Membangun Kemandirian Melahirkan ”Kota Baru”
Kapan sebuah kompleks hunian layak disebut kota mandiri? Yang pasti, kota mandiri terjadi ketika penghuni sudah merasa tak perlu ke kota besar terdekat, terutama saat akhir pekan, karena semua kebutuhan bisa dipenuhi.
Kapan sebuah kompleks perumahan layak disebut kota mandiri? Yang pasti, kota mandiri terjadi ketika penghuni sudah merasa tak perlu pergi ke kota besar terdekat, terutama saat akhir pekan, karena semua kebutuhan hidup bisa dipenuhi di dekat rumah.
Adanya penyedia jasa finansial, kelengkapan sarana edukasi, fasilitas kesehatan, dan kebutuhan gaya hidup untuk bersantai. Namun, sejak pandemi Covid-19 merebak, ada satu lagi prasyarat tak tertulis kota mandiri, yakni tersedianya ruang terbuka hijau yang memberikan udara segar bagi penghuni.
Melirik kota Bekasi sebagai kota penyangga ibu kota Jakarta di sebelah timur, sudah 11 tahun ini pengembang PT Summarecon Agung Tbk membangun kawasan hunian Summarecon Bekasi. Kawasan ini tak hanya menjadi kota mandiri, tetapi juga mewarnai pertumbuhan Bekasi sebagai kota induknya.
Dari total kawasan pengembangan seluas 270 hektar, kini tinggal tersisa sekitar 30 persennya saja. Sisanya sudah terbangun menjadi sebuah kawasan hunian berfasilitas lengkap.
”Sejak diperkenalkan dan resmi dibuka tahun 2010, Summarecon Bekasi menjadi daya tarik baru bagi property seekers baik end user maupun investor. Perkembangan kawasan dan fasilitas hingga sekarang ini sudah menjadikan Summarecon Bekasi sebagai destinasi, dari pehobi kuliner, olahraga, hingga kebutuhan lifestyle,” kata Albert Luhur, Executive Director PT Summarecon Agung Tbk, dalam ”Summarecon Bekasi 2021 Outlook” di Bekasi, Jawa Barat, Senin (5/4/2021).
Walaupun Bekasi tetap dipandang sebagai kota penyangga Jakarta, nilai investasi hunian di kawasan Summarecon Bekasi ini tak bisa dipandang sebelah mata. Kluster Palm sebagai kluster pertama tahun 2010 yang nilai jual huniannya saat itu Rp 500 juta per unit, kini bisa mencapai Rp 1,7 miliar.
Nilai sewa mencapai Rp 40 juta per tahun. Begitu pun dengan nilai sewa rumah toko (ruko). Dari empat kluster ruko, nilai sewa bisa mencapai Rp 165 juta-Rp 250 juta per tahun.
Namun, di era pandemi ini, nilai Summarecon Bekasi lebih dari sekadar keuntungan berinvestasi. ”Bukan hanya nilai keuntungan nilai investasi. Pandemi membuat konsumen harus melakukan aktivitas dari rumah atau work from home. Dari sini, sekarang ini orang enggak hanya mencari rumah sekadar tempat tinggal, tetapi juga lingkungannya yang mendukung kesehatan keluarganya,” kata Albert.
Albert mengatakan, kematangan kawasan ini ditunjukkan dengan rancangan township berwawasan lingkungan. Sampai-sampai Summarecon mencatat detail tatanan lingkungannya yang kini memiliki 8.885 pohon. Setiap pohon diperkirakan memberikan oksigen untuk dua orang sehingga bisa memenuhi kebutuhan lebih dari 16.000 jiwa. ”Sekarang ini, jumlah warga yang tinggal di Summarecon Bekasi sebanyak 10.012 jiwa,” katanya.
Semangat keasrian lingkungan itu juga melatarbelakangi penanaman 25 pohon tabebuya sepanjang Jalan Bulevar Ahmad Yani sebagai salah satu jalan utama Summarecon Bekasi. Juga pembuatan hutan kota seluas 9.176 meter persegi yang ditanami 25 pohon tanjung dan 91 pohon Eucalyptus Rainbow. Hutan kota ini ditargetkan selesai April 2021.
Pertimbangan keasrian lingkungan juga dilakukan PT Jababeka Residence yang membangun kawasan hunian di tengah kawasan industri. Pengujung Januari 2021, pengembang ini meluncurkan kluster Wimbledon Sport City yang berada di kawasan seluas 34 hektar.
Berada di tengah kawasan industri, Jababeka Residence membangun desain rumah minimalis dengan memperhitungkan pencahayaan dan sirkulasi udara serta lingkungan nan hijau. Juga melengkapi kawasan itu dengan fasilitas olahraga, sarana komersial, dan fasilitas lainnya.
”Kiblat pengembangan infrastruktur saat ini sedang mengarah ke timur Jakarta, khususnya di area Jababeka. Pengembang bersikap adaptif dengan mengembangkan konsep hunian one stop living. Bukan hanya bekerja di Jababeka, melainkan mereka juga membutuhkan hunian dan fasilitas penunjang gaya hidup penghuninya,” kata Presiden Direktur Jababeka Residence Sutedja S Darmono.
General Manager Corporate Marketing PT Jababeka Residence Eric Limansantoso mengakui, tahun 2020 pengembang sempat bingung membaca pasar properti. Akhirnya pengembangan rumah tapak yang mempertimbangkan gaya hidup yang mementingkan kesehatan menjadi prioritas utama.
Perlu kolaborasi
Tidak hanya di wilayah timur Jakarta, daerah Tangerang yang terletak di wilayah selatan dan barat Jakarta pun tak henti melengkapi kemandirian ”kota-kota” baru ini. Terlebih dengan begitu luasnya lahan yang masih bisa dikembangkan oleh pengembang.
Menurut Dhony Rahajoe, Managing Director Sinar Mas Land, pihaknya saja masih terus belajar tentang berbagai inovasi untuk membangun kota mandiri. Untuk mencapai kemandirian seperti BSD City saat ini, studi master plan sudah dilakukan pada 1984-1988. Peresmian pelaksanaan proyek baru dilakukan pada 16 Januari 1989.
”Kalau dihitung-hitung, kota mandiri seperti BSD City sudah berjalan 32 tahun. Ini pun terus berkembang, menyesuaikan kebutuhan yang terus berkembang, termasuk menyesuaikan kebutuhan hunian di era generasi serba digital. Karena itulah, Sinar Mas Land mulai menyiapkan lahannya untuk kawasan Digital Hub,” kata Dhony.
Tentunya ada berbagai aspek untuk mencapai kemandirian itu. Ada aspek tata ruang, pembebasan lahan, proses perizinan, pembiayaan proyek, dan ketersediaan infrastruktur, seperti aksesibilitas, air, listrik, dan saat ini ditambah lagi akses internet dan jaringan serat optik. Tak ketinggalan, aspek pemasaran, pembiayaan, penghunian, dan pengelolaannya.
Sinar Mas Land pun perlu berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk membangun kemandirian itu dengan sentuhan lingkungan. Misalnya, di kawasan hunian paling premium NavaPark di BSD City, Sinar Mas Land bekerja sama dengan Hongkong Land untuk melengkapi hunian dengan membangun Botanic Park.
Fasilitas taman ala kebun raya tersebut didesain arsitek internasional dari Singapura, Ramboll, dengan tiga tema zona, yakni aktivitas, komunitas, dan inspirasi. Hamparan padang hijau seluas 10 hektar ditanami sekitar 1.200 pohon.
CEO Residential National Sinar Mas Land Herry Hendarta, dalam peresmian Botanic Park, Kamis (8/4/2021), mengatakan, taman tersebut diharapkan memberikan efek positif yang luar biasa bagi NavaPark. Ada potensi peningkatan nilai investasi bagi seluruh produk hunian karena konsep Botanic Park hanya berada di kawasan NavaPark.
”Sebagai fasilitas khusus untuk penghuni NavaPark, Botanic Park menjadi paru-paru kawasan hunian dengan menghasilkan udara sejuk, pusat olahraga dan kesehatan, serta tempat hiburan keluarga,” ujar Herry.
Perubahan perilaku
Kebutuhan akan ruang hijau di perumahan ini dikonfirmasi oleh Suryanti Agustini, Non-Subsidized Mortgage and Personal Lending Division PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk, dalam ”Refleksi Satu Tahun Pandemi-Perilaku Pencari Rumah dan Adaptasi Industri”, di Jakarta, Selasa (16/3/2021).
Yang menarik, kata Suryanti, konsumen semakin sadar akan kesehatan dan lingkungan hidup. Mereka menginginkan fasilitas seperti jogging track dan jalur sepeda untuk berolahraga ataupun taman untuk aktivitas luar ruang.
Perubahan perilaku juga terlihat berupa peralihan minat dari apartemen ke rumah tapak. Kemudian juga ada ketertarikan untuk memiliki hunian di perumahan yang terintegrasi dengan berbagai fasilitas penunjang, seperti transportasi umum (kereta komuter, Transjakarta, dan LRT), jalan tol, sekolah, rumah sakit, dan pusat perbelanjaan.
Kemandirian sebuah kota kini semakin mendapat tantangan. Adaptasi dan inovasi menjadi kunci utama yang tak dapat diabaikan oleh pengembang.