Cara Keren Mengelola Pakaian Bekas
Sampah pakaian yang sulit terurai alam bisa didaur ulang jadi barang-barang yang lebih berguna.
Saat ini, banyak orang menerapkan gaya hidup hijau dengan memilah sampah untuk didaur ulang, tak terkecuali untuk pakaian. Produk mode yang cepat berganti tren bisa menimbulkan masalah sampah yang tak terurai. Nah, banyak cara keren yang bisa dilakukan untuk mengelola pakaian bekas.
Wajah Fani dan dua anaknya, Suri dan Dora, berseri-seri saat memasuki area pameran instalasi Bumi Rumah Kita di Senayan City, Jakarta Selatan, Jumat (28/5/2021). Fani dan Suri (11) menenteng masing-masing satu tas. ”Taruh di sini. Nanti bajunya dimasukkan ke lubang-lubang itu,” ujar Fani mengarahkan dua anaknya.
Pameran yang diadakan oleh produsen fashion berkelanjutan Sejauh Mata Memandang bersama beberapa pihak tersebut menyediakan kotak untuk pilah sampah baju bekas pakai, plastik, kardus, hingga bekas wadah alat kecantikan. Keberadaan kotak pilah sampah merupakan bagian dari penyadaran kepada masyarakat agar bertanggung jawab dan mewujudkan bumi sehat. Baju layak pakai dari pengunjung akan disumbangkan kepada pihak lain atau didaur ulang, salah satunya menjadi paving block.
Ruang pamer yang ditata apik membuat pengunjung mal tertarik. Di depan tiga kotak penampungan baju bekas, Suri dan Dora berebutan memasukkan satu per satu pakaian yang dibawanya sesuai dengan pemilahan kotak.
Ini pertama kali bagi Fani yang bekerja di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, ”membuang sampah” ke mal Senayan City. ”Tak sengaja aku tahu tempat ini ketika sedang ke sini untuk menunggu suami yang kantornya dekat sini. Wah, senang sekali. Makanya, aku ajak anak-anak sekalian,” tuturnya.
Perempuan yang tinggal di Cibubur, Jakarta Timur, itu menilai tempat tersebut penting untuk memberi edukasi pilah sampah dan cara daur ulang sampah. Ia lalu membacakan salah satu kutipan di arena pameran. ”Kak, tuh sampah di Jakarta dalam satu hari jika dikumpulkan bisa segede Candi Borobudur,” kata Fani kepada Suri. Suri langsung mendatangi berbagai tulisan yang menuliskan fakta sampah dan pengelolaannya. Ia membaca sambil mengangguk-angguk.
Dari situ, mereka pindah ke ruang video yang memutar pendapat para pemain film, penyanyi, dan pegiat lingkungan mengenai bahaya sampah dan apa yang seharusnya orang lakukan untuk mengatasi keadaan tersebut.
Direktur Kreatif SMM Chitra Subyakto melalui salah satu video menyatakan kekhawatirannya mengenai bumi yang kini mengalami darurat sampah, khususnya di Indonesia. Timbunan sampah di negara ini mencapai 13 juta ton per tahun, dan 46 persen dari timbunan sampah ternyata belum terkelola dengan baik. Ia pun berinisiatif menggelar acara pameran Bumi Rumah Kita yang memungkinkan setiap orang berpartisipasi dalam pengelolaan sampah.
Sebelum Fani datang, dua perempuan dokter memasukkan baju layak pakai ke kotak itu. Hasna Afifah (30) dan Rakhmah Sari Indah Cahyani (28), keduanya lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, membawa koper yang penuh dengan baju bekas. Ternyata mereka sudah langganan menyerahkan baju bekas ke acara seperti itu. Pada April 2021, keduanya menyerahkan baju bekas ke acara yang sama di kawasan SCBD, Semanggi, Jakarta Selatan.
Rela membayar
Keduanya sadar sebagai anak kos tak bisa punya banyak barang di kamar, tetapi bingung mau membuang pakaian bekas. Sebelum rutin mendatangi gerai penyedia tempat penampungan barang bekas, seperti baju dan plastik, Rakhmah sudah mulai memilah sampah di kosnya. Waktu itu November 2020, ia dan Hasnah mencari aplikasi untuk menyerahkan sampah yang ada di kamarnya. Ia menemukan aplikasi yang mau menerima sampah mereka, tetapi sayang sekali, sampah yang bisa diterima hanya kertas dan kardus.
Dua gadis itu memutuskan berlangganan sebuah aplikasi berbayar yang mau mengambil sampah ke kos. ”Waktu masih promo saya mesti bayar Rp 300.000 per tiga bulan. Sampah diambil per minggu,” ujar Rakhmah yang bekerja di RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta.
Hasnah menambahkan, sayang aplikasi tersebut tak menerima baju bekas. ”Bingung, kan. Untung ada pameran ini. Sangat membantu kami yang bingung mau naruh ke mana dan pengolahannya jelas sehingga tak tambah mencemari lingkungan,” kata Hasnah yang bersiap menempuh pendidikan dokter spesialis radiologi di FK UI.
Hari itu, banyak pengunjung datang ke pameran. Sebagian hanya ingin melihat pameran instalasi untuk berfoto dengan teman-temannya, tetapi sebagian yang lain sengaja datang untuk menaruh aneka sampah serta berbelanja baju dan aksesori produk Sejauh Mata Memandang. Gerai itu menyediakan aneka tas dan baju, di antaranya hasil dari daur ulang baju bekas.
Dari 14 kotak yang tersedia untuk sampah plastik, baju, botol plastik, kertas, kardus, tempat kosmetik, kaleng, stirofoam, dan lainnya, yang paling cepat terisi adalah kotak penampung baju bekas. Hanya dalam waktu sekitar dua jam, kotak yang semula kosong sudah terisi puluhan baju. ”Tempat kayak gini yang aku cari-cari karena susah sekali mau buang baju lama. Akhirnya, numpuk di rumah walau sebagian sudah diberikan orang,” kata Liliana, warga Cempaka Putih, Jakarta Pusat.
Selama ini, ia sering bertengkar dengan petugas sampah. ”Mereka hanya mau terima sampah baju bekas asal dikasih tambahan uang. Kalau enggak, mereka tak mau membawanya,” ujar Liliana. Ia tahu ada pameran Bumi Rumah Kita yang menyediakan kotak sampah dari kawannya. ”Aku mau ambil baju lagi di mobil, ya,” katanya sambil berpamitan.
Daur ulang
Emma, salah seorang petugas yang berjaga di pameran, menuturkan, umumnya pengunjung mengaku sangat terbantu dengan adanya kotak penampung aneka sampah itu. Ia kemudian menjelaskan, baju bekas bisa diolah kembali menjadi benang, lalu kain. Ditunjukkannya video yang berisi proses produksi daur ulang baju menjadi benang. Ada juga sampah plastik bekas bungkus permen, kue, dan sabun didaur ulang, lalu dibuat paving block warna abu-abu. Tutup botol plastik diolah menjadi semacam papan warna-warni yang cantik, sedangkan kayu dan jins bekas diolah menjadi karpet atau alas furnitur, misalnya kursi.
Kepada para pengunjung yang ingin tahu barang-barang hasil daur ulang yang dipajang, Emma menerangkannya satu per satu. ”Sampah saset yang diubah jadi paving block itu dilakukan oleh Rebricks. Kalau Mortier mendaur ulang tutup botol menjadi meja, rumah tanaman,” katanya menunjuk benda yang dimaksud.
Baca juga : Mode Bersahaja Berkelanjutan
Sementara itu, Pable mendaur ulang sampah baju menjadi benang untuk dibuat baju lagi. Alvin mengolah sampah tekstil dan kayu bekas menjadi furnitur baru. Adapun Setali membuat karpet anyam dari sampah tekstil.
Pameran tersebut juga menarik hati Eldy B Jonathans yang mengelola sampah di pusat belanja ITC se-Jakarta. Ia ingin mendapat informasi lebih jelas mengenai pengelolaan aneka sampah dan bekerja sama dengan penyelenggara pameran. Eldy sudah mengoperasikan mesin pencacah plastik, tetapi ia ingin mengembangkan ke sampah lain yang dihasilkan oleh pedagang ataupun pengunjung pusat belanja.