Kehangatan suasana penonton di kafe menjadi rindu para penyanyi dan musisi kafe yang belum tuntas terbayarkan selama pandemi melanda.
Oleh
FAJAR RAMADHAN
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pembatasan aktivitas selama pandemi Covid-19 membuat para penyanyi dan pemain band kafe kehilangan panggung. Hingga kini, mereka masih merindukan riuh tepuk tangan penonton yang sirna selama setahun terakhir. Di Hari Musik Nasional tanggal 9 Maret ini, mereka berharap panggung terbuka kembali.
Veni Dwi Prismawati (27), penyanyi asal Yogyakarta, hingga kini masih merindukan suasana manggung di hadapan penonton. Dia selalu terbayang-bayang momen berduet dengan penonton atau menyanyikan lagu koplo permintaan mereka. Keriuhan yang kerap dia jumpai di kafe atau event-event itu setidaknya sudah lenyap sejak Covid-19 mewabah, yakni pada Maret 2020.
”Yang paling saya rindukan itu tepuk tangan dari penonton. Duet dengan mereka juga. Request-request penonton juga kadang bikin suasana jadi lucu. Ada yang request lagu dangdut atau koplo. Itu yang bikin kangen,” katanya saat dihubungi dari Jakarta, Selasa (9/3/2021) siang.
Suara Veni tidak lagi bisa didengar di kafe-kafe setidaknya hingga menjelang akhir tahun 2020. Menurut dia, selama periode Maret-November 2020, kafe-kafe di Yogyakarta relatif masih sepi. Begitu pula dengan acara pernikahan, gathering, hingga makan malam.
Padahal, Veni mengaku, sebelum pandemi setidaknya ia bisa manggung 3-4 kali selama sepekan dari satu kafe ke kafe lain. Selain itu, undangan untuk mengisi acara juga hampir datang setiap akhir pekan.
Berbagai upaya sudah dilakukan Veni agar tetap bisa berkarya di masa pandemi. Salah satunya dengan membuat konser musik virtual melalui tayangan langsung di Instagram. Sayang, sambutan yang didapatkan tidak sehangat saat bersua langsung dengan penonton.
”Sangat berbeda sensasinya karena enggak ketemu penonton. Rasanya kita nyanyi kayak diri sendiri aja gitu. Enggak ada yang request, enggak ada yang kasih apresiasi tepuk tangan,” ungkapnya.
Dampak pandemi secara ekonomi juga nyata dirasakan oleh musisi-musisi daerah seperti Veni. Menurut dia, banyak temannya yang banting setir di bidang lain. Tak terkecuali Veni yang sempat beralih menjadi wirausaha di bidang kuliner.
Mendekati pergantian tahun 2021, beberapa kafe di Yogyakarta sudah mulai menampilkan lagi pertunjukan musik secara reguler. Namun, menurut Veni, pengunjung kafe yang datang masih segelintir.
”Dampaknya masih terasa sampai sekarang. Kafe yang biasanya penuh sekarang hanya beberapa meja yang terisi,” tambahnya.
Eris Azhari (29), gitaris asal Jepara, Jawa Tengah, juga merasakan dampak pandemi Covid-19. Bulan Januari-Juni 2020, dia sebenarnya sudah memiliki jadwal reguler untuk tampil setiap akhir pekan di salah satu kafe di Jepara. Jadwal tersebut mendadak mandek pada bulan Maret.
”Sekitar bulan Oktober atau November 2020 mulai ada tawaran manggung lagi. Tetapi itu pun hanya 1-2 tawaran. Sebelum pandemi aku bisa manggung 1-2 kali sepekan di kafe. Belum termasuk mengisi acara pernikahan atau gathering,” ungkapnya.
Sama halnya dengan Veni, Eris sangat merindukan kehadiran penonton di tengah-tengahnya. Euforia penonton bak doping dalam setiap penampilan Eris. Terlebih ketika tampil di panggung-panggung besar. Tanpa kehadiran penonton, dia merasa kehilangan spirit dalam bermusik.
Selama vakum dari panggung, Eris beberapa kali sempat bermusik dengan teman-teman komunitas musisi. Tetap saja hal itu belum mampu mengobati kerinduannya pada suasana panggung yang sesungguhnya. Namun, sebagai gantinya, dia memiliki kesempatan untuk menciptakan lagu.
”Pas pandemi, ada temen yang kebetulan sering main ke rumah. Ya sudah kami bikin lagu akhirnya. Sekarang sudah jadi lima lagu,” ungkapnya.
Sepinya tawaran manggung membuat kondisi finansial musisi daerah seperti Eris kelabakan. Menurut dia, pendapatan sebagai pengisi acara musik cukup menjanjikan. Dia bahkan sempat berniat untuk berhenti berkarier sebagai karyawan swasta dan fokus bermusik. Beruntung, sebelum niat itu terlaksana, Covid-19 sudah lebih dulu mewabah di dalam negeri.
”Dampaknya luar biasa, apalagi bagi musisi yang hanya mengandalkan dunia hiburan sebagai sumber pendapatan utama. Aku masih beruntung karena ada kerjaan lain, tetapi tetap berdampak karena penghasilan bermusik selama sebulan sama dengan dua kali gajiku,” katanya.
Tak sabar
Sebagai pemain kajon dan drum, Brando Dharma Putra (23), musisi asal Malang, Jawa Timur, mengaku tidak sabar kembali mengisi acara akustikan di kafe-kafe. Sejak pandemi mulai melanda hingga sekarang, dia belum pernah mengisi acara musik di kafe.
Sebelumnya, Brando biasanya rajin tampil di salah satu kafe di Malang setiap malam Minggu. ”Awal-awal pandemi masih sempat main. Lama-kelamaan sudah enggak ada panggilan lagi dari kafe sampai sekarang. Paling nge-jamaja sama teman-teman di studio,” ungkapnya.
Sebagai mahasiswa semester akhir di Sekolah Tinggi Informatika dan Komputer Indonesia (STIKI) Malang, bermusik memang menjadi kesibukan sampingan bagi Brando. Selain untuk menambah uang saku, dia mengaku puas ketika menghibur penonton.
”Saya rindu suasana main musik dilihat penonton seperti itu,” ungkapnya.
Rere (27), karyawan swasta asal Jakarta Pusat, mengaku tidak sabar untuk kembali menikmati pertunjukan musik di kafe. Pasalnya, sejak pandemi melanda, dia belum pernah lagi menjumpai pertunjukan musik di kafe yang dia kunjungi.
”Saking penginnya, kemarin pas di stasiun ada suara musik, langsung saya samperin. Ternyata benar ada yang main keroncong,” katanya.
Sebelumnya, sekelompok industri event, termasuk musik, mengirim surat terbuka kepada Presiden Joko Widodo. Isinya meminta agar pemerintah memberikan kepercayaan kepada mereka untuk kembali menggerakkan roda industri event dan pertunjukan secara bertahap dengan protokol kesehatan ketat. Surat itu diajukan oleh setidaknya 14 asosiasi, termasuk Asosiasi Promotor Musik Indonesia (APMI) (Kompas, 9/3/2021).
Sementara pada peringatan Hari Musik Nasional ini, para musisi daerah di atas juga memiliki harapan yang sama. Mereka ingin bisa segera kembali tampil di panggung apa pun. Timbul keyakinan dalam diri Eris bahwa Covid-19 akan terus berdampingan dengan manusia dalam waktu lama. Pertanyaan Eris, sampai kapan aktivitas bermusik yang dia lakoni akan terkekang?