Kedutaan Besar Republik Indonesia Ankara menggandeng perusahaan inkubator #Markamarie menggelar pergelaran busana bertajuk ”Introducing Indonesia” di Ankara, Turki, pada 7-8 April 2021.
Oleh
Fransisca Romana Ninik
·3 menit baca
Cita rasa etnik yang dipadukan fungsionalitas dan gaya modern karya tujuh desainer Tanah Air mencuri perhatian penggemar mode di Turki. Deretan busana yang ditampilkan juga ramah untuk perempuan Muslim sehingga menjadi nilai tambah rancangan tersebut.
Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Ankara, Turki, menggandeng perusahaan inkubator #Markamarie menggelar pergelaran busana bertajuk ”Introducing Indonesia” di Ankara pada 7-8 April 2021. Acara digelar secara luring di Wisma Indonesia dan daring di kanal Youtube. Ibu Negara Turki Emine Erdogan turut hadir menyaksikan acara tersebut.
Tujuh lini yang ditampilkan mewakili keragaman mode di Tanah Air, yakni Elzatta, Jawhara Syari, Tethuna, Wearing Klamby, Media Zein, Restu Pratiwi, dan Hwan Eco Ethnic. Masing-masing menampilkan keunikannya.
”Untuk pasar Turki, harus ditampilkan busana siap pakai. Gaya berbusana mereka lebih fungsional. Jadi, baju yang kami tampilkan ringan, enggak heboh, dan relevan,” ujar Franka Soeria, salah satu pendiri #Markamarie, Selasa (13/4/2021).
Elzatta, Wearing Klamby, dan Medina Zein telah mendapatkan tempat di hati pencinta mode terbatas (modest fashion). Elzatta menampilkan busana bernuansa formal-kasual dengan warna-warna earthy, seperti coklat, merah tua, dan krem. Tunik dengan bawahan rok serta terusan berpadu dengan hijab warna senada.
Wearing Klamby mengusung busana formal-kasual dalam palet warna lebih cerah. Dengan bawahan polos, jenama ini memusatkan perhatian pada atasan bermotif floral disandingkan pola-pola geometris.
Berkonsep urban modest, Medina Zein menampilkan busana yang lebih simpel, tetapi dinamis. Dengan warna dominan putih, Medina memberi sentuhan warna coklat dan hitam mengilat untuk tampilan kontras.
Misalnya terusan panjang putih dengan aksen ikat pinggang lebar coklat atau rok lebar putih berpadu blus hitam lengan panjang berkelepak lebar. Aksen renda pada pergelangan tangan atau kerah memyuguhkan kesan klasik yang anggun.
Jawhara Syari menampilkan busana syar’i dengan nuansa ceria berkat motif floral meskipun warnanya kalem. Dengan material lembut, busana syar’i tidak tampak berat dan tetap nyaman saat dikenakan.
Restu Pratiwi memperkenalkan busana kerja dan formal yang praktis dan simpel. Dalam warna tunggal, seperti putih dan hitam, Restu memadukan blus dengan rok atau celana, ditambah luaran. Dia menambahkan aksen bunga warna merah sebagai pemanis kontras serta jubah panjang yang bisa dipasang-lepas untuk tampilan lebih elegan.
Sebagai pelengkap busana, lini Hwan Eco Ethnic berfokus pada kain bernuansa etnik yang bisa dikenakan sebagai kerudung, syal, atau luaran.
Nuansa etnik lain ditampilkan Tethuna yang mengusung sulaman karawo khas Gorontalo. Sulaman besar mendominasi satu sisi tunik atau terusan pada bagian depan, samping, atau lengan. Minimalis, tetapi tetap anggun.
”Mereka punya kekuatan masing-masing. Potensi mode kita sangat banyak, tetapi sering kali tidak tepat sasaran ketika dibawa ke pasar luar negeri. Lewat acara ini, kami ingin memperkenalkan Indonesia dengan cara baru,” ujar Franka.
Duta Besar RI untuk Turki Lalu Muhamad Iqbal mengatakan, ajang ”Introducing Indonesia” membuka alternatif pasar baru dan memberi peluang industri kreatif untuk berkembang, terutama yang bergerak di ranah busana ramah Muslim.
”Turki menjadi penghubung untuk kawasan Timur Tengah, Afrika Utara, dan Balkan. Potensi ekonominya sangat besar. Ini peluang bagus bagi industri kreatif di Indonesia,” katanya. (FRO)