Produsen Ponsel Bergegas Menyambut 5G
Dunia terus bersiap menyambut era teknologi 5G. Dalam industri telekomunikasi, sejak tahun 2019, vendor ponsel pintar mulai berlomba-lomba menciptakan dan merilis produk dengan fitur 5G.
Dunia terus bersiap menyambut era teknologi 5G. Teknologi 5G akan membuat relasi antarmanusia, manusia dan perangkat, dan antarperangkat masuk ke babak baru. Dalam industri telekomunikasi, sejak tahun 2019, vendor ponsel pintar mulai berlomba-lomba menciptakan dan merilis produk dengan fitur 5G.
Meskipun jaringan 5G belum tersedia, vendor ponsel di Indonesia tak ketinggalan merilis ponsel dengan fitur 5G, mulai dari kelas menengah sampai flagship. Agar tetap menarik, mereka lebih menekankan fitur teknologi canggih lainnya yang ada pada ponsel.
Terbaru, Vivo meluncurkan ponsel flagship Vivo X60 Series 5G, di Jakarta, Kamis (8/4/2021). Vivo X60 dan X60 Pro memiliki cipset Qualcomm Snapdragon 870 5G, CPU Kryo 585 dengan delapan inti prosesor (octa-core), dan cip pengolah gambar Adreno 650. Ponsel seri ini adalah salah satu ponsel 5G dari Vivo.
”Kami yang berada di industri smartphone melihat ke depannya kita akan ke arah 5G. Jika pemerintah, infrastruktur, dan semua fasilitas siap, maka kami sebagai produsen sudah siap menjawab dengan produk-produk yang sudah ada 5G, salah satunya Vivo X60 Series 5G,” kata Senior Brand Director PT Vivo Mobile Indonesia, Edy Kusuma.
Daya jual ponsel Vivo tersebut terletak pada kamera. Vivo berkolaborasi dengan Zeiss untuk mengembangkan sistem mobile imaging, Vivo Zeiss Co-engineered Imaging System, guna meningkatkan kualitas gambar. Vivo X60 Series 5G dilengkapi kamera 48 megapiksel (wide), 13 megapiksel (telephoto), dan 13 megapiksel (ultrawide). Vivo X60 Pro bahkan dibekali teknologi Gimbal Stabilization 2.0.
Vendor lainnya juga telah merilis ponsel 5G di Indonesia sejak tahun lalu. Sebut saja Samsung Galaxy S21 Series 5G, Oppo Reno5 5G, iPhone 12 Series, Huawei P40 Series, dan Realme X50 Pro 5G. Niat para vendor untuk konsisten menyediakan ponsel 5G semakin terlihat.
Realme, misalnya, menyatakan ponsel 5G menjadi prioritas di Indonesia tahun ini. Marketing Director Realme Indonesia Palson Yi mengatakan, perusahaan asal China ini telah berkoordinasi dengan operator jaringan dan pembuat cipset, seperti Qualcomm Snapdragon dan Mediatek, serta melakukan berbagai proyek uji coba 5G.
Realme telah merilis Realme X50 Pro 5G yang dilengkapi berbagai perangkat pendukung 5G pada tahun lalu. Ponsel ini memiliki 12 antena agar bisa menjangkau sinyal dari seluruh sisi alias lebih banyak dari 5 antena yang biasa terdapat pada ponsel 4G. Kecepatan unduh ponsel ini mencapai 7,5 gigabit per detik (Gbps) sehingga 10 kali lebih cepat dari jaringan 4G.
”Dari sisi industri, prospek ponsel 5G sangat optimistik. Sisi lain adalah bagaimana pengguna melihat ponsel 5G. Dari insight kami, banyak pengguna membutuhkan solusi 5G dengan harga yang terjangkau,” ujar Palson Yi, di Jakarta, Rabu (7/4/2021), saat konferensi pers virtual perilisan Realme 8 Series.
Selangkah lebih cepat
Perilisan ponsel pintar 5G selangkah lebih cepat dari kesiapan pemerintah dan operator. Padahal, implementasi teknologi 5G di Indonesia masih menempuh jalan yang panjang dan berliku.
Teknologi 5G adalah jaringan seluler generasi kelima setelah 4G. Laporan GSM Association pada Maret 2021 menyebutkan, implementasi 5G membutuhkan tiga spektrum frekuensi radio, mulai dari low-bands, mid-bands, hingga high-bands, agar cakupan jaringan stabil dalam berbagai konteks penggunaan. Mayoritas jaringan 5G komersial di dunia saat ini mengandalkan spektrum 3,3 GHz sampai 3,8 GHz.
Dikutip dari Qualcomm.com, 5G dapat memberikan kecepatan unduh sampai 20 Gbps pada puncaknya dan kecepatan data rata-rata 100 Mbps lebih. Tak hanya cepat, 5G menyediakan latensi (tingkat keterlambatan pengantaran) rendah sekitar 1 milidetik, dan kapasitas jaringan yang masif.
5G akan memperluas ekosistem seluler ke ranah baru. Teknologi ini menghubungkan pengguna ke jaringan internet untuk segala (internet of things) yang masif, termasuk kecerdasan buatan, realitas berimbuh (augmented reality), dan realitas maya (virtual reality). 5G juga akan memengaruhi setiap industri, misalnya transportasi, layanan kesehatan jarak jauh, distribusi logistik, dan kota pintar.
Penerapan teknologi 5G diyakini akan menggerakkan perekonomian dunia secara signifikan. Dalam analisis IHS Markit pada 2020, teknologi 5G bisa mendorong nilai aktivitas perdagangan hingga 13,1 triliun dollar AS pada 2035. Lapangan pekerjaan akan tumbuh sekitar 22,8 juta pekerjaan.
Layanan 5G komersial sekarang tersedia di 1.226 kota di 61 negara (Viavi Solutions, Februari 2021). Negara yang paling banyak mengadopsi 5G adalah China (341 kota), Amerika Serikat (279 kota), dan Korea Selatan (85 kota). Sementara di Indonesia, 13 wilayah baru akan mendapat jaringan 5G mulai 2023, antara lain ibu kota negara (IKN) dan enam ibu kota provinsi di Pulau Jawa.
Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G Plate menjelaskan, pemerintah dalam tahap persiapan layanan 5G, setelah melakukan uji coba bersama lima operator sejak 2017. ”Potensi layanan 5G tidak hanya fokus pada pola komunikasi antarmanusia, tetapi juga mengintegrasikan manusia dengan mesin serta menciptakan jejaring antara mesin yang satu dengan mesin yang lain,” katanya, dalam siaran pers.
Alokasi frekuensi
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) mendorong sinergi lima aspek guna mendukung implementasi 5G, yakni regulasi, spektrum frekuensi radio (SFR), model bisnis, infrastruktur, serta perangkat, ekosistem, dan talenta digital. Karena SFR bersifat terbatas, pemerintah menerapkan teknologi netral serta program farming dan refarming frekuensi untuk mengoptimalkan pemanfaatan SFR. Pemerintah juga menargetkan pelaksanaan migrasi televisi analog ke digital (ASO) untuk optimalisasi frekuensi 700 MHz pada 2022.
Namun, Pemerintah Indonesia menyerahkan pengembangan teknologi 2G, 3G, 4G, hingga 5G kepada operator seluler. ”Tidak ada alokasi khusus frekuensi untuk 5G. Frekuensi yang sudah dipakai untuk 4G sekarang pun sudah bisa untuk pengenalan layanan 5G di tahap awal,” kata juru bicara Kemenkominfo, Dedy Permadi, secara terpisah.
Vice President Corporate Communications Telkomsel Denny Abidin mengatakan, Telkomsel telah memiliki izin pada pita frekuensi 800 MHz, 900 MHz, 1.800 MHz, 2.100 MHz, dan 2.300 MHz. Namun, tantangan utama implementasi teknologi 5G adalah ketersediaan spektrum frekuensi dengan lebar pita yang cukup.
”Saat ini pita frekuensi yang tersedia belum ideal untuk mencapai performa maksimal dan masih digunakan untuk implementasi teknologi lain, seperti 4G, atau sektor lain. Kami mendukung program pemerintah untuk terus menyediakan alokasi frekuensi yang memadai untuk implementasi teknologi 5G, baik frekuensi low band, mid band, maupun high band,” tutur Denny.
Pengamat telekomunikasi sekaligus Direktur Eksekutif ICT Institute Heru Sutadi berpendapat, pemerintah sebaiknya menetapkan frekuensi mana yang akan digunakan dan standardisasi jaringan 5G untuk menjamin kualitas. ”Ini agar operator tidak bisa pakai frekuensi seenaknya. Kita juga harus mengikuti frekuensi dan standardisasi dunia agar perangkat bisa dipakai di negara lain,” kata Heru.
Menurut dia, frekuensi, seperti 700 megahertz; 2,5 gigahertz; 2,6 gigahertz; dan 3,5 gigahertz, sering digunakan di luar negeri. Selain itu, International Telecommunication Union (ITU) telah menetapkan standar 5G lewat IMT-2020.
Heru pun mengingatkan vendor ponsel agar tidak mempromosikan fitur 5G yang terdapat dalam ponsel saat ini. ”Karena belum tentu ponsel-ponsel yang dirilis itu mendukung semua frekuensi yang akan digunakan operator,” ujarnya.