Apple Perbarui iOS, Mengapa Facebook Meradang?
Akibat persoalan privasi, selama hampir setahun terakhir, dua pemain besar Silicon Valley, perusahaan teknologi Apple dan raksasa media sosial Facebook, saling melontarkan sindiran pasif-agresif satu sama lain.
JAKARTA, KOMPAS — Selama hampir setahun terakhir, dua pemain besar Silicon Valley, perusahaan teknologi Apple dan raksasa media sosial Facebook, saling melontarkan sindiran pasif-agresif satu sama lain. Kini, gesekan antara keduanya makin memanas. Mengapa?
Ketegangan ini bermula pada Juni 2020, ketika Apple mengumumkan akan memperkenalkan kebijakan privasi baru bernama Anti Tracking Transparency (ATT).
”Melalui iOS 14, iPadOS 14, dan tvOS 14, pengembang harus mendapatkan izin dari pengguna melalui AppTrackingTransparency untuk melakukan tracking,” bunyi keterangan tertulis Apple pada saat itu.
Dengan ATT, setiap pengembang aplikasi diwajibkan untuk mendapatkan kesediaan pengguna untuk dilacak (tracking) kegiatannya lintas aplikasi untuk kebutuhan periklanan.
Baca juga : Dunia Digital dan Keamanan Data Pribadi
Tracking selama ini dibutuhkan untuk memberikan informasi kepada pemasang iklan untuk mengukur efektivitas iklan dan melakukan targeting.
Hal inilah yang salah satunya membuat iklan suatu barang yang Anda cari di suatu aplikasi marketplace akan muncul di aplikasi atau situs web lain yang Anda kunjungi kemudian.
Setelah implementasi ditunda hampir setahun, mulai Senin (26/4/2021) ini, Apple akan mewajibkan kebijakan ini kepada setiap pengembang aplikasi yang mendistribusikan aplikasinya via App Store jelang dirilisnya pembaruan iOS versi 14.5.
Sebuah jendela pertanyaan akan muncul ke layar pengguna ketika membuka aplikasi baru.
”Allow (…) to track your activity across other companies’ apps and websites? Your data will be used to deliver personalized ads to you (Perbolehkan aplikasi ini untuk melacak aktivitas Anda lintas aplikasi dan situs web milik perusahaan lain? Data Anda akan digunakan untuk menghadirkan iklan yang terpersonalisasi).
Apple memiliki dasar yang kuat untuk memanfaatkan posisi dominan mereka sebagai sebuah platform untuk mengintervensi cara kerja aplikasi pesaing.
Facebook—yang 97,9 persen pendapatannya pada 2020 berasal dari iklan—pun meradang. Dalam sebuah pengujian internal, diketahui bahwa pendapatan dari sistem iklan Facebook bisa anjlok lebih dari setengah ketika sistem personalisasi iklan dinonaktifkan.
Baca juga : Transformasi Facebook dari Media Sosial Menjadi Perusahaan Iklan Digital
Facebook menilai, ATT akan merugikan perusahaan dan kreator aplikasi yang pendapatanya bergantung pada pemasukan iklan di aplikasi mereka.
”Apple bertindak antikompetisi pasar dengan cara mengendalikan platformnya demi keuntungan mereka sendiri di atas penderitaan kreator dan usaha kecil,” kata VP Ads and Business Products Facebook Dan Levy, Desember 2020 lalu.
Di sisi lain, Apple pun menilai, Facebook hanya sekadar ingin tetap menjaga dominasinya di bisnis iklan internet. Senior VP Software Engineering Apple Craig Federighi menyindir Facebook bahwa sejumlah perusahaan akan berusaha mati-matian melawan ATT.
”Terlihat jelas bahwa sejumlah perusahaan melawan ATT dan berusaha tetap memiliki akses terhadap data masyarakat tanpa pembatasan sama sekali,” kata Federighi.
Aksi saling menyindir ini pun sampai ke pucuk pimpinan perusahaan. Beberapa pekan kemudian, CEO Facebook Mark Zuckerberg secara terang-terangan menyebut bahwa Apple telah menjadi salah satu kompetitor terbesar Facebook.
Menurut dia, Apple memiliki dasar yang kuat untuk memanfaatkan posisi dominan mereka sebagai sebuah platform untuk mengintervensi cara kerja aplikasi pesaing.
”Apple mungkin bilang kalau (ATT) diimplementasikan untuk membantu masyarakat, tetapi jelas terlihat aksi mereka ini ada maksud dan kepentingannya,” kata Zuckerberg.
Baca juga : Zoom, Privasi dan Keamanan Hanya untuk yang Membayar
Lalu, CEO Apple Tim Cook menyindir betapa tidak etisnya model bisnis targeted advertising, tanpa menyebut nama Facebook. ”Kalau sebuah bisnis dibangun dengan cara menipu pengguna dan eksploitasi data, perusahaan itu tidak pantas mendapat pujian,” kata Cook.
Mengubah dunia iklan digital
Kekhawatiran Facebook akan terjadinya penurunan pendapatan juga terlihat berdasarkan hasil penelitian firma pemasaran digital AppsFlyer.
Menurut survei AppsFlyer, diperkirakan lebih dari dua pertiga (68 persen) pengguna akan memilih menonaktifkan tracking. Bahkan, Adweek melaporkan, aplikasi kencan Bumble memprediksi jumlah penggunanya yang bersedia menyalakan tracking hanya 0-20 persen.
Analis pemasaran digital Eric Seufert menilai teknologi ATT akan mengubah secara fundamental industri iklan digital dan bahkan aplikasi mobile. Sebab, iklan digital selama ini dibangun dan bergantung pada mekanisme tracking, yang memungkinkan aplikasi bisa mengetahui rekam jejak penggunaan si user sebagai basis penargetan iklan.
Ekosistem aplikasi pada ponsel pintar juga terancam karena sebagian besar aplikasi ini bergantung pada iklan sebagai sumber pendapatan. Jika tracking ini dapat dinonaktifkan oleh pengguna melalui mekanisme yang disediakan ATT, runtuhlah salah satu fondasi industri iklan digital.
”ATT adalah agen perubahan, keseluruhan ekonomi aplikasi mobile, dan sebagian besar porsi iklan digital akan dijungkirbalikkan oleh kebijakan privasi ini,” kata Seufert.
Baca juga : Perlindungan Privasi Konsumen dalam Bisnis Digital
Analis pemasaran digital lainnya, Carolina Milanesi dari Creative Strategies, menilai ini menjadi langkah yang baik bagi konsumen meskipun mengandung tantangan begitu besar bagi platform dan pemasang iklan.
”Iklan harus bisa tetap relevan bagi konsumen tanpa menguntit mereka. Ini hal yang bagus untuk konsumen dan juga baik untuk brand. Saya pikir, Apple benar, transparansi itu harus selalu kita kejar,” kata Milanesi.
Analis Jonathan Kees dari Summit Insights Group menilai, implementasi ATT justru tidak akan terlalu parah bagi Facebook. Sebab, perusahaan media sosial tersebut memiliki sendiri data preferensi warganet melalui sejumlah platform media sosial yang dimilikinya.
Membantu Instagram tetap gratis?
Meski ada perlawanan terang-terangan dari Facebook, Apple tampak tetap bergeming mengimplementasikan ATT. Lalu, Facebook pun mulai memberikan jendela peringatan di aplikasi sosial media miliknya.
Di Instagram, misalnya, terlihat Facebook berusaha memberi tahu penggunanya bahwa Apple akan membatasi kemampuan aplikasi untuk melakukan tracking.
Disebut bahwa tracking akan membantu dalam memberikan iklan yang lebih terpersonalisasi hingga membantu usaha yang membutuhkan iklan untuk mencapai pelanggan.
”Informasi dari tracking juga membantu Instagram tetap gratis,” klaim keterangan tersebut.
ATT yang dibuat Apple tentu hanya berlaku untuk ponsel dan tablet bersistem operasi iOS dan iPadOS. Mengapa Facebook harus meradang? Terlebih lagi, pangsa pasar sistem operasi Apple hanya 15 persen, dibandingkan dengan Android yang mencapai 85 persen, menurut IDC.
Hal ini karena, sebagai platform, iOS lebih menguntungkan ketimbang Android bagi para pengembang aplikasi. Hal ini terlihat, misalnya, melalui perbandingan pendapatan Apple App Store dengan Google Play Store.
Pendapatan dari App Store sekitar dua kali lebih tinggi ketimbang Play Store meski jumlah gawai Apple yang beredar jauh lebih rendah ketimbang Android.
Pada semester I-2020, misalnya, pendapatan Google Play Store adalah sebesar 17,3 miliar dollar AS, sementara itu Apple App Store mencapai 32,8 miliar dollar AS, menurut firma Sensor Tower.
Kini, kita semua menunggu apakah ATT akan benar mengubah wajah iklan digital dunia. Namun, yang jelas, transparansi akan membuat konsumen lebih teredukasi dan dapat membuat pilihan yang tepat sesuai kebutuhannya. Mari kita tunggu. (AFP/REUTERS)