Apabila dahulu pilihan mukena hanya berwarna putih, seiring berkembangnya waktu, mukena pun bertransformasi, mulai dari permainan warna hingga pilihan motif dan model.
Oleh
Riana A Ibrahim
·5 menit baca
Menjejak bulan Ramadhan hingga jelang Lebaran, ada satu perlengkapan yang banyak diburu. Ragam motif, desain, hingga bahan menjadi pertimbangan utama dalam memilihnya. Kalau tak adem, susah dilirik. Sebab, demi ibadah yang khusyuk, kenyamanan pun diutamakan pada sepasang mukena.
Apabila dahulu pilihan mukena hanya berwarna putih, seiring berkembangnya waktu, mukena pun bertransformasi. Dari yang semula mengambil nuansa warna dasar, seperti hitam, biru, abu-abu, kuning, merah muda, hingga ungu, kini tidak sekadar bermain warna, tetapi juga berani menampilkan beragam motif.
Jenama Tazbiya yang berdiri pada 2014 merupakan salah satu pengusung produk mukena motif yang banyak diincar. Dominasi motif floral, seperti bunga dan dedaunan, menjadi andalannya meski pada beberapa koleksi dikombinasikan dengan motif mirip kawung, garis-garis, atau polkadot.
General Manager Tazbiya, Addiniya Nurfarojandari, saat berbincang pada Kamis (22/4/2021) menyampaikan, ide mukena motif ini berawal dari niat untuk memanfaatkan kain-kain yang sudah tidak dimanfaatkan dari pabrik. ”Kebetulan founder Tazbiya ini dulu bekerja di pabrik dan sering lihat kain-kain yang sudah enggak dipakai,” ujar Addin.
Di sisi lain, saat itu bisnis gamis yang dilakoni juga tak memperoleh sambutan yang antusias. Kemudian, muncul gagasan membuat mukena mengingat ada rekan yang memiliki kemampuan untuk menjahit mukena. Tidak mau mengulang perjalanan bisnis pertamanya, kali ini produk baru itu dicoba terlebih dahulu kepada orang-orang terdekat dan teman-teman.
Rupanya gayung bersambut. Lewat mulut ke mulut, pesanan mukena motif mulai berdatangan hingga dapat membuka kembali gerai di salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta Selatan. Minimnya pesaing kala itu juga membuka banyak peluang bagi Tazbiya untuk terus berkembang dan menjajal berjualan secara daring pada 2015.
”Nyoba online ternyata animonya makin besar. Enggak nyangka, kok bisa laku. Padahal, kan, ini bukan seperti baju atau gamis yang setiap orang dalam sebulan bisa beli lebih dari satu. Mukena ini, kan, satu bisa untuk bertahun-tahun. Dalam beberapa bulan juga belum tentu beli, kan? Tapi angka penjualannya terus meningkat,” ungkap Addin.
Kendati demikian, beberapa tahun awal, Tazbiya masih memanfaatkan kain dari pabrik yang sudah tak digunakan. Kain dengan jenis rayon premier itu disortir dengan teliti agar saat dijahit dan dijadikan mukena tetap terlihat rapi dan cantik. ”Kenapa pakai kain dari pabrik? Karena kalau pesan khusus itu, kan, harus utuh. Sementara saat itu, walau sudah banyak pesanan, jumlahnya belum mencapai standar minimal untuk pesan sendiri,” tutur Addin.
Perlahan, Tazbiya mulai berani memesan kain dengan motif yang didesain sendiri. Untuk satu motif dan satu warna, bisa diperoleh 400 hingga 500 pasang mukena. Kuantitas yang semula diragukan tercapai nyatanya mampu terpenuhi. Bahkan, tak sedikit pembeli yang mengeluh karena kehabisan stok.
Akan tetapi, pandemi yang terjadi pada 2020 mengubah lanskap penjualannya. Saat itu, koleksi yang akan diluncurkan pada bulan Ramadhan dan jelang Lebaran telah siap sejak Februari. Namun, rencana harus berubah total seiring aturan pembatasan sosial berskala besar. Target meraup rezeki pada puncak musim pun meleset.
”Puncaknya memang season Ramadhan. Biasanya penjualan bisa naik tiga kali lipat di Ramadhan dan sebelum Idul Fitri. Tahun lalu, jelas mengalami penurunan. Untuk offline store yang ada di Jakarta, turun sekitar 35 persen. Untuk online juga turun, tetapi tidak terlalu signifikan,” ujarnya.
Pada tahun ini, perhitungan yang sangat rinci pun dilakukan. Tak banyak koleksi baru yang dibesut karena memahami daya beli masyarakat saat ini belum pulih seutuhnya. Kombinasi koleksi pun lalu dilakukan sebagai salah satu cara. Salah satu koleksi baru yang kini ditawarkan adalah Mukena 2in1.
”Mukena ini ada retsletingnya di bagian dagu. Jadi, bisa dipakai dalam dua model. Pertama, digunakan dengan cara biasa. Kedua, bagi yang berjilbab dan sedang bepergian bisa dipakai seperti mukena ponco sehingga tidak membuat jilbab berantakan. Lalu, tas mukenanya dapat dijadikan sajadah mini. Karena, kan, ini pandemi, orang agak khawatir kalau pakai sajadah atau karpet di tempat beribadah umum,” jelas Addin.
Anak muda
Berdasarkan pengalaman pribadi, Mahira dibantu oleh ibunya, Tina, mendirikan jenama Maitsa. Selama ini, Mahira mengaku kerap kesulitan mencari mukena yang terlihat elegan, tetapi mencerminkan jiwa muda. Jenis mukena seperti ini umumnya memang menjadi incaran digunakan saat hari besar, seperti untuk shalat Idul Fitri, shalat Idul Adha, atau acara khusus bersama keluarga besar.
”Tadinya memang pengin wirausaha, tapi belum nemu apa. Lalu dia kepikiran, kok mukena itu gitu-gitu aja, ya. Pengin yang selera anak muda. Akhirnya, Mahira nyoba desain sendiri dan diperlihatkan ke saya,” ujar Tina saat dihubungi.
Bahan yang digunakan juga mirip dengan mukena konvensional, hanya saja desainnya jauh lebih segar. Dasarnya tetap menggunakan katun atau brokat katun dan santung. Kemudian bahan dasar itu diaplikasikan lagi dengan renda sehingga terlihat elegan. Warna dominannya memang putih atau putih gading, tetapi dikombinasikan dengan hijau, coklat, atau biru muda.
Ada juga yang didesain bertumpuk atau menggunakan layer beberapa warna dalam satu mukena. Penggunaan motif kotak dan color block juga dijajalnya meski tak mengubah kesan premium karena bahan brokat katun dan renda yang menjadi andalan dalam tiap tampilan mukenanya.
Tak jauh berbeda dengan Tazbiya, Maitsa juga harus berjibaku saat pandemi. Sedianya rangkaian koleksi akan dipasarkan pada saat Ramadhan tahun lalu. Akan tetapi, perubahan kondisi yang mendadak membuat angka penjualan anjlok. Kendati demikian, pada tahun ini, koleksi baru siap dilempar kembali ke publik.
”Jumlahnya 50:50, antara koleksi baru dan koleksi tahun lalu, walau optimistis tahun ini lebih baik dibandingkan tahun lalu. Ini saja sudah terasa pesanan mulai meningkat. Kebetulan kami juga ada rumah jahit, pakai penjahit sendiri. Eksekusinya bisa lebih cepat,” ungkap Tina.
Lebaran sebentar lagi. Sudah siap dengan mukenamu?