Ponsel ”Flagship”, ”Futureproof” atau Sekadar Performa Tinggi?
Apa yang menjadi pertimbangan dalam membeli ponsel ”flagship” atau ponsel kelas tertinggi dari suatu merek? Teknologi terbaru atau sekadar performa ponsel yang bertenaga?
Apa yang menjadi pertimbangan dalam membeli ponsel flagship atau ponsel kelas tertinggi dari suatu brand? Teknologi terbaru atau sekadar performa ponsel yang bertenaga?
Membeli ponsel flagship terkadang lebih dari sekadar mendapatkan performa komputasi tertinggi atau bahkan gengsi semata. Ketahanan terhadap tren teknologi yang akan datang di masa depan atau biasa disebut futureproof juga dapat menjadi pertimbangan konsumen.
Ketahanan terhadap tren yang akan muncul di masa depan, khususnya pada teknologi layar, menjadi daya tarik utama yang ditawarkan oleh ponsel flagship milik Oppo, yakni Find X3 Pro.
Teknologi layar yang dimaksud adalah kemampuan menghasilkan warna dengan kedalaman 10 bit (color depth) untuk setiap kanal warna merah, hijau, dan biru (red, green, blue/RGB). Artinya, setiap warna memiliki 2^10 (1.024) variasi. Jika saling dikombinasikan, panel layar Find X3 Pro yang selebar 6,7 inci tersebut dapat memproduksi 1,07 miliar warna.
Baca juga: Masih Perlukah Ponsel ”Flagship”?
Hasilnya, layar Find X3 Pro dapat menampilkan gradasi warna lebih halus ketimbang panel layar 8 bit yang banyak digunakan ponsel lain. Warna RGB 8 bit ”hanya” dapat menghasilkan 16,7 juta warna ((2^8)^3).
Pada saat peluncuran, President of Global Marketing Oppo Lie Liu secara khusus menggarisbawahi kemampuan reproduksi warna Find X3 Pro yang mencapai 1 miliar warna.
”Setiap milimeter bagian luar dan dalam (Find X3 Pro) dirancang sedemikian rupa agar kuat, fleksibel, imersif, dan selalu memancarkan keindahan dengan satu miliar warna,” ujarnya.
Find X3 Pro menjadi ponsel Oppo pertama yang benar-benar memiliki panel dengan warna 10 bit secara native. Pendahulunya, Find X2 Pro, sebetulnya juga sudah dipasarkan dengan tagline 1 miliar warna. Namun, sebetulnya panel yang digunakan adalah panel 8 bit dengan teknologi FRC (frame rate control).
Analogi sederhananya, panel layar 10 bit dapat dicontohkan sebagai panel yang mampu menampilkan tiga warna, misalnya merah, biru, dan ungu. Panel 8 bit hanya dapat menampilkan merah dan biru. Namun, dengan FRC, panel 8 bit dapat mengedipkan warna dengan cepat antara merah dan biru untuk menghasilkan warna ungu.
Apa yang menjadi pertimbangan dalam membeli ponsel flagship atau ponsel kelas tertinggi dari suatu merek? Teknologi terbaru atau sekadar performa ponsel yang bertenaga?
Dengan FRC, panel 8 bit dapat meniru kemampuan 10 bit, tetapi teorinya, flicker atau kedipan akibat FRC dapat terasa bagi pengguna. Praktiknya, mungkin tidak begitu terasa.
Tren teknologi warna 10 bit mulai masuk ke segmen barang elektronik kelas konsumer (consumer electronics) dari kelas profesional dalam beberapa tahun terakhir dengan kian populernya konten video high dynamic range (HDR).
Kamera mirrorless populer, seperti seri Sony A7, pun baru memiliki kamera berkemampuan merekam 10 bit pada tipe A7 SIII yang dirilis pada September 2020.
Find X3 Pro pun memiliki kemampuan merekam konten foto dan video dengan warna 10 bit. Foto harus disimpan dengan format HEIF (high efficiency image file format). Perlu diingat, video dan foto ini pun hanya bisa ditampilkan di aplikasi atau gawai yang mendukung warna 10 bit.
Konfigurasi quad-camera Find X3 Pro tergolong unik. Berbeda dengan ponsel lain yang menonjolkan kualitas satu modul kamera—biasanya yang sudut lebar normal—Find X3 Pro menggunakan sensor yang identik baik untuk kamera lebar normal dan juga ultralebar. Keduanya menggunakan sensor Sony IMX766 dengan resolusi 50 megapiksel (MP).
Hal ini memungkinkan kualitas gambar yang tetap tinggi meskipun menggunakan lensa yang berbeda.
Selain kedua kamera itu, Find X3 juga memiliki modul telefoto beresolusi 12 MP dan kamera makro 3 MP yang dapat melakukan pembesaran hingga 60 kali lipat layaknya mikroskop. Kamera swafoto di bagian depan memiliki resolusi 32MP.
Segala fitur teknologi layar dan kamera ini didukung dengan kemampuan komputasi yang juga tertinggi. Find X3 Pro menggunakan cipset Qualcomm tertinggi, yakni Snapdragon 888 dengan konfigurasi RAM hingga 12 GB. Layar X3 Pro pun berukuran 1.440 piksel x 3.216 piksel; beresolusi lebih tinggi daripada Full HD 1.080.
Pengujian Kompas menggunakan aplikasi benchmark Geekbench menunjukkan skor 931 untuk single-core dan 3.293 untuk multicore. Skor tersebut berada dalam kategori yang sama dengan ponsel flagship lainnya, seperti Samsung Galaxy S21 Ultra.
Snapdragon 888 juga memiliki teknologi konektivitas 5G. Kelak, jika jaringan 5G telah tersedia di Indonesia, pembaruan perangkat lunak dapat diluncurkan untuk membuka kapabilitas ini.
Find X3 Pro pun memiliki sertifikasi IP68 yang memungkinkan tahan air hingga kedalaman 1,5 meter selama 30 menit.
Desain bodi Find X3 Pro pun memunculkan kesan mewah dengan layar yang melengkung di bagian tepinya dan frame dari logam. Find X3 menggunakan finishing matte untuk opsi warna biru dan glossy untuk warna hitam.
Teknologi warna 10 bit, konten HDR, dan 5G mungkin belum menjadi konsumsi masyarakat secara luas, tetapi di sini keunggulan futureproof Find X3 Pro terlihat. Dalam beberapa tahun ke depan, ponsel ini ”siap” dengan teknologi yang akan datang. Kemewahan ini pun akan disertai dengan harga yang sepadan.
Oppo Find X3 Pro telah diumumkan secara global pada Maret lalu, tetapi baru akan resmi diluncurkan di Indonesia pada awal Juni mendatang.
Di Eropa, Oppo secara resmi menjual dengan harga 1.099 poundsterling (Rp 22 juta) untuk pasar Inggris dan 1.149 euro (Rp 20 juta) untuk pasar Jerman. Namun, perlu diperhatikan, harga Eropa biasa cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan harga resmi Indonesia.
Fokus performa
Namun, bagaimana jika futureproofing belum menjadi pertimbangan utama sedangkan kemampuan komputasi dan harga menjadi segalanya?
Poco F3 dapat menjadi contoh ponsel yang mengedepankan aspek ini. Ponsel ini menggunakan Snapdragon 870; cipset yang diposisikan di bawah 888. Snapdragon 870 sebetulnya adalah versi peningkatan performa dari pendahulu 888, yakni 865 dan 865+.
Melihat laman Geekbench, performa Snapdragon 870 pun sebetulnya mirip dengan Snapdragon 888, hanya sekitar 5 persen di bawahnya.
Layar Poco F3 berukuran 6,67 inci dengan resolusi 2.400 piksel x 1.080 piksel. Poco F3 juga dapat menjalankan konten HDR. Namun, melihat spesifikasi detail di www.devicespecifications.com; F3 menggunakan layar panel 8 bit. Kemungkinan besar panel F3 menerapkan teknologi FRC untuk menyimulasikan warna 10 bit yang menjadi prasyarat konten HDR.
Poco F3 menggunakan konfigurasi triple-camera. Kamera utama adalah berlensa lebar normal dengan resolusi 48 MP. Lalu terdapat kamera ultralebar dengan resolusi 8 MP dan kamera makro dengan resolusi 5 MP. Sementara kamera swafoto di bagian depan ponsel beresolusi 20 MP.
Untuk aspek ketahanan air dan debu, laman resmi Poco Indonesia, Poco F3 bahkan tidak mencantumkan rating IP. Jika menilik situs agregator spesifikasi ponsel seperti GSMArena, ponsel ini memiliki rating IP53, yang artinya tahan debu dan percikan air.
Poco F3 mulai dirilis di Indonesia sejak akhir April lalu dengan harga untuk konfigurasi tertinggi—RAM 8 GB dan penyimpanan 256 GB—sebesar Rp 5,499 juta.
Tergantung kebutuhan Anda, genre ponsel flagship mana yang Anda pilih? Segalanya perlu dipertimbangkan.