Pahami Konsumen agar Pemasaran Digital Tepat Sasaran
Pemasaran digital punya prospek positif, khususnya saat pandemi Covid-19. Agar optimal, perilaku, karakter, dan kebutuhan konsumen perlu dipahami pemasar dan pemilik merek.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Membaca tren dan memahami kebutuhan konsumen jadi kunci pemasaran digital menjelang Ramadhan 2021. Komunikasi perlu disesuaikan dengan karakter konsumen agar pesan tepat sasaran.
Head of IDN Creative Robaitur Rasyid mengatakan, konsumsi konten digital milenial dan generasi Z meningkat pada Ramadhan 2020. Ini tampak dari data IDN Media Publishers yang mencakup 65 juta milenial dan generasi Z.
Konten tentang penganan dan resep kudapan dikonsumsi enam kali lebih banyak pada bulan Ramadhan dibandingkan sebelumnya. Konsumsi konten berisi ide dan tips menyiapkan makanan naik dua kali lipat. Salah satu kata kunci yang dicari generasi muda adalah minuman dalgona milo, yakni kreasi kopi dalgona yang tren di masa awal pandemi.
”Pemasar dan merek didorong agar sensitif terhadap tren yang ada. Tren makanan akan terus muncul. Setelah tahu trennya, kita bisa menganalisis dan memanfaatkannya untuk memasarkan produk suatu brand,” kata Robaitur pada webinar ”Ramadhan 2021 in the Eyes of Millennial and Gen Z”, Kamis (18/3/2021).
Kegemaran publik untuk memasak selama pandemi juga tampak di laporan Google Year in Search 2020. Salah satu kategori yang paling banyak dicari masyarakat Indonesia pada 2020 adalah resep makanan dan minuman. Resep yang paling banyak dicari adalah donat, kopi dalgona, odading, bakso mercon, rendang sapi, nastar, martabak teflon, pie susu teflon, pempek dos, dan piza rumahan.
Robaitur menambahkan, konsumsi konten hiburan juga naik enam kali lipat, antara lain, konten tentang budaya pop Korea Selatan, TikTok, dan film horor. Generasi muda juga gemar menyimak konten yang ringan, misalnya zodiak.
Pada kesempatan yang sama, Managing Director i-DAC Indonesia Hana Novitriani mengatakan, sebagai agensi pemasaran, penting baginya memahami kebutuhan segmen pasarnya, yakni generasi muda. Pemahaman itu memudahkan mereka menyusun strategi pemasaran yang tepat.
”Kami lihat anak muda membutuhkan konten hiburan. Konten itu bisa dikembangkan ke hal yang relevan (dengan kondisi saat ini). Misalnya, konten tentang kesehatan dikemas secara ringan dan dikaitkan dengan gaya hidup. Kreativitas membuat konten diperlukan,” ucap Hana.
Pemasaran digital bisa dilakukan di banyak platform, salah satunya media sosial. Media sosial dinilai efektif untuk pemasaran karena tingginya interaksi (engagement) warganet selama pandemi, khususnya saat Ramadhan.
TikTok mencatat interaksi pengguna naik 29 persen pada Ramadhan 2020 dibandingkan sebelumnya. Adapun orang Indonesia menonton lebih dari 100 video di TikTok per hari.
”Ramadhan itu momentum tepat untuk brand dari semua skala, baik kecil maupun besar, untuk terhubung dengan konsumen. Pengguna TikTok pun receptive (terbuka) terhadap iklan,” kata Head of Business Marketing TikTok Indonesia Sitaresi Astarini, Selasa.
Menurut Twitter, percakapan warganet mengenai Ramadhan meningkat hingga 25 persen pada 2020 dibanding 2019. Adapun percakapan ini terjadi sejak sebulan sebelum Ramadhan.
Tema yang umum dibicarakan adalah mudik (naik 64 persen dibanding Ramadhan 2019) dan kuliner (naik 30 persen). Country Head Twitter Indonesia Dwi Adriansah menilai, masyarakat Indonesia siap menjalani Ramadhan tahun ini secara daring.
Pada Ramadhan 2021, Twitter menilai bahwa masyarakat akan banyak menggunakan media sosial (88 persen). Itu untuk membuat mereka tetap terhubung satu sama lain walau secara daring. Selain itu, banyak pengguna berencana menggunakan aplikasi streaming video (77 persen) untuk mengisi waktu jelang buka puasa.