Nasi goreng tak lagi identik dengan kecap. Bukan pula bumbu-bumbu macam bawang merah, bawang putih, dan lada. Aneka hidangan itu telah terbentang dengan paduan dendeng lemak, kecombrang, hingga dipadankan minuman anggur.
Oleh
DWI BAYU RADIUS/WISNU DEWABRATA
·6 menit baca
ARSIP HATTEN WINES
Harry Nazarudin (mengenakan ikat kepala), penulis buku Nasgor: Makanan Sejuta Mamat, bersama pemilik Hatten Wines, IB Rai Budarsa (ketiga dari kanan), menikmati nasi goreng dan minuman anggur di Denpasar, Bali, Jumat (30/4/2021).
Nasi goreng tak pernah kehilangan magisnya, bahkan saat pandemi. Sajian klasik dari gerobak sampai hotel berbintang itu tak ada habisnya untuk diulik. Di sela hiruk-pikuk media sosial, konten nasi goreng konsisten bertahan. Koki-koki memasak hidangan itu dengan lemak, kecombrang, bahkan makanan kucing.
Di hadapan sekitar 30 pengunjung Hatten Wines di Denpasar, Bali, tersaji tiga nasi goreng yang dikemas pincuk. Wadah itu saja tak biasa, begitu pun isinya. Nasi goreng dendeng lemak, pindang kecombrang, dan kesune cekuh jelas bukan olahan arus utama.
Minumannya, anggur, tentu tak jamak pula dipadankan dengan nasi goreng. Head of Hatten Education Center Kertawidyawati menjelaskan pentingnya paduan itu. ”Turis asing suka mencicipi makanan lokal. Nasi goreng termasuk paling banyak dicoba. Mereka minum wine (anggur),” katanya, Jumat (30/4/2021) malam.
ARSIP HATTEN WINES
Nasi goreng dan minuman anggur di Hatten Wines, Denpasar, Bali, Jumat (30/4/2021).
Sebagian tamu tampak sedikit heran menatap nasi goreng yang tak lazim itu. Sekejap saja usai mencecap hidangan tersebut, senyum tersungging di bibir mereka. Denting gelas meningkahi gelak tawa mereka seraya menikmati paduan yang dirasa pas.
”Kami masak nasi goreng berbasis bumbu yang biasa dipakai di Bali. Kecombrang aromanya sangat kuat,” ujar Gus Oka yang menghidangkan nasi goreng pindang kecombrang. Pemilik rumah makan Bucu Sanur itu juga menyajikan nasi goreng kesune cekuh yang dominan dengan bawang putih dan kencur.
Harry Nazarudin, moderator Komunitas Jalansutra ikut menyantap masakan itu. Selain anggur aga white, rose, dan red, tersedia sweet alexandria. ”Pindang kecombrang, misalnya, selaras dengan aga white. Kalau dendeng lemak cocok dengan red,” ucapnya didampingi pemilik Hatten Wines, IB Rai Budarsa.
ARSIP HATTEN WINES
Pengunjung menikmati nasi goreng dan minuman anggur di Hatten Wines, Denpasar, Bali, Jumat (30/4/2021).
Harry memang sedang menggebu-gebu soal nasi goreng. Ia mengisi kesempatan itu sekaligus untuk menjelaskan bukunya yang baru dirilis sekitar sebulan lalu. Ia membeberkan tidak hanya kreasi memasak nasi goreng yang tak berbatas, tetapi juga kilas balik kehadiran sajian lawas itu di Nusantara.
Dalam buku itu, Nasgor: Makanan Sejuta Mamat terbitan PT Gramedia Pustaka Utama-M&C dan diluncurkan pada Maret 2021, dijelaskan, nasi goreng sudah diketahui lewat Serat Centhini pada 1814. Naskah aslinya adalah kitab Jatiswara yang ditulis tahun 1711 tanpa diketahui penulisnya.
Catatan perjalanan Jayengresmi itu mencantumkan menu yang dihidangkan, antara lain nasi goreng, rames, tumpeng, ikan betutu, serabi, dan putu. Lewat bukunya, Harry juga mengajak pembaca mengikuti perjalanan nasi goreng mulai dari Tiongkok pada abad ke-17, Batavia, hingga Semarang.
ARSIP HATTEN WINES
Pengunjung menikmati nasi goreng dan minuman anggur di Hatten Wines, Denpasar, Bali, Jumat (30/4/2021).
Dimensi berkreativitas keluar dari pakem di tengah pandemi juga ditunjukkan Bahtiar Pebri Dwiyana (31) yang membuat nasi goreng dendeng lemak. Pada April 2020, ia memasak nasi goreng dengan bubuk perisa jeruk nipis yang diunggah ke medsosnya.
Sesaset serbuk minuman itu dituangkan ke wajan setelah minyak, bawang merah, bawang putih, nasi, daun bawang, cabai rawit, nanas, dan daun jeruk. Ia juga menambahkan garam dan merica. ”Aroma serbuk itu tajam dan manis. Saya pikir, bisa masuk dengan nasi goreng. Jadi, lucu rasanya kayak nasi goreng tropika. Enggak seburuk yang dibayangkan,” ujarnya.
Makanan kucing
Bahtiar berulah pula dengan nasi goreng makanan kucing yang bikin heboh tahun 2018. Ia sungguh-sungguh mencampur sesaset makanan kucing basah rasa ayam dan tuna dengan bahan-bahan nasi goreng. Bahtiar bermukim di Belitung itu mencantumkan penjelasan mengenai bahan baku makanan kucing yang biasa dikonsumsi manusia juga. ”Jadi, bisa dimakan. Kalau membayangkan makanan kucing memang agak geli, tapi kayaknya saya enggak bikin kayak begitu lagi,” katanya sambil tertawa.
ARSIP HATTEN WINES
Pengunjung menikmati nasi goreng dan minuman anggur di Hatten Wines, Denpasar, Bali, Jumat (30/4/2021).
Ia bukan juru masak abal-abal. Bahtiar pernah mengecap pengalaman di lima hotel berbintang di Nusa Tenggara Timur, Jawa Barat, dan Kepulauan Bangka Belitung selama empat tahun sejak 2016. Ia juga meluncurkan nasi goreng dendeng lemak pada akhir Maret 2020 yang sempat viral dengan daftar tunggu hingga sebulan.
Saat pandemi, ia keluar dari hotelnya untuk mengajak mereka yang menganggur bermitra dan berjualan nasi goreng. Kini, usaha dengan jenama Nasgor Tiarbah itu sudah buka di 48 lokasi, antara lain di Jakarta, Tangerang, Makassar, Belitung, Denpasar, Medan, dan Lombok. ”Kita harus kreatif dalam keterbatasan. Lemak dendeng dipilih karena comfort food (makanan yang menyenangkan) waktu saya kecil,” katanya.
Keviralan nasi goreng lain yang termasuk paling baru juga dipantik Sisca Kohl. Selebgram itu membeli gerobak lalu, memasak nasi goreng yang dibeli adiknya dengan harga selangit, atau Rp 200 juta per porsi. Sisca memasak seporsi lain yang dibeli adiknya lagi sehingga totalnya menjadi Rp 400 juta.
Kompas/Hendra A Setyawan
Pemilik Restoran Kembang Bawang Mario membuat menu nasi goreng cakalang kecombrang yang menjadi menu favorit di kedai itu.
Kejahilan Nigel Ng yang bermukim di Inggris juga membetot atensi warganet pada pertengahan 2020. Komedian itu mengomentari Hersha Patel yang membuat nasi goreng. Ia menggerutu, terbelalak, seraya mengerutkan jidatnya dengan kocak.
Di Kembang Bawang, menu jagoannya nasi goreng kecombrang cakalang asap yang pernah dipuji mendiang pakar kuliner Bondan Winarno dengan ”maknyus”. ”Saya suka masakan Manado, terutama yang ada cakalangnya. Sementara bibi saya suka aroma kecombrang. Muncul ide keduanya disatukan. Setelah dicoba beberapa kali, kok enak dan beda dengan nasi goreng biasa,” ujar Mario Dalimartha saat ditemui di restorannya itu.
Kembang Bawang didirikan sekitar lima tahun silam. Tak hanya bumbu dan cara meracik nasi goreng cakalang asap kecombrang, Mario juga meriset dan memilih bahan dan cara mengolah acar serta beras. ”Waktu mencicipi, Pak Bondan tanya, berasnya oplosan ya, ha-ha-ha. Memang oplosan sehingga pera, tetapi tetap empuk, harum, dan enak,” ujarnya.
Kompas/Hendra A Setyawan
Nasi goreng cakalang kecombrang yang menjadi menu favorit di Kembang Bawang.
Mario gemar bereksperimen dengan nasi goreng, termasuk memadukannya bersama daging ayam asap. Potongan daging tebal nan royal itu diasapi hingga lima jam dengan arang. Kisaran harga nasi goreng di Kembang Bawang Rp 35.000 hingga Rp 50.000 per porsi.
Rempah sendiri
Menu nasi goreng inovatif dan progresif juga ditawarkan Warpopski di Tebet, Jakarta, yang didirikan Hakiem Urip Sugih alias Popo. ”Banyak orang selalu bilang mirip nasi kebuli. Tak salah karena bumbunya kaya rempah,” ujarnya.
Popo mengembangkan bumbu dan rempah, seperti buah pala, bunga lawang yang dikeringkan lalu dibuat bubuk sebagai pengganti lada, andaliman, adas manis, sereh, dan kemiri.
Popo juga mengganti garam serta penyedap rasa dengan bagian dalam cumi dan ebi yang dihaluskan. Nasi goreng itu pun mendapatkan umami alias gurih yang khas. Masakan itu bisa ditambah pilihan sei, lidah, ayam, salmon, cumi, atau paru.
KOMPAS/DWI BAYU RADIUS
Chef Kongs (kanan) dan Chef Igo memasak nasi goreng yang diselenggarakan Sasa untuk memecahkan rekor Muri di Jakarta, Kamis (29/4/2021).
Lantaran memasak sendiri, ia membatasi tak lebih dari 250 porsi per hari. Pernah, ia tak membatasi pesanan. Walhasil, ada sedikitnya 400 porsi per hari. Popo tak lagi enjoy (menikmati) memasak. Padahal, mood juga menjadi ingredient (bahan) utama. Tanpa mood, masakan lezat mustahil tercipta.
Popo menganggap nasi goreng salah satu menu istimewa, yang secara filosofis sangat terbuka dengan berbagai macam interpretasi. Hal itu tampak dari sangat beragamnya cara memasak dan menyajikan menu ini, bahkan di tingkat antar-rumah tangga.
Tren nasi goreng juga digelar PT Sasa Inti dengan memasak 21.562 porsi. Jumlah itu melampaui rencana semula atau 20.000 porsi. ”Nasi goreng dipilih karena populer dan antiribet,” kata Marketing Director, Consumer Acquisition, and Retention PT Sasa Inti Albert Dinata di Jakarta, Kamis (29/4/2021).
ARSIP HATTEN WINES
Nasi goreng dipadukan dengan minuman anggur di Hatten Wines, Denpasar, Bali, Jumat (30/4/2021).
Memasak untuk meraih rekor Muri itu diselenggarakan lewat ”Buka Puasa dengan Nasi Goreng Terbanyak” di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 57. ”Nasi goreng bisa mengakomodasi protein, karbohidrat, vitamin, dan mineral dengan cara memasak yang tepat,” ujar Cindiawaty Pudjiadi yang menghadiri acara itu.
Spesialis gizi klinik Rumah Sakit (RS) Medistra dan RS Brawijaya, Jakarta, itu mengungkapkan, nasi goreng bisa memenuhi kandungan gizi ideal. ”Sumber karbohidrat bisa pakai nasi putih, merah, bahkan shiratake. Proteinnya telur, ikan, atau ayam. Supaya gizinya lengkap, tambahkan sayur,” katanya. (DWI BAYU RADIUS//WISNU DEWABRATA)