logo Kompas.id
Gaya HidupMemutus Rantai ”Coronasomnia”
Iklan

Memutus Rantai ”Coronasomnia”

Indikasi gangguan tidur umumnya bergejala menetap minimal dua pekan. Meski  berhasil tidur, badan terasa lelah dan tak segar saat bangun. Ini biasanya berkelindan dengan gangguan kecemasan dan depresi. Perlu cari solusi.

Oleh
Riana A Ibrahim/ Nawa Tunggal/ Mawar Kusuma
· 7 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/d-EmlQ6MwD7xq6oXjiBO8foTiI8=/1024x683/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F04%2F20210409mye03_1617968928-1024x683.jpg
KOMPAS/YUNIADHI AGUNG

Pemantauan tidur di klinik ganguan tidur Rumah Sakit Mitra Keluarga Kemayoran Jakarta, Rabu (7/4/2021). Foto diperagakan oleh model.

Pandemi Covid-19 memorak-porandakan rutinitas harian. Perubahan drastis ritme kehidupan memicu lonjakan kasus gangguan tidur, terutama insomnia. Saking banyaknya pengidap insomnia selama pandemi di seluruh dunia ini, para ahli menjulukinya sebagai ”coronasomnia” atau ”Covid-somnia”.

Lampu kamar sudah dalam posisi mati. Ruangan gelap. Hanya ada suara desir penyejuk ruangan. Wangi lavender dari bejana elektronik aromaterapi menguar. Namun, Wishnu Prabowo (35) tak kunjung terlelap meski sudah merebahkan tubuh di atas tempat tidur. Matanya tidak juga mau terpejam.

Editor:
Mohammad Hilmi Faiq
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000