Distribusi budaya pop Korea Selatan tidak bisa dilepaskan dari kemajuan teknologi. Platform itu menyederhanakan cara audiens mengakses hiburan tanpa batas negara.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·4 menit baca
Kompas
Iklan K-Pop grup BTS di Seoul, Korea Selatan, 30 September 2020.
Platform digital dinilai penting untuk pendistribusian budaya pop Korea Selatan ke audiens global, khususnya K-pop. Platform itu menyederhanakan cara audiens mengakses hiburan tanpa batas negara, waktu, sekaligus menawarkan harga yang terjangkau. Pelaku industri musik pun memanfaatkan ini untuk memperluas pengaruh K-pop.
Luasnya pengaruh K-pop tampak pada awal Maret 2021. Saat itu, ratusan lagu K-pop hilang dari platform streaming musik Spotify. Alasannya, kontrak antara dan Spotify dan Kakao M selaku distributor musik dari Korsel berakhir. Hal ini memicu kekecewaan penggemar.
Isu tersebut sempat populer di Twitter. Lebih lanjut, sejumlah penggemar K-pop membatalkan langganan di Spotify lantaran kecewa tidak bisa mendengar musik idolanya.
KOMPAS/ELSA EMIRIA LEBA
Tampilan halaman situs Spotify, sebuah layanan musik ”streaming” di sebuah layar komputer, di Jakarta, Kamis (9/4/2020).
Menurut laporan Music Listening 2019 dari International Federation of the Phonographic Industry (IFPI), K-pop masuk 10 besar genre yang paling digemari publik global. K-pop menempati peringkat ketujuh. Adapun peringkat pertama versi IFPI adalah pop, diikuti rock, oldies, hip-hop/rap, dan dansa elektronik.
Masih dari laporan IFPI, streaming musik menunjukkan tren positif. Interaksi publik dengan platfom streaming musik mencapai 89 persen. Publik mendengar musik melalui platfom streaming musik selama 4 jam per pekan dan melalui platform streaming video 3,5 jam per pekan. Secara umum, IFPI mencatat rata-rata orang mendengar musik 18 jam per pekan pada 2019.
Pada pekan kedua Maret 2021, Spotify dan Kakao M menyatakan bahwa kerja sama di antara keduanya telah diperbarui. Lagu-lagu K-pop yang sempat hilang kini bisa dinikmati kembali di Spotify.
”Kako Entertainment Corp (sebelumnya Kakao M) telah mencapai kesepakatan dengan Spotify. Kami akan menyediakan konten musik di Spotify untuk layanan di dalam dan luar Korea. Kami harap para pencinta musik di seluruh dunia dapat mengakses artis dan konten musiknya dengan mudah,” kata juru bicara Kakao Entertainment Corp dalam keterangan tertulis, Kamis (11/3/2021).
KOMPAS/SEKAR GANDHAWANGI
Konser bertajuk ”TVXQ Concert Circle #With” diadakan di Indonesia Convention Exhibition (ICE), Tangerang, Sabtu (31/8/2019). Ini pertama kali grup K-pop TVXQ mengadakan konser tunggal di Indonesia setelah 16 tahun.
Spotify mengaku senang dengan pembaruan kerja sama ini. Artinya, ada lebih dari 345 juta pendengar di 170 negara yang bisa mendengarkan lagu-lagu K-pop kembali. Spotify mencatat, kini mereka memiliki lebih dari 70 juta lagu dan 4 miliar playlist.
”Kami tetap berkomitmen memberi dampak positif pada ekosistem streaming musik Korea melalui kemitraan dengan para penyanyi, label, dan pemegang hak lokal,” kata juru bicara Spotify secara tertulis.
Pengamat musik Idhar Resmadi mengatakan, pengaruh dan sebaran musik K-pop tidak lepas dari perkembangan teknologi, termasuk tren streaming. Teknologi memungkinkan pendengar menikmati musik Korsel dari belahan negara mana pun dan kapan pun. Biaya aksesnya pun terjangkau.
”Platform streaming memberi akses kepada orang yang tidak bisa membeli album fisik. Belum lagi, album K-pop tergolong mahal sekali, bisa sekitar ratusan ribu rupiah. Itu karena album mereka tidak hanya menjual CD (compact disk/cakram padat), ada foto dan lainnya di situ. Masalahnya, tidak semua orang bisa beli,” kata Idhar saat dihubungi, Sabtu (13/3/2021).
Layanan streaming pun jadi penyedia akses K-pop yang inklusif. Musik digital jadi solusi alternatif menikmati album fisik yang mahal.
KOMPAS/SEKAR GANDHAWANGI
Konser bertajuk ”TVXQ Concert Circle #With” diadakan di Indonesia Convention Exhibition (ICE), Tangerang, Sabtu (31/8/2019). Ini pertama kali grup K-pop TVXQ mengadakan konser tunggal di Indonesia setelah 16 tahun. Dalam foto tampak para penggemar berpose bersama sebelum masuk ke dalam area konser.
Idhar berpendapat, teknologi tidak bisa dipisahkan dari perkembangan K-pop di dunia. Sejak mulai populer di Indonesia pada 2000-an, K-pop sedari awal menggaet penggemar dari forum daring dan drama televisi. Popularitas mereka semakin berkembang lewat konten daring pada 2010-an.
”Bisa dibilang K-pop itu anak kandung teknologi yang lahir pada era digitalisasi. Jadi, memang K-pop dan teknologi tidak bisa dipisahkan,” ujarnya.
Menurut laporan The Digital Transformation of the Korean Music Industry and the Global Emergence of K-pop yang rilis di MDPI, September 2020, digitalisasi mengubah fokus industri musik dari analog ke digital. Model bisnis mereka pun disesuaikan menurut prinsip digitalisasi.
”Industri musik Korea bukan bergelut dengan digitalisasi, melainkan merangkulnya. Hasilnya, penggemar di seluruh dunia dapat mengakses musik yang mereka produksi dengan mudah. Perusahaan hiburan Korsel dan artisnya pun berusaha memenuhi kebutuhan penggemar internasional,” kata Jimmyn Parc dan Shin Dong Kim dalam laporan itu.