Jaringan 5G Belum Merata, Ponsel Pintar Andalkan Konsumsi dan Kreasi Konten
Kemampuan merekam dan memainkan konten dengan kedalaman warna 10 bit atau 1 miliar warna menjadi daya tarik utama, ketimbang konektivitas 5G yang belum merata tersedia.
JAKARTA, KOMPAS — Memasuki 2021, teknologi jaringan 5G pada ponsel pintar memasuki fase pematangan setelah pada 2020 kebanyakan produsen ponsel pintar baru mulai membenamkan teknologi ini pada ponsel kelas teratas masing-masing.
Langkah ini telah terlihat dengan peluncuran Snapdragon 888, cipset buatan Qualcomm yang akan digunakan oleh banyak ponsel flagship tahun ini.
Memperbaiki pendahulunya, yakni seri 865, cipset seri 888 ini akan memiliki modem 5G terintegrasi. Hal ini diyakini akan memberikan efisiensi daya yang lebih tinggi, baterai lebih irit.
Baca juga: Spektrum Pita Jaringan Terbatas, Indonesia Belum Siap dengan Teknologi 5G
Namun, dihadapkan dengan belum meratanya kesiapan jaringan 5G, termasuk di Indonesia yang paling cepat di 2022, para vendor ponsel pintar cenderung menonjolkan fitur teknologi lain dengan taktik yang sudah lama teruji, yakni kemampuan konsumsi dan kreasi konten.
Jika beberapa tahun yang lalu tren perekaman video 4K menjadi selling point utama, kali ini tampaknya kekayaan warna 10 bit menjadi pilihan para vendor.
Angka 10 bit artinya menunjukkan kedalaman setiap kanal dalam warna RGB (red-green-blue). Kedalaman warna 10 bit artinya adalah kamera maupun layar tersebut dapat merekam maupun menampilkan 1,07 miliar warna. Kedalaman warna 8 bit yang sudah lumrah hanya memiliki 16,7 juta warna.
Kedalaman warna 8 bit artinya masing-masing tiga kanal dalam sistem warna RGB memiliki 2^8 atau 256 level. Jika tiga kanal tersebut digabung, ada 256^3, yakni sektiar 16,7 juta warna. Sementara dalam warna 10 bit, artinya 2^10 atau 1.024 level setiap kanal R, G, dan B. Ditotal, ada 1.024^3 atau 1,07 miliar warna.
Dengan jumlah warna yang lebih banyak, perbedaan akan terasa di saat ketika kamera memotret kondisi yang banyak memiliki gradasi warna. Pergeseran warna akan tampak lebih halus.
Cipset terbaru Qualcomm, Snapdragon 888, memungkinkan perekaman foto dengan kedalaman warna 10 bit menggunakan format foto HEIF (high efficiency image file format).
Oppo, misalnya, yang baru saja meluncurkan ponsel kelas tertingginya (flagship), yakni Find X3 Pro pada Kamis (11/3/2020) malam, menjadikan kemampuan ini sebagai selling point utamanya.
Oppo pun menyebut Find X3 Pro sebagai smartphone pertama di dunia dengan full path billion colour dan dual-flaghsip billion colour cameras. Tajuk peluncuran ponsel ini pun diberi nama ”Awaken Colour”. Dari sisi konsumsi konten, Find X3 Pro juga mampu menampilkan foto dengan kedalaman warna 10 bit dan menjalankan konten video HDR+10.
”Dengan Find X3 Pro, kita buka kemampuan warna yang sesungguhnya, dengan ragam dan coraknya. Kemampuan Find X3 Pro memungkinkan Anda merekam momen dengan kualitas luar biasa,” kata Wayne Wang, Oppo Product Manager, dalam acara peluncuran yang digelar virtual.
Untuk menunjang kemampuan perekaman foto, Oppo memilih untuk menggunakan sensor kamera yang setara untuk lensa wide normal dan ultrawide-nya. Umumnya, setiap lensa memilik modul kameranya masing-masing, dengan satu lensa utama, wide, biasanya yang diutamakan. Namun, di Find X3 Pro, lensa wide dan ultra wide sama-sama menggunakan sensor IMX766 dari Sony beresolusi 50 megapiksel.
Secara umum, melihat spesifikasinya, seperti ponsel flagship terbaru pada umumnya, Find X3 Pro tergolong ponsel yang sangat kapabel. Ponsel ini memiliki layar 6,7 inci beresolusi 3.216 x 1.440 piksel. Dikabarkan juga memiliki dua konfigurasi kapasitas memori dan penyimpanan, yakni 8 GB/256 GB serta 12 GB/256 GB. Namun, belum diumumkan kapan Oppo akan menghadirkan Find X3 ke Indonesia.
Di sisi lain, kompetitor Oppo sesama produsen dari China, Xiaomi, telah mengumumkan kehadiran ponsel Snapdragon 888-nya, yakni Xiaomi Mi 11, di Indonesia pada Selasa (16/3/2021) mendatang.
Sama seperti Oppo, tampaknya Xiaomi juga memilih kreasi dan konsumsi konten sebagai titik utama daya tarik Mi 11. Acara peluncuran itu akan menggunakan tema ”Movie Magic”.
Sejumlah outlet berita Eropa yang terlebih dahulu menjajal ponsel ini menyebut Mi 11 akan dibekali dengan sejumlah fitur kreasi konten video yang menarik. Namun, untuk kepastiannya, sebaiknya menunggu versi resmi Indonesia.
Jaringan 5G di Indonesia
Meski demikian, firma riset pasar IDC meyakini faktor jaringan 5G akan menjadi salah satu pendorong pertumbuhan pasar ponsel yang sempat lesu di masa pandemi. Pada 2021, pasar ponsel pintar akan tumbuh sebesar 13,9 persen year-to-year pada kuartal I-2021 dan 5,5 persen untuk setahun penuh 2021.
Baca juga: Jaringan 5G Privat dapat Menggantikan Wi-Fi
Akibat krisis ekonomi yang menyertai pandemi Covid-19 pada 2020, pasar ponsel pintar telah menurun 10-11 persen. Namun, IDC mencontohkan, dengan keberadaan teknologi baru seperti 5G pada ponsel Apple iPhone 12, selera pasar kembali pulih.
Catatan IDC untuk kuartal IV-2020 menunjukkan Apple mengalami pertumbuhan hingga 22,2 persen dibandingkan periode yang sama di 2019. Ini angka yang lebih besar ketimbang produsen ponsel besar lainnya. Samsung ada di posisi kedua dengan 19,1 persen; Xiaomi 11,2 persen; lalu diikuti dengan Oppo (8,8 persen), dan Huawei (8,4 persen).
Namun, masyarakat konsumen Indonesia mungkin belum akan merasakan manfaat dari fitur 5G di ponsel-ponsel baru ini. Hal ini karena ketersediaan spektrum jaringan telekomunikasi masih terbatas. Lebar spektrum yang dibutuhkan oleh jaringan 5G saat ini masih digunakan oleh siaran televisi analog.
Baca juga: Menanti Manfaat 5G untuk Semua
Padahal, jaringan 5G memiliki sejumlah keunggulan konektivitas dibandingkan dengan 4G atau yang juga dikenal dengan jaringan LTE. Teorinya, kecepatan pengunduhan atau download 4G dapat mencapai 100 megabit per detik (mbps) atau sekitar 12,5 megabyte.
Faktor jaringan 5G akan menjadi salah satu pendorong pertumbuhan pasar ponsel yang sempat lesu di masa pandemi.
Di sisi lain, kecepatan tertinggi 5G dapat diraih di pita frekuensi tertinggi (super data layer) atau mmWave mencapai lebih dari 1 gigabit per detik (gbps) atau 125 megabyte; 10 kali lipat lebih cepat dari 4G.
Untuk mengunduh satu keping DVD berisi 4 gigabyte data, dalam jaringan 5G dibutuhkan waktu sekitar 32 detik. Sementara dalam jaringan 4G ideal 100 mbps, akan perlu waktu setidaknya 320 detik atau sekitar 5 menit 20 detik.
Oleh karena itu, melalui program analog switch off (ASO) yang direncanakan tuntas pada 2 November 2022, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2021 tentang Cipta Kerja, diharapkan pemanfaatan spektrum 5G di Indonesia bisa dipercepat.
Apakah Anda tertarik jaringan 5G? Atau menunggu hingga infrastruktur sudah siap?