Berkat Kalian, Kami Tak Sendirian
Ketika virus korona baru menggerogoti badan, pelan-pelan mental ikut ambruk karena merasa terasing dan terisolasi. Untungnya, banyak orang peduli, baik teman, saudara, tetangga, maupun orang yang tidak dikenal.
Ketika virus korona baru menggerogoti badan, pelan-pelan mental ikut ambruk karena merasa terasing dan terisolasi. Untungnya, banyak orang peduli, baik teman, saudara, tetangga, maupun orang yang tidak dikenal. Mereka yang tengah sakit merasa tak lagi sendirian.
Karyawan swasta Hans Kristian (33) sudah sembilan hari menjalani isolasi mandiri karena terpapar Covid-19. Sejak Sabtu (3/7/2021), pemuda yang tinggal di Cibubur, Jakarta Timur, ini merasakan gejala batuk, pilek, dan pusing. Setelah tes PCR, ia dinyatakan positif Covid-19.
Puskesmas merujuk Hans ke beberapa rumah sakit, tetapi ditolak karena ruang IGD penuh. ”Aku dikasih tahu bahwa antrean rumah sakit sampai 50-60 pasien,” kata Hans yang akhirnya mendapat obat dari RS Polri dan menjalani isolasi mandiri di apartemen.
Meski menjalani isolasi mandiri, Hans tidak merasa benar- benar sendirian. Ia mendapatkan perhatian dari teman-teman dan saudara-saudaranya. Mereka mengirimkan makanan, vitamin, roti, buah-buahan, bawang putih, dan ayam rebus kuah rempah. Dalam sehari Hans bisa menerima 5-6 paket makanan.
”Aku senang dapat kiriman makanan, jadi enggak usah bingung hari ini mau makan apa,” katanya.
Adapun Vania Rachmadanti (34), yang bekerja sebagai guru, sempat sangat sedih ketika melihat hasil positif dari tes usap yang ia jalani. Padahal, ia sudah sangat membatasi dirinya keluar rumah mengingat ia punya dua anak yang masih kecil, yaitu Zafran (7) dan Vino (5). Ternyata, ada banyak jalan masuk bagi virus yang tidak kita ketahui.
Vania sangat terpukul karena harus berpisah dengan anak dan suami meski tetap berada di rumah yang sama. Perasaan nelangsa itu perlahan berbalik ketika pada malam hari ia kedatangan beberapa sopir ojek daring yang mengantarkan makanan. Bukan dari suaminya atau keluarga, melainkan dari beberapa rekan kerja yang baru saja dia kabari.
”Kiriman mulai dari buah- buahan, sayur, vitamin, susu yang lagi rame direbutin itu, sampai nasi padang. Ha-ha-ha. Tadinya mikir, boleh enggak ini pedes-pedes? Tanya ke dokter yang mantau, dia bilang selama bisa bikin happy, ya, enggak apa,” ujarnya.
Kaget gue. Terharu banget, enggak nyangka sampe segitunya perhatian orang sama gue. Ada yang lama enggak kontak, tiba-tiba liat postingan IG gue, entah gimana, dia ngirim minuman jus sekardus.
Banyak juga yang mengirimkan kue, camilan, dan aneka makanan beku yang mudah dihangatkan. ”Kaget gue. Terharu banget, enggak nyangka sampe segitunya perhatian orang sama gue. Ada yang lama enggak kontak, tiba-tiba liat posting-an IG gue, entah gimana, dia ngirim minuman jus sekardus,” katanya.
Limpahan perhatian juga diterima Valeria Diandra (35) yang harus menjalani isolasi mandiri lantaran anaknya, Ramon (4), dinyatakan positif Covid-19. Kebetulan Diandra bekerja di salah satu perusahaan produsen makanan ternama sehingga berbagai asupan yang diterimanya tidak jauh-jauh dari merek keluaran kantornya. ”Enggak cuma dari teman, dari kantor juga kirim banyak vitamin, susu, dan makanan satu kardus,” kata Diandra.
Makanan beku banyak sekali diterimanya, sampai ia mengaku bingung harus mengolah yang mana duluan. Dia menerima makanan dan camilan tiada henti tiap hari. ”Enggak berhenti, beneran. Terima kasih banyak perhatiannya. Sebenarnya enggak enak juga jadi ngerepotin,” ujarnya.
Tabung oksigen
Raiza Andini (32), karyawan swasta, merasakan dukungan yang luar biasa dari teman-temannya selama menjalani masa isolasi mandiri. Begitu ia mem-posting informasi bahwa dirinya positif Covid-19 melalui Instagram, teman-temannya langsung mengirimkan makanan, mulai dari martabak, brownies, donat kentang, hingga ayam goreng.
Ia juga menerima madu, vitamin C, permen jahe, dan buah-buahan. Bahkan, ia menerima bantuan yang tidak dibayangkan sebelumnya, yakni tabung oksigen beserta isinya dan lilin aromaterapi. ”Oksigen ini bermanfaat banget karena saat aku sesak napas, aku bisa menggunakannya,” kata Raiza.
Baca juga : 2020, Tahun Penuh Solidaritas Warga
Perhatian dari teman-teman itu didapatkan sehari setelah Raiza mem-posting di Instagram bahwa dirinya positif Covid-19. ”Saya memutuskan posting karena saya mau kasih tahu teman-teman yang tidak sengaja bertemu beberapa hari lalu. Takutnya mereka kena virus juga,” katanya.
Beberapa teman yang mengirimi Raiza makanan sudah pernah terpapar virus Covid-19 sehingga mereka tahu apa yang dibutuhkan pasien. Teman Raiza yang mengirim tabung oksigen, misalnya, sebelumnya pernah dirawat di Rumah Sakit Wisma Atlet sehingga ia tahu kebutuhan dasar pasien Covid-19.
Di akun Instagam-nya, Raiza mem-posting foto-foto dan video makanan dari teman-teman sebagai bentuk terima kasih. Selain itu, ia juga ingin membangun interaksi dengan para pengikutnya.
”Di tengah pandemi ini, kita punya rasa takut, rasa parno. Kita tetap butuh sharing dengan orang lain, kerja sama, saling mendukung. Kalau kita hanya sendirian di kamar, tidak ada teman ngobrol, nanti jadi stres. Makanya, saya menggunakan media sosial agar tetap bisa berinteraksi dengan orang lain,” ujarnya.
Raiza dinyatakan positif Covid-19 pada 17 Juni 2021. Ia menjalani isolasi mandiri selama 10 hari di rumahnya. Tak lama setelah dinyatakan positif Covid-19, ibunya juga tertular. Akhinya mereka berdua berdiam di kamar masing-masing.
Di tengah pandemi ini, kita punya rasa takut, rasa parno. Kita tetap butuh sharing dengan orang lain, kerja sama, saling mendukung. Kalau kita hanya sendirian di kamar, tidak ada teman ngobrol, nanti jadi stres.
Bantuan balasan
Pengalaman mendapatkan bantuan dari teman-teman menginspirasi Raiza untuk melakukan hal serupa kepada teman dan saudara yang terkena Covid-19. Sekarang Raiza sering mengirim makanan, vitamin, atau obat kepada kenalannya yang terpapar virus. Bahkan, ia pernah membantu seseorang yang terinfeksi Covid-19 meski ia tidak mengenalnya.
”Ada atasan saya di kantor memberi info bahwa temannya terinfeksi Covid-19. Kebetulan rumahnya dekat rumah saya. Ya sudah, saya kirimi makanan, padahal saya tidak kenal,” ujarnya.
Michael Aryawan, wartawan di Yogyakarta, percaya benar bahwa kebaikan akan dibalas kebaikan. Ia telah merasakannya sendiri. Tahun lalu, ia aktif sebagai sukarelawan yang membantu evakuasi dan pemakaman korban Covid-19. Begitu, ia dan istrinya, Sillvia Maya, terinfeksi virus Covid-19 akhir Juni lalu, aneka bantuan mengalir nyaris tanpa henti ke rumahnya.
Bantuan datang mulai dari keluarga, tetangga, rekan kerja, teman sesama sukarelawan, hingga orang-orang yang tidak ia kenal benar. ”Luar biasa, setiap hari ada saja yang mengirimkan makanan, herbal, vitamin, beras, buah-buahan, dan sayuran,” ujar warga Dusun Kandangsari, Ngaglik, Sleman, itu, Kamis (8/7/2021).
Bahkan, lanjut Michael, anjing peliharaannya pun mendapat kiriman tulang dari tetangga yang jualan sate madura. Ia menunjukkan foto satu plastik besar tulang yang baru diterimanya. ”Bagaimana tidak terharu, nasib anjing saya pun ada yang memikirkan,” katanya.
Michael menambahkan, bantuan yang diterimanya membuat keluarganya tidak kerepotan mengurus kebutuhan sehari-hari selama menjalani isolasi. ”Tapi, yang lebih penting, bantuan itu membuat istri saya yang tadinya panik menjadi tenang. Secara psikologis, kami tidak terguncang karena kami tahu di luar sana banyak saudara, tetangga, sahabat, bahkan orang yang tidak saya kenal mendoakan dan memberi perhatian,” ucapnya.
Pengalaman menerima bantuan selama isolasi mandiri makin menguatkan motivasi Michael untuk melanjutkan aktivitasnya sebagai sukarelawan di Posko Dukungan Operasi Satuan Tugas Penanganan Covid-19 DIY yang membantu evakuasi, sterilisasi, dan pemakaman korban Covid-19.
Secara psikologis, kami tidak terguncang karena kami tahu di luar sana banyak saudara, tetangga, sahabat, bahkan orang yang tidak saya kenal mendoakan dan memberi perhatian.
Ia bergabung dengan posko di Markas Tim Reaksi Cepat Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY itu sejak posko berdiri pada Februari 2020 hingga Agustus 2020. Akhir Juni 2021, ia sudah setuju untuk aktif lagi membantu pemakaman korban Covid-19, tetapi virus korona baru keburu menginfeksi tubuhnya.
Apa pun bentuk bantuan yang diberikan para dermawan, hal itu sanggup menguatkan para pejuang Covid-19 untuk memenangi pertarungan dan pada akhirnya memunculkan empati baru terhadap pejuang Covid-19 lainnya. Kebaikan akan dibalas kebaikan.
Baca juga : Berbagai Pihak Bergerak Membantu Penanganan Pandemi