandang para pria berlalu lalang dengan rok sepanjang lutut atau kilt. Bahkan, kilt dikenal sebagai pakaian tradisional pria Skotlandia.
Virgil Abloh, desainer yang kini berada di belakang layar Louis Vuitton, kembali menggebrak. Tahun lalu, karya Abloh yang didominasi warna hijau dengan variasi celana lebar, kilt, hingga kain semacam sarung yang dililitkan sepanjang lutut mendapat apresiasi. Kali ini, ia kembali lagi dengan deretan rancangannya yang tak membatasi jender.
Koleksi yang dihadirkan lewat film pendek bertajuk Amen Break ini menghadirkan 73 tampilan busana. Dari setelan khas Vuitton untuk pria dengan warna abu dan hitam, trench coat polos dan bermotif kotak-kotak, paduan jas kerah bergelombang dengan celana pendek, hingga rok lebar dan celana dengan detail drapery berpadu dengan varsity jacket atau sweater warna-warni yang cerah.
Kehadiran Abloh memberikan nuansa baru pada koleksi jenama ternama ini. Semangat kebebasan dan inklusif dengan mudah tersampaikan. Pengalaman pribadinya sebagai kulit berwarna menjadi ilham bagi karyanya.
”Keberagaman itu merepresentasikan banyak budaya, tidak hanya punya saya. Kita sudah menyaksikan banyak hal sepanjang pandemi ini bagaimana kejadian yang menimpa orang kulit berwarna, dari black lives hingga asia. Untuk itu, keragaman budaya yang saya tonjolkan dan itulah tema mode yang saya angkat sekrang ini,” ujar Abloh dikutip dari Vogue.
Warna-warna neon cerah sengaja dipilihnya untuk mengantarkan pada musim semi dan musim panas yang ceria. Paduan jaket atau sweater dengan jogger pants atau celana lebar mengingatkan pada gaya hiphop di Amerika yang dipopulerkan oleh warga kulit hitam. Sementara itu, coat dengan potongan pundak tinggi dan berisi dikombinasikan bawahan yang berbentuk rok panjang, tapi sedikit kaku terinspirasi dari kostum seni bela diri Jepang, yaitu kendo.
”Aku mencoba menciptakan dunia seperti yang ingin aku lihat di kehidupan nyata. Semacam mengajak orang-orang untuk mau membuka pikirannya lewat budaya pop dan mode,” ujar Abloh.
Merombak pakem
Besutan desainer Riccardo Tisci untuk jenama Inggris, Burberry, juga tak kalah menarik. Tisci merombak tampilan trench coat khas Burberry menjadi terusan tanpa lengan atau berpotongan halter neck. Sekilas seperti melihat para barista berseliweran di padang gurun dengan celemek andalannya.
Ya, peragaan virtual kali ini sengaja dipilih di Millenium Mills, London Timur, yang memiliki pemandangan mirip padang gurun. Sebab Tisci ingin menekankan karyanya kali ini sebagai simbol perjuangan untuk meraih kebebasan. Sebagian besar siluet yang ditampilkannya pun mirip seperti setelan para pejuang dalam kisah aksi.
Namun, sejalan dengan edisi musim panas, Tentu, Tisci juga memberikan pilihan ragam kaus dengan celana pendek dan sneakers yang santai. Spirit Burberry, yakni deconstructed but refined, tersalurkan bersesuaian dengan etos kerjanya. Busana keluaran Burberry untuk pria kali ini pun lebih segar dan beda dari pakem.
”Dunia sedang mencoba berputar lagi dan untukku, jelas butuh sesuatu yang menyegarkan. Ini juga yang kita inginkan belakangan ini, yakni kebebasan fisik untuk kembali menjadi diri kita sendiri. Meruntuhkan batasan yang kini membelenggu,” ujar Tisci.
Kendati demikian, warna yang dimainkan Tisci tidak jauh-jauh dari hitam, putih, coklat, abu-abu, dan sedikit warna merah atau pink. ”Ya, warna ini yang selalu terlihat sepanjang pandemi ini,” ungkap Tisci.
Begitu pula dengan Veronique Nichanian dari jenama Hermes. Koleksi bertajuk Double Jeu yang ditawarkannya bernuansa santai dengan warna-warna lembut yang menenangkan seperti toska, baby-pink, hijau muda, orange muda, kuning muda, coklat susu, hingga monokrom. Balutan kemeja dan celana panjang ataupun pendek mendominasi karya Nichanian.
Dari siluet yang ada, Nichanian memang enggan neko-neko. Sejalan dengan pandemi yang seolah mengajarkannya kembali pada kesederhanaan. ”Koleksi ini seperti yang dimunculkan Antoine de Saint-Exupery dalam Le Petit Prince. Disebutkan di situ, hanya dengan hati seseorang dapat melihat dengan jelas karena apa yang esensial tidak tertangkap mata. Ini adalah sesuatu yang baru dan menarik di bidang mode,” ujar Nichanian.
Di tengah situasi yang belum kunjung membaik, kebebasan mendadak menjadi suatu yang mahal. Kesederhanaan pun menjadi jalan untuk menjadi lebih tenang dan kembali menemukan diri dalam makna kebebasan sesungguhnya.