Hai, ”Bob” dan ”Pixie”!!!
Tren rambut pendek datang lagi.
Bukan hal baru memang. Namun selain asas kenyamanan, memangkas rambut dengan model sependek mungkin juga menjadi cara yang efektif untuk menunjukkan jati diri dan spirit yang dimiliki. Bergelombang dekade dilalui, rambut pendek dengan ragam gaya dari lob, bob, hingga pixie cut kembali menemukan masanya.
Singgahlah barang sebentar ke kedai kopi kekinian atau sekadar cuci mata di pusat perbelanjaan Ibu Kota. Lalu lalang perempuan berambut pendek sudah menjadi kewajaran. Sejalan dengan nilai-nilai mencintai diri yang terus digaungkan, hilang sudah kasak-kusuk dengan praduga terhadap perempuan yang memutuskan membabat rambutnya.
Panggung peragaan busana pun kini dipenuhi perempuan bergaya rambut pendek. Sebut saja, pergelaran virtual Milan Fashion Week pada akhir 2020 untuk musim gugur/musim panas tak hanya menawarkan siluet busana. Penampilan model berambut pendek yang mendominasi pun menggambarkan arah pilihan gaya pada 2021.
Ditambah lagi dengan demam hallyu yang melanda, model gaya rambut pendek tak kehilangan sentuhan manis. Jenis lob dan bob jelas masih jadi andalan. Akan tetapi, paduan poni dengan ”poni gorden” atau seethrough bangs yang panjangnya mencapai alis dengan helai-helai tipis ini menjadi favorit.
Paduan poni sebenarnya juga bukan hal baru. Gaya rambut French bob atau classic bob juga terasa lebih afdol jika dikombinasikan dengan poni depan di atas alis atau poni superpendek seperti karakter film Amélie. Namun, ada juga yang bermain aman dengan poni samping atau malah membiarkannya tanpa poni. Sesuai selera.
Selain potongan bob, pilihan pixie cut juga tak terlewatkan. Potongan rambut superpendek yang pernah populer lewat aktris Audrey Hepburn ini juga serasa terus hidup. Simpel, praktis, dan bebas itu yang terasa saat melihat gaya rambut ini. Namun, tetap terlihat elegan jika mengaturnya dengan tampilan sleek atau gaya wet-look.
Pakar rambut dan kecantikan Rudy Hadisuwarno melalui perbincangan virtual Sabtu (12/6/2021) menyampaikan, jenis potongan bob dengan ragam variasinya sedang naik daun lagi. ”Dari yang rata, panjang kanan-kiri, asimetris, sampai yang berponi depan, itu sangat digemari di tahun ini,” ujarnya.
Ia tak menampik pengaruh korea menyumbang minat larisnya potongan model bob di tahun ini. ”Ada masanya serba Jepang. Sebelumnya Paris. Sekarang ini, Korea memang jadi trendsetter di dunia kecantikan, termasuk gaya rambut. Bentuk model hingga poni yang diinginkan banyak terinspirasi dari drama korea,” ungkapnya.
Selain itu, kondisi saat ini membutuhkan segala hal yang serba praktis. Rambut pendek memang terbukti. ”Enggak repot perawatannya. Cukup keramas aja. Apalagi sekarang setelah dari luar sebaiknya langsung cuci rambut, dengan rambut pendek jadi lebih ringkas. Cukup di rumah saja, tanpa harus perawatan di salon bisa dilakukan,” katanya.
Namun, potongan bob saja rupanya belum cukup. Pewarnaan rambut dengan pilihan warna dasar coklat ternyata juga sangat diminati dikombinasikan dengan model bob yang manis. ”Warna coklat masih jadi favorit dengan metode highlight. Lebih segar jadinya,” tutur Rudy.
Salah satu pekerja swasta Tika Primandari pun tak hanya memotong rambutnya, tapi juga mewarnainya. ”Tadinya gue sama sekali enggak berani potong rambut selama pandemi. Sampai nekat potong sendiri di rumah karena saking gerahnya. Ini aku potong lagi di salon. Rambut pendek jadinya praktis aja,” ungkapnya dijumpai seusai potong rambut di sebuah salon di kawasan Kemang, Jakarta Selatan, Jumat (11/6/2021).
Karyawan swasta, Maria Yuniar, juga baru memberanikan diri memotong rambut sekitar dua minggu lalu. Padahal sebelum pandemi, Maria selalu aktif mengganti model rambut. Dari membiarkannya panjang hingga kadang berambut pendek. ”Tapi udah setaunan kan. Jadi awut-awutan. Anak gue apalagi. Akhirnya gue potong bareng anak gue, ditambah ada masalah rambut juga. Ya udah sekalian,” ujarnya.
Sementara Puti Almas yang bekerja di kawasan Pejaten, Jakarta Selatan, memilih potongan lob atau potongan bob yang masih mencapai bahu dipadu dengan poni. Menurut dia, pilihan ini cukup aman untuknya yang cukup gerah dengan rambut panjang, tapi tak menginginkan terlalu pendek juga.
Simbol perubahan
Mengutip dari Vogue, penata gaya Amber Maynard Bolt menyampaikan, pilihan memangkas habis rambut ini bisa jadi karena alasan pandemi sehingga membutuhkan kenyamanan. Namun, ini juga bisa sekaligus menjadi simbol untuk mengambil lagi kendali dan kebebasan atas diri yang tercerabut karena pandemi.
”Ini tentang diri sendiri dan memilih tampilan yang sesuai dengan yang dirasakan. Banyak yang takut memotong rambutnya dengan berbagai alasan. Tapi sekali kamu berani melakukannya, kamu menyadari bahwa banyak hal bisa kamu lakukan. Seperti di pandemi ini, kebebasan mendadak sesuatu yang mahal. Memotong rambut dengan gaya pendek ini seolah mencecap kebebasan yang memang diinginkan karena terbelenggu harus di rumah saja,” jelas Bolt.
Hal ini rupanya dirasakan model Ayu Gani yang selama ini ragu untuk memotong rambutnya. Takut kehilangan tawaran pekerjaan dan khawatir dengan persepsi sekitar yang membuatnya maju mundur untuk memotong rambut. Namun saat pandemi, ia akhirnya mengambil keputusan besar yang tak pernah disesalinya.
”Rasanya enteng. Apalagi pas pandemi gini jadi lebih enak ya. Enggak ribet. Yang terpenting, sih, aku merasa jadi diri sendiri dan enggak lagi insecure. Ini jadi semacam bentuk selflove untukku,” ujarnya.
Jika menelusuri lebih jauh, tren rambut pendek ini sebenarnya telah melintas abad. Bahkan sosok pahlawan dari Perancis, Jeanne d’Arc yang memimpin berbagai perang pada abad ke-14 itu, digambarkan memiliki rambut pendek. Selanjutnya, berkembang jauh memasuki awal 1800 yang juga mulai menghadirkan perempuan dengan potongan rambut pendek.
Titik balik reinkarnasi potongan rambut pendek dengan berbagai gaya ini berada pada tahun 1920-an. Masih ingat tentu dengan masa Roaring 20’s. Kondisi pasca-Perang Dunia I dan pandemi flu Spanyol kala itu tak hanya meliputi ekonomi, tapi juga tren mode, baik busana maupun gaya rambut. Nama desainer Gabrielle Chanel kembali dikaitkan dengan kebangkitam gaya rambut ini.
Baca juga : Si Ringkas untuk Kulit Sehat
Ya, Chanel memang menjadi acuan perubahan mode perempuan di Barat sana. Namun, tak hanya mengubah cara berpakaian menjadi lebih berani dengan celana atau rok pendek. Gaya rambut Chanel yang juga memilih gaya French-bob ikut disorot. Ledakan gaya rambut pendek muncul lagi pada 1960-an, era yang saat itu sarat perubahan sosial politik. Penata rambut legendaris Vidal Sassoon, saat itu, memperkenalkan gaya bob yang lebih variatif sebagai pilihan.
Di akhir 1980-an hingga akhir 2000-an, potongan rambut pendek juga kian diminati. Sebut saja Victoria Beckham, Winona Ryder, hingga Demi Moore menuntun jalan tren rambut pendek pada masa itu. Meski makin menjamur, stigma dan bisik-bisik terhadap perempuan berambut pendek berseliweran dan kadang menimbulkan ragu bagi yang terdorong untuk mengubah gayanya.
Kian menguatnya gerakan perempuan dan kesadaran terhadap diri meruntuhkan omongan miring tentang perempuan berambut pendek. Sekali lagi, rambut pendek bukan sekadar menjadi tren, melainkan menjadi simbol perubahan dan penanda kebebasan diri yang valid.
Berani?