Ramadhan Sediakan Peluang Positif Industri Mode Muslim
Pelaku usaha memanfaatkan momen Ramadhan untuk mendongrak penjualan. Ini bisa dilakukan dengan inovasi produk dan pemanfaatan penjualan daring.
Oleh
sekar gandhawangi
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Peluang pelaku usaha busana Muslim untuk mendongkrak penjualan terbuka lebar di masa Ramadhan tahun ini. Momentum Ramadhan dapat dimanfaatkan dengan membaca perubahan pasar, berinovasi, dan menggunakan media daring untuk pemasaran hingga penjualan.
Pemilik jenama baju muslim anak, Shahiahiijab, Servantina Bunga, memanfaatkan Ramadhan untuk memperkaya koleksi busananya. Selain menyediakan baju gamis dan hijab buat anak, ia juga menjual pakaian orang dewasa. Pakaian itu dibuat agar pembeli bisa memakai baju kembar dengan keluarga saat Lebaran.
Bunga juga mengikuti event belanja daring musiman untuk mendongkrak penjualan, seperti Shopee Big Ramadhan Sale 2021. Hal itu berdampak positif. Penjualannya meningkat hingga tiga kali lipat dibandingkan hari biasa.
”Saya sempat ragu orang butuh baju Lebaran baru karena pemerintah melarang mudik. Tapi, event seperti ini bisa mendongkrak penjualan. Ini berarti bagi saya dan karyawan di masa pandemi Covid-19,” kata Bunga pada acara temu virtual, Senin (26/4/2021).
Berdagang secara daring jadi solusi menghidupkan usaha di tengah pembatasan sosial akibat pandemi. Bunga menambahkan, berdagang daring pun membantunya memperluas target konsumen. Pasarnya kini tidak hanya di Indonesia, tetapi juga merambah ke Singapura, Malaysia, dan Filipina.
Selain berjualan di platform e-dagang, Bunga juga rajin memasang iklan di media sosial. Ia menawarkan pula berbagai promo menarik, seperti diskon, gratis ongkos kirim, hingga menyediakan promo kupon belanja.
”Kami juga meluncurkan produk baru setiap tiga kali sehari. Tujuannya, agar konsumen tidak bosan. Mencari ide itu sama dengan belajar setiap hari. Prinsipnya adalah amati tren, lalu coba tiru, lalu modifikasi,” ujarnya.
Country Manager Zilingo Indonesia Patrick Vaz mengatakan, ada sepuluh kategori produk yang naik daun selama bulan Ramadhan. Busana muslim ada di peringkat pertama, kemudian diikuti, antara lain, oleh perlengkapan shalat, makanan kaleng, kurma, dan peralatan dapur.
Kami juga meluncurkan produk baru setiap tiga kali sehari. Tujuannya, agar konsumen tidak bosan. Mencari ide itu sama dengan belajar setiap hari. Prinsipnya adalah amati tren, lalu coba tiru, lalu modifikasi.
Zilingo kemudian menawarkan sejumlah promo untuk menarik minat konsumen dan penjual. Ada pula kampanye Serba Serbi Ramadan untuk mendukung pengusaha melakukan pengadaan barang secara mudah dan aman.
”Kami memahami pentingnya momen Ramadhan dan Lebaran bagi pelaku usaha demi memaksimalkan pendapatan saat pandemi. Melalui kampanye itu, diharapkan dapat menjawab permintaan konsumen yang meningkat menjelang hari raya (Lebaran),” kata Vaz melalui keterangan tertulis.
Saat dihubungi terpisah, Ketua Indonesian Fashion Chamber (IFC) Ali Charisma mengatakan, Ramadhan menyediakan peluang usaha yang besar, sama seperti hari raya lain, seperti Natal dan Imlek. Namun, peluang ini perlu disikapi dengan tepat. Pelaku usaha mode khususnya harus bisa membaca perubahan pasar saat pandemi dan berinovasi.
”Pandemi memengaruhi cara orang mengonsumsi produk. Misalnya, Lebaran kali ini orang cenderung menyukai pakaian yang nyaman dipakai di dalam atau luar rumah. Ini karena selama pandemi orang-orang sudah terbiasa beraktivitas di rumah,” kata Ali. ”Buat yang bisa menyikapi perubahan gaya hidup dan mengubahnya jadi peluang, bisnisnya bisa membaik,” tambahnya.
Menurut laporan State of the Global Islamic Report 2020/2021, nilai belanja busana muslim turun 2,9 persen pada 2020. Angka itu setara 268 miliar dollar AS atau Rp 3,9 triliun. Namun, angka itu diperkirakan pulih pada 2021 dan tumbuh hingga 2024 (Kompas, 26/4/2021).
Ali mengatakan, sejumlah upaya sudah dilakukan untuk merangsang pertumbuhan industri busana muslim yang sempat turun selama pandemi. Salah satu upaya itu adalah mengadakan Muslim Fashion Festival (Muffest) 2021 di lima kota.
Di Jakarta, Muffest diikuti 100 jenama dan mendatangkan 51.000 pengunjung. Nilai transaksi yang didapat sebesar Rp 6,5 miliar.
”Menurut saya, kita tidak bisa menunggu lebih lama lagi untuk beraktivitas. Muffest bisa memberi semangat ke orang-orang untuk berkreasi dengan lebih antusias serta memberi kesempatan (baru) ke pelaku industri mode. Muffest jadi batu loncatan untuk mendorong mereka,” tutur Ali.