Derap Pesat Dunia di Balik Pentas
Ruang lingkup pengisi suara komersial atau ”voice talent” sangat beragam, mulai pengisi suara iklan, penyulih suara, hingga aktor suara. Ternyata bayarannya boleh juga.
Media yang kian beragam menghamparkan ladang penghasilan bagi pengisi suara. Hiburan, iklan, hingga maklumat menjadi media mengekspresikan keelokan vokal. Calon artis audio berduyun-duyun mengikuti pelatihan. Di antara kemeriahan itu, mereka mengungkapkan harapan soal apresiasi terhadap jasanya.
Konferensi pers Adit Sopo Jarwo Jakarta, Rabu (7/4/2021), mencuraikan kontinuitas hampir satu dasawarsa. Sejak diproduksi pada tahun 2012, animasi yang diproduksi MD Animation itu telah melampaui 200 episode. Manoj Punjabi lantas menyebut angka yang fantastis.
Produser Adit Sopo Jarwo itu menggelontorkan miliaran rupiah untuk membuat hampir episode-episode baru. Optimisme tersebut belum terhenti dengan Adit Sopo Jarwo The Movie yang dijadwalkan tayang di platform tontonan berbayar lewat internet pada 30 April 2021.
Chief Operating Officer MD Animation Eki NF mengungkapkan, keberlanjutan animasi itu berkat kreativitas tim produksi, termasuk pengisi suaranya. Animasi tersebut mengaplikasikan bahasa keseharian. Ujaran-ujaran meluncur dengan kalimat luwes.
”Contohnya, kalimat ’wis gampang’ itu Sopo. Pengisi suara mengucapkan wis, ndak, dan toh. Enggak kaku, tetapi malah diterima penonton yang merasa lebih dekat,” ucapnya. Setiap episode melibatkan sekitar lima pengisi suara dengan honor Rp 500.000 hingga Rp 1,5 juta per orang.
Semua karakter memiliki kekhasan bicaranya yang kuat untuk membetot perhatian pemirsa. Tokoh-tokoh animasi itu pun terdiferensiasi lewat suaranya. Gencarnya produksi Adit Sopo Jarwo menggamblangkan lajunya inovasi pengisi suara sekaligus prospek profesi tersebut yang kian cerah.
Pengisi suara tak ketinggalan menyemarakkan kisah horor. Sejak Februari 2021, Horor Pendek bisa disimak di situs Langit Musik. ”Sudah tayang 18 dari 40 episode. Kami juga bikin The Sacred Riana di Spotify mulai Agustus lalu,” kata produser kedua siaran tersebut, Yayu Yuliani.
Konten itu terdiri atas 10 episode dan sudah selesai ditayangkan. Selain tiga pengisi suara tetap, hiburan mingguan tersebut dimeriahkan sejumlah artis. ”Kalau Horor Pendek hanya tiga orang. Honor mereka beda-beda. Ada senior dan junior,” kata Yayu yang enggan menyebutkan angkanya.
Cerita horor biasanya hanya disampaikan dengan narasi. Yayu membangun suasana lewat cerita kuat, efek suara, dan musik. ”Durasi The Sacred Riana 30 menit dan Horor Pendek 9 menit. Masa pandemi mendorong masyarakat beramai-ramai menyimak hiburan daring,” katanya.
Animo masyarakat yang begitu besar memotivasi Yayu untuk memproduksi hiburan lain. Aneka genre, seperti drama, aksi, dan fantasi pun dipertimbangkan. “Artinya, dunia pengisi suara pun semakin cerah. Saya juga menyiapkan produk selain audio,” katanya.
Dikali media
Ruang lingkup pengisi suara komersial atau voice talent pun sangat beragam, mulai dari pengisi suara iklan (voice over talent atau VOT), penyulih suara (dubber), hingga aktor suara (voice actor). Masing-masing punya peluang dibayar dengan rentang terbilang lumayan.
Menurut VOT berpengalaman, Bimo Kusumo Yudo, walau belum ada standar, seorang pemula bisa dibayar sekitar Rp 500.000 per menit. Apabila VOT berpengalaman dibayar Rp 5 juta per menit dan mendapatkan pekerjaan berdurasi 15 detik, 30 detik, dan 60 detik, maka per durasi akan dihitung rata harganya per menit.
”Jadi, VOT dibayar tiga kali Rp 5 juta atau Rp 15 juta. Jika tayang di tiga media, ya, dikalikan tiga jadi Rp 45 juta. Dibayar segitu walau ngomong satu kata semisal ’OK!’, ha-ha-ha,” ujarnya.
Bayaran itu bahkan belum seberapa dibandingkan dengan aktor suara sekelas artis Hollywood macam Vin Diesel. Mengutip situs TheThings dalam artikel ”MCU: Here’s How Much Vin Diesel Made for Saying ’I am Groot’ pada Agustus 2020 dengan hanya berdialog ”I am Groot” dalam Guardians of the Galaxy Vol. 2, Vin dibayar 54 juta dollar AS atau setara Rp 787 miliar.
Sayangnya, standardisasi tarif VOT di Tanah Air belum ada, begitu pula bayaran pengisi suara lain macam penyulih dan aktor suara. Untuk bisa menetapkan standardisasi tarif pengisi suara, semua pihak harus duduk bersama.
Bimo ingin ada standardisasi bayaran penyulih suara yang menurut dia relatif lebih kecil ketimbang VOT. Padahal, untuk menjadi dubber profesional, usaha dan komitmennya jauh lebih besar.
Menurut VOT profesional, Devianti Faritz, saat awal menjalani profesinya pada akhir tahun 1990-an, ia bisa dibayar sampai Rp 500.000 per penugasan. Devianti mengisi suara iklan kosmetik, kompor, pengumuman perusahaan telekomunikasi, dan MRT.
Untuk VOT MRT per Maret lalu, Devianti diganti pengisi suara lain yang dipilih berdasarkan sayembara. Pemenang laki-laki dan perempuan masing-masing mendapatkan Rp 35 juta.
”Sayembara diadakan lewat medsos karena kami ingin suara familier dan pilihan masyarakat,” ujar Pelaksana Tugas Corporate Secretary Division Head MRT Jakarta Ahmad Pratomo.
Novie Burhan, Voice Director untuk Disney Indonesia, menjelaskan, menjamurnya layanan film berbayar menjadi peluang baru bagi pengisi suara. Sebab, film dan serial yang ditargetkan untuk disulih semakin banyak. Namun, tak mudah menemukan pengisi suara yang sesuai.
”Dubber banyak, tetapi yang punya kualitas hanya beberapa. Jadi, yang muncul itu lagi, itu lagi,” tutur Novie. Dengan perkembangan teknologi dan platform hiburan beragam, dunia sulih suara butuh regenerasi cepat.
Peminat membeludak
Mereka yang tertarik menggeluti dunia fasilitator suara pun membeludak. Peminat pelatihan aktor dan aktris di balik layar itu mendaftar berbondong-bondong. ”Kami sudah menggelar pelatihan di banyak kota,” ujar Ketua Umum Indonesian Voice Talent (IVOT) Rendy Raynaldi.
Tak hanya Jakarta, permintaan yang tinggi mendorong Rendy menyelenggarakan edukasi di Bandung, Bekasi, dan Yogyakarta. Hingga Oktober nanti, IVOT juga berencana mengadakan kursus, antara lain, di Surabaya, Solo, Makassar, Balikpapan, dan Palembang.
”Kami malah mulai di tengah pandemi atau Desember 2020. Waktu pertama kali digelar, pesertanya hanya 12 orang,” ujarnya. Kini, sudah dibatasi 15 orang pun pendaftarnya selalu melebihi kuota. Jumlah peminat pernah 50 orang sehingga pelatihan digelar lagi.
”Hingga akhir Mei 2021, semua pelatihan penuh. Biayanya Rp 1,5 juta per orang. Pelatihan digelar selama dua hari, masing-masing untuk teori dan praktik,” katanya. Pelatihan daring juga diadakan dengan jumlah peserta bisa 100 orang dan biaya mulai Rp 100.000 per orang.
Pengisi suara sebenarnya profesi yang sudah lama akrab dengan telinga publik. Setidaknya Butir-butir Pasir Di Laut hampir 50 tahun lalu, Saur Sepuh pada tahun 1980-an, dilanjutkan anime selama dasawarsa selanjutnya, telah menjaga dapur mereka tetap mengepul.
”Dalam satu hingga dua tahun terakhir sangat melejit. Apalagi, ketika pandemi. Begitu masif,” kata pendiri Voice Over Indonesia (VOI) Kievlan yang akrab disapa Kiev. Kelompok profesi tumbuh subur. Demikian pula dengan VOI, komunitas pengisi suara spesialisasi daring.
Lebih ideal
”Sekarang ada puluhan komunitas. Setiap komunitas, anggotanya bisa ribuan orang. Kalau VOI, sekitar 100 anggota tetapi terverifikasi,” katanya. Ia mensyaratkan anggotanya pernah menerima minimal tiga order dengan bidang berbeda. Saat VOI berdiri pada tahun 2015, jumlah anggotanya hanya 10 orang.
”Mereka yang ingin menjadi pengisi suara, bertambah banyak. Radio, TV, Youtube, profil perusahaan, sampai promosi butuh pengisi suara,” ujarnya. Hiburan pun semakin beragam. Dunia di balik pentas itu kian berderap dengan pesat. Klien-klien tak hanya warga lokal, tetapi juga mancanegara.
”Pesanan untuk VOI datang dari Taiwan, Hong Kong, dan Jepang. Suara telepon sampai tayangan di pesawat dan kapal laut pun pernah kami kerjakan,” katanya. Meski profesi itu semakin diminati, Kiev menaruh harapan kondisinya lebih ideal. Ia, misalnya, ingin pengisi suara bisa tersertifikasi.
Kiev pun menganggap perlu standardisasi upah dengan batas atas dan bawah sesuai profesionalisme pekerjanya. Ke depan, pengisi suara bakal semakin tersegmentasi. ”Lebih kompetitif. Pasti ada etika bisnis. Sekarang belum terstandardisasi. Itu PR untuk semua,” kata Kiev.