BMW meluncurkan Seri 4 generasi terbaru dengan gril besarnya yang sempat memicu kontroversi. Dua varian dihadirkan, yakni model ”coupe” dan ”convertible” yang bisa dibuka atapnya. Keduanya memancing emosi berkendara.
Oleh
HERLAMBANG JALUARDI
·6 menit baca
Unit mobil BMW Seri 4 terbaru dipasarkan dalam bentuk nyaris tidak berbeda dengan mobil konsepnya, yang biasanya dibikin hanya untuk dipamerkan. Tak heran, urusan desain diperdebatkan. Mobil ini diperuntukkan bagi orang berpikiran terbuka, berjiwa muda, juga kaya.
BMW Seri 4 terbaru datang ke Indonesia dalam wujud coupe (dengan kode G22), dan convertible dengan atap kanvas yang bisa terbuka (G23). Ini adalah Seri 4 generasi kedua. Generasi pertamanya, F32, dimaksudkan untuk menggantikan Seri 3 model coupe, dan mulai diproduksi tahun 2014. Angka genap pada nomenklatur BMW disematkan pada model-model mobil yang lebih eksotis dan emosional, seperti coupe ini.
Model G22 pertama kali muncul di publik pada 2019 pada pameran Frankfurt Motor Show di Jerman. Ketika itu ia masih bernama BMW Concept 4 alias mobil konsep. Moncong mobil konsep itu sudah menggunakan gril double-kidney besar vertikal dengan lampu depan sangat sipit.
Unit produksinya, yang dikenalkan pada Juni 2020, benar-benar mirip dengan desain mobil konsep itu. Lampunya agak sedikit membeliak, tetapi desain gril-nya dipertahankan. Model gril itu memanjang ke bawah, nyaris hingga ujung. Ini yang memantik perdebatan sengit pemerhati otomotif, khususnya penggemar BMW. Banyak yang tidak suka, termasuk mantan desainer BMW X5 Frank Stephenson.
Dalam video di kanal Youtube pribadinya, Frank bilang, gril vertikal itu lebih mirip dengan lubang hidung, alih-alih ginjal kembar (twin-kidney) yang menjadi ciri khas BMW selama ini. Selain itu, dia menuding, desainernya tidak mempertimbangkan penempatan pelat nomor kendaraan sehingga menempatkan pelat itu tepat di tengah-tengah gril.
Pada masa lampau, mobil keluaran BMW telah beberapa kali berganti desain gril, termasuk memakai gril vertikal. Sebut saja BMW 328 keluaran 1936, dan juga BMW 3.0 CS (E9) keluaran 1971 yang ikonik itu. Namun, dua contoh barusan tidak menempatkan pelat nomor melintangi gril-nya.
Dikutip dari situs discover.bmw.co.uk, desainer BMW Seri 4 Coupe Seungmo Lim menjelaskan, rancangan mobil konsep itu ibarat pakaian yang khusus dirancang untuk dipamerkan di peragaan busana. ”Segala regulasi pada mobil produksi tidak berlaku di sini (mobil konsep) sehingga (penempatan) pelat nomor, lampu, ataupun sensor bisa dikesampingkan, dan fokus pada esensi wujudnya,” kata Lim.
Lim melanjutkan, ketika hendak merancang sebuah mobil, dia membayangkan kira-kira bagaimana bentuk mobil itu kalau terlihat dari kaca spion. ”Dan (desain) BMW Seri 4 terbaru ini bakal menancap di benak,” katanya.
Untuk ekstrovert
Impian Lim itu agaknya berhasil. Rancang bangun BMW Seri 4 terbaru ini mengejutkan. Bentuk gril yang besar itu menancap di benak. Pengendara mobil ini harus siap-siap jadi pusat perhatian ketika melintas di jalanan. Mobil ini berpotensi jadi neck breaker alias bakal membikin orang menengok sampai lehernya melintir.
Ramesh Divyanathan, President Director BMW Group Indonesia, mengatakan, desain gril ini adalah ikon paling menonjol dari Seri 4 terbaru ini, yang ia akui terinspirasi dari mobil klasik legendaris BMW sebelumnya. ”Pelanggan BMW Seri 4 ini lebih ekstrovert dibandingkan dengan pelanggan BMW Seri 3, dan mencari sesuatu yang luar biasa,” kata Ramesh.
Jodie O’tania, Director of Communications BMW Group Indonesia, menambahkan, kontroversi desain gril itu tak lepas dari gebrakan yang perlu dilakukan oleh pabrikan yang didirikan pada 1916 ini.
”Kalau tidak berani membuat gebrakan baru, kami tidak akan berkembang. Pasti ada pelanggan baru yang memutuskan mencoba BMW (Seri 4) ini, terutama yang ekstrovert, yang mementingkan tampilan kendaraannya, untuk status,” kata Jodie seusai acara peluncuran di Jakarta, Kamis (17/6/2021).
Jodie benar. BMW Seri 4 terbaru dengan harga off-the-road Rp 1,399 miliar (model coupe) dan Rp 1,529 miliar (model convertible) ini sudah laku terjual belasan unit di Indonesia, bahkan sebelum diresmikan peluncurannya. Peminat masih bisa memesan ke dealer BMW, tetapi harus siap-siap menunggu pengiriman cukup lama.
Estetika dan performa
Peluncurannya digelar di sasana The Hallf di kawasan Senayan, Jakarta Selatan. Dua mobil, masing-masing bernama BMW 430i Coupe M Sport Pro dan BMW 430i Convertible M Sport, diletakkan di ruang seni instalasi bernama The Edge dengan latar warna dominan putih.
Kesan modern dan berestetika tinggi menguar, apalagi melihat setiap mobil muncul dalam warna andalannya, San Remo Green Metallic untuk model convertible dan Arctic Race Blue Metallic (coupe). Dua gadis model dalam baju rancangan Toton Januar berdiri di samping tiap-tiap unit. Mereka sama-sama berpameran.
Kelir biru metalik pada model coupe terlihat sejuk. Nuansa birunya tidak menyilaukan. Pada pencahayaan rendah, warna biru itu menyaru dengan abu-abu. Sementara warna hijau pada model convertible tampak mencolok. Rasanya sudah lama BMW tidak mengenakan warna hijau pada koleksinya. Hijau San Remo ini hanya tersedia bagi 430i Convertible.
Gril, lagi-lagi, memang terlihat besar dengan pola heksagonal. Rongga segi enam itu tampak menganga yang bisa jadi dimaksudkan menangkap angin sebanyak-banyaknya untuk mendinginkan mesin.
Sudut-sudut pada gril senada dengan model lampu depan yang ramping. Bentuknya makin garang dengan aksen gelap. Lampunya memakai LED dengan teknologi BMW Laserlight sebagai standar. Pada kecepatan di atas 60 km per jam, lampu jauh berteknologi laser itu bisa menyorot hingga 550 meter, dan mengikuti arah jalan secara dinamis.
Dari samping, model coupe ini tampak sangat modis. Turunan atap yang melandai ke belakang tak menyisakan sudut tajam hingga pintu bagasi. Antena sirip hiu menghiasi atap. Sementara model convertible akan lebih menawan jika atap kanvas hitamnya diturunkan, menyisakan garis bodi yang lurus sampai ke ujung.
Atap kanvas model convertible ini dilengkapi kaca belakang. Atap lipat ini ditenagai motor listrik untuk membuka dan menutup dalam waktu 18 detik saja dengan menekan sebuah tombol di kabin. Atapnya bisa dibuka-tutup ketika mobil melaju di bawah kecepatan 50 km per jam. Saat atap terbuka, jok bisa menyemburkan angin, termasuk angin berhawa hangat ke leher. Itu adalah perlengkapan standar mobil ini.
Dimensi kedua model ini identik; panjangnya 4.768 milimeter, lebar 1.852 mm, dan tinggi 1.383 mm. Tinggi mobil ini lebih rendah 57 mm dibandingkan dengan Seri 3 (G20). ”Sehingga pusat gravitasinya lebih rendah 21 milimeter dibandingkan dengan G20,” kata Anindyanto Dwikumoro, Product Planning Manager BMW Indonesia.
Kedua mobil ini juga pakai mesin yang sama, yaitu empat silinder berkapasitas 1.998 cc dilengkapi BMW TwinPower Turbo. Tenaga yang dihasilkan hingga 258 hp dengan torsi puncak 400 Nm. Tenaganya disalurkan secara otomatis melalui transmisi 8 percepatan Sport Steptronic ke roda belakang. Di atas kertas, mesin ini bisa menghela model coupe dari berhenti ke kecepatan 100 km per jam dalam waktu 5,8 detik, dan 6,2 detik untuk model convertible.
Khusus untuk model coupe, BMW Indonesia mendatangkannya dengan trim terbaru mereka, M Sport Pro. Salah satu kelebihan trim ini adalah adanya fungsi Sprint yang menghela mesin lebih gesit dalam rentang waktu singkat. Ini bermanfaat jika hendak menyalip kendaraan di depan dalam mode berkendara sport. Trim Pro ini juga termasuk sistem pengereman, sabuk pengaman, juga tata audio keluaran Harman/Kardon.
Di luar negeri, misalnya AS dan negara-negara Eropa, lini Seri 4 ini juga dilengkapi varian M440i yang bertenaga superior. Varian ini tidak dimasukkan ke Indonesia. Namun, dalam waktu dekat BMW Indonesia akan mendatangkan varian yang lebih trengginas lagi, yaitu BMW M4.