Bintang Lawas Menanti Bersinar Terang
Piala Eropa 2020 masih bersahabat dengan bintang-bintang lawas yang hidup tanpa soda dan pernah dihantui perang serta stigma. Magisnya masih dinantikan penggila bola yang gairahnya sempat lesu akibat pandemi Covid-19.
Kehadiran kapten tim nasional Portugal Cristiano Ronaldo (36) dalam jumpa pers, Senin (14/6/2021), sangat dinantikan. Sebagian besar pertanyaan wartawan ditujukan kepada megabintang itu jelang laga melawan Hongaria. Pelatih Portugal Fernando Santos dengan sabar menemani Ronaldo yang menjawab ragam pertanyaan dengan minim senyuman.
Sebagian kalangan mengira Ronaldo canggung berbicara pada pers tidak secara langsung. Namun, sebagian lagi menduga penyebabnya sepasang botol minuman soda yang diletakan di dekat Ronaldo.
Sejatinya, tidak ada yang janggal dengan dua botol itu. Sebagai sponsor Piala Eropa 2020, produsennya bisa meletakan botol itu di sana. Harapannya, merek minuman bersodanya bisa semakin dikenal dunia lewat jumpa pers.
Apalagi, minuman soda bukan kali ini saja meramaikan ajang sepak bola akbar. Beberapa pesepak bola terbaik dunia, macam Lionel Messi, Kaka, dan Ronaldinho, pernah menjadi bintang iklannya.
Akan tetapi, bagi Ronaldo, pemain terbaik dunia lima kali, minuman bersoda bukan hal baik dikonsumsi untuk kesehatan. Dia bahkan pernah marah saat anaknya minum soda. Ronaldo mungkin tidak ingin balik kena marah anaknya apabila mengizinkan minuman soda ada di dekat dia.
Baca juga : Christian Eriksen Diselamatkan Cinta dan Kesigapan
Terlepas dari kontroversi itu, pilihan Ronaldo hidup tanpa soda, bisa jadi ikut menopang kebugaran dan kariernya. Tubuhnya dinilai setara atlet berusia 20 tahun, saat pertama tiba di Juventus di 2018.
Massa ototnya mencapai 50 persen. Lemak tubuhnya hanya 7 persen. Kedua hal itu lebih baik 4 persen dibandingkan atlet umumnya (Kompas, 28 Juli 2020).
Tahun ini, di ajang Kejuaraan Eropa kelima untuknya, Ronaldo masih bugar. Dia datang dengan status pencetak 29 gol atau yang terbanyak di Liga Italia musim kompetisi 2020/2021.
Akan tetapi, keraguan masih saja muncul. Portugal saat ini berbeda dengan tim juara Eropa tahun 2016. Pemain top datang dan pergi. Portugal juga sempat terdampak Covid-19 sehingga membuat bek kanan Joao Cancelo batal berlaga. Namun, Ronaldo menegaskan, tim fokus untuk pertandingan selanjutnya.
”Kami tidak berbicara tentang Covid karena bosan. Ini situasi yang menyedihkan, tetapi kami hanya fokus bermain. Tim sudah siap, secara fisik dan emosional,” katanya.
Selain yakin pada tim, dia juga masih percaya kemampuan diri sendiri. Baginya, gairah tampil di Piala Eropa untuk kelima kalinya tidak berbeda dengan kesempatan pertamanya dulu.
”Saya kini lebih dewasa. Jika seorang pemain ingin bermain selama bertahun-tahun, dia perlu belajar beradaptasi. Dari 18-36 tahun, saya telah belajar menyesuaikan dan beradaptasi. Saya selalu bisa menang secara pribadi dan kolektif,” kata Ronaldo. Ucapannya serius. Namun, pembuktiannya masih ditunggu banyak pihak.
Saya kini lebih dewasa. Jika seorang pemain ingin bermain selama bertahun-tahun, dia perlu belajar beradaptasi. Dari 18-36 tahun, saya telah belajar menyesuaikan dan beradaptasi. Saya selalu bisa menang secara pribadi dan kolektif.
Ditempa perang
Ronaldo tidak sendirian menjadi pemain berumur yang sangat dinantikan aksinya di Piala Eropa ini. Sorotan tertuju pada Robert Lewandowski, pemain terbaik dunia 2020.
Lewi, panggilan akrabnya, hanya bermain untuk negara bukan unggulan, Polandia. Umurnya tidak lagi muda, lebih dari 32 tahun.
Bebannya bakal kian berat saat dia kehilangan dua penyerang, Arkadiusz Milik dan Krzysztof Piatek, yang cedera. Apalagi, Lewi semacam punya stigma gagal bersinar di ajang antarnegara.
Akan tetapi, dengan segala kerentanannya, pemain yang di awal karier sepak bola diragukan karena posturnya yang kurus ini tidak boleh dianggap enteng. Lewandowski mencetak gol ke-41 Bundesliga musim ini untuk memecahkan rekor liga Jerman milik Gerd Mueller untuk satu musim di tahun 1971/1972.
Dia jelas tidak muda, tapi Lewi jelas masih berbahaya dan jarang cedera. Bisa jadi kunci semuanya adalah etos kerja militannya.
Mantan pelatihnya di Bayern Muenchen, Josep Guardiola, mengatakan, Lewi adalah pemain penuh disiplin. ”Dia pemain paling profesional yang pernah saya temui. Dia memikirkan makan, tidur, dan latihan, 24 jam sehari,” kata Guardiola.
Di kubu Kroasia, Luka Modric masih menjadi pusat permainan. Dia perusak pertama dominasi Ronaldo dan Messi di ajang pemilihan pemain terbaik dunia 2018. Kini, di usia menyentuh 35 tahun, ia seperti dinamo tunggal permainan tim, setelah Kroasia ditinggal Ivan Rakitic.
Akan tetapi, perannya juga diragukan sebagian kalangan. Tahun ini, tim yang dibelanya, Real Madrid, puasa gelar. Hanya saja, Modric tidak terlalu peduli. Dia sudah kenyang rasanya diragukan.
”Selalu ada banyak keraguan di sekitar saya. Mereka bilang ’kamu terlalu lemah, terlalu rapuh, kamu tidak akan mencapai puncak’. Tapi ini tidak memengaruhi saya sama sekali. Saya malah semakin termotivasi,” katanya.
Mengutip AFP, daya tahan itu mungkin berakar dari pengalaman masa kecilnya. Kehidupan sehari-harinya dibentuk kekacauan Perang Kemerdekaan Kroasia.
”Kami akan mendengar alarm lalu lari ke tempat perlindungan. Setelah alarm berhenti, kami bisa keluar lagi. Itu tidak nyaman, tetapi kami memiliki orang-orang dan pelatih yang memberi tahu kami bahwa itu akan baik-baik saja,” katanya.
Sama-sama lahir dari negara pecahan Yugoslavia, Goran Pandev (37) jelas tidak boleh dilupakan. Meski tidak masuk kelompok pemain terbaik di dunia, dia olahragawan paling dicintai di Macedonia Utara.
Pandev menjadi orang pertama di negaranya yang memenangi Liga Champions. Perannya semakin vital saat memastikan Macedonia Utara lolos ke putaran final Piala Eropa untuk pertama kalinya.
Semakin istimewa, Pandev adalah pencetak gol tunggal kemenangan di laga penentuan lolos ke babak final melawan Georgia. Status Macedonia Utara sebagai tim gurem belum bisa menghapus tinta emas yang ia torehkan.
”Euro (2020) adalah puncak karier saya,” katanya seperti dikutip dari The Guardian.
Pelatih Macedonia Utara Igor Angelovski tidak pernah meragukan peran penting Pandev. ”Dia pesepak bola terbaik dalam sejarah kami. Saya senang dan bersyukur dia kembali sebagai pemimpin kami, di dalam maupun di luar lapangan,” kata Angelovski.
Satu per satu, para legenda itu menjalani laga awal. Modric gagal membawa Kroasia menang atas Inggris. Inggris memang lewat sebiji gol yang dicetak Raheem Sterling.
Akan tetapi, Modric tetap merepotkan. Butuh dua pemain bertahan yang usianya jauh lebih muda untuk menghentikan kreativitasnya.
Polandia juga kalah dari Slovakia 1-2. Lewi gagal mencetak gol. Tiga pemain lawan disiplin menjaga pergerakannya.
Macedonia Utara juga tumbang di tangan Austria 1-3. Namun, Pandev masih memperlihatkan magisnya. Dia pencetak gol semata wayang bagi negaranya. Gol itu adalah sejarah karena pertama ditorehkan Macedonia Utara di putaran final Piala Eropa.
Pecah rekor
Bagaimana dengan Ronaldo? Tanpa soda, dia masih sangat berbahaya di usia tua. Sesumbarnya dibayar dengan dua gol ke gawang Hongaria. Keduanya dicetak di menit akhir, seperti yang sering ia lakukan di laga-laga sebelumnya. Portugal menang 3-0 di Arena Ferenc Puskas, Selasa (15/6/2021). Sebiji gol Portugal lainnya dicetak Raphael Guerreiro.
Lebih dari itu, dia masih menyatu dengan pemain yang lebih muda. Ronaldo tidak sungkan turun mencari bola. Saat merasa penjagaannya terlalu ketat, dia mengumpankan bola pada rekan-rekannya yang lebih terbuka.
”Itu adalah pertandingan sulit, melawan lawan yang bertahan dengan sangat baik. Namun, kami mencetak tiga gol. Saya sangat berterima kasih kepada tim karena membantu saya mencetak dua gol,” katanya merendah.
Striker Juventus itu kini telah mencetak 11 gol di turnamen tersebut atau dua lebih banyak dari legenda Perancis Michel Platini, yang mencetak sembilan gol. Ronaldo juga hanya berjarak tiga gol dari menyamai rekor skor internasional sepanjang masa Iran, Ali Daei, dengan 109 gol.
Sejauh ini, Piala Eropa 2020 masih bersahabat dengan bintang-bintang lawas yang hidup tanpa soda dan pernah dihantui perang serta stigma. Magis mereka masih dinantikan penggila bola yang gairahnya sempat lesu akibat pandemi Covid-19.
Akan tetapi, publik juga masih menunggu banyak bintang baru terlecut aksi hebat para senior. Seperti Piala Eropa 2004. Saat itu, Ronaldo menenggelamkan Luis Figo. Ada juga Wayne Rooney yang sukses mengesampingkan Michael Owen.
Penantian aksi para senior dan junior itu mirip dengan petikan lirik lagu resmi Piala Eropa 2020, ”We Are The People” yang dibawakan DJ Martin Garrix bersama Bono dan The Edge.
We are the people we\'ve been waiting for
Out of the ruins of hate and war ...
Baca juga : Titik Nadir Jerman di Piala Eropa