Mercedes Angkat Peranan Wanita sebagai ”Kartini” Modern
Peringatan Hari Kartini menjadi momentum mengangkat peran wanita. PT Daimler Commercial Vehicles Indonesia pun ingin berbagi kisah tentang dua sosok wanita yang ikut membesarkan Mercedes-Benz di Indonesia.
Oleh
Stefanus Osa Triyatna
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — PT Daimler Commercial Vehicles Indonesia, industri perakitan kendaraan komersial Mercedes-Benz, tak sekadar melulu berada dalam pengembangan bisnis otomotifnya. Peranan dua wanita yang menjadi penggerak pengembangan bisnisnya sengaja diangkat sebagai sosok modern terkait peringatan Hari Kartini.
Kedua wanita yang diangkat dalam Mobility Talks bertajuk ”Pengaruh Perempuan di Industri Otomotif” di Jakarta, Rabu (21/4/2021), tersebut adalah Otih Setiawati selaku penanggung jawab di bagian Vehicle Preparation Centre Department PT Daimler Commercial Vehicles Manufacturing Indonesia dan Raden Roro Retno Nurwani Candra Dewi, Master Driver Bisnis Swakelola Transjakarta.
Dalam kariernya, Otih merupakan salah satu Kartini kebanggaan DCVMI, karena dia merupakan satu-satunya sosok wanita yang pernah terlibat dalam proses perakitan kendaraan komersial Mercedes-Benz di pabrik Wanaherang, Bogor, Jawa Barat.
Sementara, dari sisi hilir bisnis Mercedes-Benz, Roro merupakan salah satu wanita pertama yang ditempatkan dalam jabatan tertinggi untuk pramudi-pramudi yang berada di Transjakarta, yang saat ini hanya ada empat wanita dari 14 anggotanya.
Otih mengisahkan perjalanan kariernya yang tidak mudah berada di lingkungan kerja industri otomotif. Tentunya, mayoritas laki-laki menjadi tenaga kerja pabrik perakitan otomotif.
”Begitu diterjunkan ke lini produksi, saya saja sudah pasti dilihat aneh banget. Namun, saya tetap yakin, harus menunjukkan diri tidak lemah. Kepercayaan diri justru muncul sewaktu ditugaskan untuk mampu merakit kendaraan,” kata Otih.
Dalam kerja tim, Otih pun berusaha menunjukkan perannya sebagai tim yang bisa diajak kerja sama. Sewaktu dibikin perlombaan perakitan, timnya berhasil menang.
”Memang, menyamai kecepatan dan tenaga laki-laki tidak selalu bisa, tetapi saya merasa memiliki suatu keunggulan dalam kerja yang belum tentu dimiliki laki-laki,” ujar Otih.
Begitu pula dialami Roro, yang bermodal ijazah di bidang pertanian, dirinya meniti karier di bidang jasa transportasi. Tahun 2006, Roro hanyalah pegawai di bidang penjualan tiket feeder Transjakarta. Tiga tahun kemudian, ada keinginan beralih dari duduk di belakang meja kasir ke kursi bus.
”Entah bagaimana, anak saya Ajeng yang kini sudah tiada bilang, ’kapan ya mama nyetir bus, lalu kita bisa ikut keliling kota?’” kata Roro, mengingat pertanyaan putrinya.
Tidak berapa lama, Roro pun sempat belajar mengemudi hingga akhirnya menjadi pengemudi bus kota Bianglala Metropolitan. Sempat pula, menjadi pengemudi bus khusus Bandara Soekarno-Hatta. Namun, baru empat hari bekerja, Roro mengalami kecelakaan sepeda motor.
Tahun 2016, Roro kembali mengemudikan bus double decker Transjakarta khusus pariwisata di Jakarta. Dulu dirinya dikenal sebagai Mpok Siti. Perempuan dinilai lebih bisa fokus dalam mengemudi dan lebih bisa berhati-hati di jalan.
”Tidak ada rasa khawatir sewaktu mengemudi. Entah karena sudah dilatih, entah pula karena memang armada busnya sudah sangat nyaman untuk dikemudikan,” kata Roro.
Di Transjakarta, kata Roro, pengemudi tidak hanya dipersyaratkan memiliki SIM B2, tetapi lebih diutamakan memiliki kompetensi, attitude, keterampilan mengemudi, dan pengetahuan akan produk yang dikemudikan. Dengan kesetaraan jender, Roro akhirnya dipercaya Master Driver Bisnis Swakelola Transjakarta.
”Bagi saya, ini sebuah kepercayaan tertinggi dari pekerjaan yang diperoleh selama ini. Selain bekerja dengan penuh keikhlasan, saya tetap berusaha displin dan merasa memiliki rasa tanggung jawab besar,” ujar Roro.