Perluas Jangkauan Konsumen Jelang Ramadhan dengan Pemasaran Digital
Pemasaran lewat media sosial dinilai efektif selama masa pandemi Covid-19. Ini karena publik sering melihat gawai selama bekerja dan belajar dari rumah.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemasaran digital melalui media sosial dinilai berpeluang besar menjangkau banyak audiens selama pandemi Covid-19. Hal ini bisa dimanfaatkan pelaku usaha untuk promosi jelang Ramadhan 2021.
Pemasaran lewat media sosial efektif karena waktu publik menatap layar (screen time) meningkat selama pandemi. Menurut Alvara Research pada Juni 2020, konsumsi internet naik jadi lebih dari 7 jam sehari. Sebelumnya pada 2019, konsumsi internet harian 4-6 jam.
Sementara itu, laporan dari Hootsuite dan We Are Social menyebut ada lebih kurang 170 juta pengguna media sosial per Januari 2021. Rata-rata pengguna menghabiskan 3 jam 14 menit di media sosial.
Menurut Head of Business Marketing TikTok Indonesia Sitaresi Astarini, kondisi ini bisa dimanfaatkan pelaku usaha untuk promosi, khususnya menjelang musim belanja di bulan Ramadhan. TikTok pun mencatat interaksi pengguna naik 29 persen saat Ramadhan dibandingkan sebelumnya. Ini dilihat dari jumlah tanda suka dan komentar pengguna pada konten-konten yang diunggah.
”Ramadhan itu momentum tepat untuk brand dari semua skala, baik kecil maupun besar, untuk terhubung dengan konsumen. Pengguna TikTok pun receptive (terbuka) terhadap iklan,” kata Sitaresi dalam telekonferensi pers, Selasa (16/3/2021).
Tingginya interaksi pengguna di TikTok saat Ramadhan diprediksi terjadi lagi pada 2021. Ini tampak dari hasil survei TikTok terhadap 810 pengguna pada Desember 2020. Sebagian responden berencana tinggal di rumah. Kondisi ini mendorong tingginya konsumsi konten digital.
Sebanyak 96 persen responden berencana mengunggah konten di masa Ramadhan. Adapun 3 dari 4 responden berencana aktif di media sosial di periode itu. Tujuannya agar bisa terhubung dengan keluarga dan teman selama pandemi.
Pemilik merek didorong memanfaatkan momen ini untuk membuat konten promosi produk. Konten disesuaikan dengan preferensi audiens. Sitaresi mengatakan, audiens TikTok menyukai konten komedi, edukasi, dan inspirasi.
Konten yang diprediksi bakal banyak dikonsumsi pada Ramadhan 2021 adalah religi (78 persen), makanan (71 persen), hiburan (69 persen), unggahan dari teman atau keluarga (64 persen), informasi sehari-hari (60 persen), serta kecantikan dan mode (43 persen).
”Kunci membuat konten adalah jangan terlalu hard selling (berjualan produk). Ingat dan pelajari apa yang disukai audiens,” ucap Sitaresi.
Country Head Twitter Indonesia Dwi Adriansah mengatakan, hiburan jadi jenis konten terpopuler di Twitter selama Ramadhan. Selain hiburan (57 persen); komedi (51 persen) dan kuliner (56 persen) juga populer.
Kami buat konten di TikTok berisi tips dan trik membersihkan wajah dengan produk kami. Jadi, kontennya singkat, menarik perhatian, tetapi tidak hard selling agar audiens tidak bosan.
Adapun percakapan tentang Ramadhan 2020 meningkat 25 persen dibandingkan pada 2019. Hal ini bisa dimanfaatkan brand untuk menyiapkan strategi konten yang sesuai.
”Penting bagi brand untuk berkomunikasi dengan audiens dengan menciptakan konten yang relevan,” kata Dwi melalui keterangan tertulis, Februari 2021.
Menurut Direktur Pemasaran Kantar Indonesia Fanny Murhayati, konten pemasaran bisa disesuaikan dengan karakter milenial dan generasi Z. Sebab, keduanya sering menggunakan media sosial. Konten yang dinilai menarik perhatian adalah yang relevan dengan situasi masa kini, atau yang relevan dengan kebutuhan target pasar.
”Orang yang mengonsumsi media daring berbelanja lebih banyak dibandingkan mereka yang belanja secara konvensional. Ini peluang besar buat pelaku usaha untuk menggunakan platform daring dalam memasarkan produknya,” ucap Fanny.
Ia menambahkan, publik mengatur pengeluaran berdasarkan prioritas baru. Pengeluaran untuk mudik, membeli baju baru, dan lainnya dikurangi. Publik lebih memprioritaskan pengeluaran untuk kebutuhan pokok, produk kebersihan, dan kesehatan.
Pemilik merek kecantikan Tzuki, Putra Sastra, mengatakan, ia menggunakan platform jejaring sosial untuk promosi. Ia fokus pada kreasi konten yang kreatif dan variatif. Konten pun disesuaikan dengan kesukaan audiens.
”Misalnya, kami buat konten di TikTok berisi tips dan trik membersihkan wajah dengan produk kami. Jadi, kontennya singkat, menarik perhatian, tetapi tidak hard selling agar audiens tidak bosan. Ini berpengaruh ke peningkatan (penjualan) sebesar 400 persen pada 2020,” kata Putra.