Waktunya Buka Lagi Bukumu...
Tak hanya di Indonesia, minat baca juga meningkat di sejumlah negara sepanjang pandemi. Di Inggris, komunitas buku bahkan kebanjiran anggota baru untuk ikut mengulas buku secara daring.
Buku adalah jendela dunia. Pepatah lama ini tak kehilangan maknanya. Terlebih nyaris setahun perjalanan serasa terhenti akibat pandemi. Semua merapal cara agar dapat bertahan, bahkan melampaui batasan yang menyekat impian. Membaca buku membuka kembali kesempatan menjelajah dengan cukup di rumah saja.
Radmiadi (39) sungguh gembira menyaksikan minat membaca yang meningkat di masa pandemi. Warga Desa Kelawi, Kecamatan Bakauheni, Kabupaten Lampung Selatan, Lampung, itu menyediakan perpustakaan di rumahnya. Mereka yang berkunjung kebanyakan murid SD hingga SMA.
Rumah Baca Perahu Pustaka yang menyimpan sekitar 3.000 buku itu didirikan Radmiadi pada tahun 2016. Tamu-tamu tentu kerap diingatkan untuk mengenakan masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak. Di depan perpustakaan itu, dua wastafel permanen pun dibuat.
”Kelamaan enggak sekolah, murid-murid bosan. Dilampiaskan ke perpustakaan. Enggak tersalurkan saking rindu ke kelas,” katanya saat dijumpai di Lampung Selatan, Kamis (4/3/2021).
Sebelum pandemi, rata-rata hanya 20 orang yang berkunjung ke Rumah Baca Perahu Pustaka per hari. Kini, jumlahnya bisa mencapai 50 pengunjung. Tak hanya buku cerita, mereka yang datang juga mencari buku untuk mengerjakan tugas sekolah.
”Dulu, kebanyakan pengunjung pun pinjam lalu pergi. Sekarang, ambil buku langsung baca,” ujarnya.
Di taman bacaan itu ada fasilitas bermain yang dapat dimanfaatkan. Ada juga kegiatan mendongeng. Yang berani menceritakan buku yang dibacanya akan diberi hadiah.
Kini, Radmiadi sedang mengupayakan agar di perpustakaannya tersedia internet gratis. Supervisor Port Traffic Control PT Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan (ASDP) Indonesia Ferry (Persero) Cabang Merak itu mengharapkan dukungan pihak-pihak yang peduli agar anak-anak semakin lancar belajar.
Di Kedai Proses juga terlihat semangat yang sama. Di taman bacaan masyarakat (TBM) di Desa Cijaku, Kecamatan Cijaku, Kabupaten Lebak, Banten, itu banyak mahasiswa beraktivitas. Hampir setiap hari mereka membaca dan mengerjakan tugas kuliah. Kadang juga berdiskusi aneka topik.
”Internet gratis tersedia. Selain itu, diadakan kelas menulis kalau Sabtu dan latihan menari setiap Minggu,” ujar pendiri TBM Kedai Proses, Budi Harsoni.
Ia meyakini pengunjung tetap aman. Kedai Proses justru menjelma menjadi pendamping pendidikan di masa pandemi. Di beberapa TBM lain pun, anak-anak berhimpun untuk membaca sekaligus belajar bersama.
Selain Kedai Proses, ada juga Lumbung Ilmu di Desa Cirompang, Kecamatan Sobang, Kabupaten Lebak, Banten, yang dikelola pegiat literasi. Semangat mereka tak padam meski pandemi merebak.
Justru TBM kemudian berperan di tengah masyarakat. Pelajar akan keluar untuk mencari informasi, apalagi saat ujian tengah semester dan ujian akhir semester. ”Soalnya, TBM bukan satuan pendidikan. Jadi, kesepakatan bisa dibangun pengelola TBM dan masyarakat. Masih banyak strategi kalau TBM dikelola dengan serius,” ucapnya.
Komunitas sastra Lingkar Jenar juga tetap menggeliat untuk terus mendongkrak kecintaan pada sastra, termasuk di dalamnya membaca beragam buku sastra. Komunitas yang berbasis di Cirebon, Jawa Barat, ini, antara lain, tetap rutin menggelar diskusi yang dijuluki ”Pengadilan Teks” setiap Rabu malam.
Seperti pada Rabu (3/3/2021), Pengadilan Teks digelar dengan pendiri komunitas sastra Lingkar Jenar, Edeng Syamsul Ma’arif, bertindak sebagai hakim dan Uyung Nuha sebagai penuntut. Teks yang dibahas dalam ”pengadilan” tersebut adalah cerita pendek berjudul ”Ayah Monyet” buah karya Iis Taulyda yang juga anggota komunitas tersebut.
Edeng lantas mulai membedah cerpen karya Iis yang videonya kemudian juga diunggah di kanal Youtube komunitas sastra Lingkar Jenar. Sejak berdiri, Lingkar Jenar memang punya perhatian khusus terhadap minat baca. Sudah empat tahun hadir di Cirebon, komunitas sastra Lingkar Jenar juga beberapa kali menggelar diskusi untuk membedah buku tertentu.
”Yang sekiranya ada kebaruan dan menarik, 75 persennya mendiskusikan sastra. Pernah membaca satu buku bergiliran, tapi jadi enggak baca buku yang lain. Hanya pernah dilakukan, tapi enggak jadi prioritas,” tambah Edeng.
Minat baca naik
Gerakan komunitas berbasis dunia maya untuk menampung minat baca yang meningkat ini juga makin hidup. Sudah berjalan sejak 2018, BBB Book Club atau Buibu Baca Buku Book Club yang membuka komunitasnya lewat Instagram ini telah diikuti 17.500 pengikut dan tak terkendala pandemi.
Berawal dari perhatiannya terhadap minat baca, Puti Karina Puar, pendiri BBB Book Club, memilih ceruk tersendiri, yaitu ibu-ibu, seperti dirinya. Menurut dia, penting bagi seorang ibu untuk aktif membaca.
”Dengan aktif membaca, akan membuka wawasan dan mampu berpikir kritis. Apalagi, anak-anak kan kerap apa-apa tanya ke ibunya, ya, sehingga perlu juga bisa menyaring informasi mengingat banyak hoaks saat ini. Dengan pasangan, obrolannya pun akan lebih berisi,” ujar Puti.
Di tengah pandemi ini, memang dirasakannya ada kenaikan minat membaca dari para ibu dengan berbagai alasan. Dari lelah melihat layar gawai, ingin diet informasi, hingga mencari hobi baru.
Melalui komunitas yang digagasnya secara virtual ini, Puti membuka kesempatan bagi para ibu untuk berdiskusi mengenai berbagai macam jenis buku. Secara rutin, ia juga menggelar bincang-bincang lewat IG Live dan mengadakan program reading challenge bagi para ibu.
Mengacu pada Indeks Kegemaran Membaca 2020, skornya memang naik menjadi 54,17 dan masuk dalam kategori sedang. Dengan perhitungan aktivitas membaca masyarakat Indonesia, tercatat empat kali per minggu berdurasi rata-rata 1 jam 36 menit per hari dan jumlah bukunya rata-rata dua buku per tiga bulan.
Kenaikan minat baca pada 2020 yang bertepatan dengan pandemi ini terlihat dari tetap adanya pembelian buku meski berubah cara. Gramedia, misalnya, meluncurkan situs www.gramediapesanantar.com untuk memudahkan pelanggan bisa mencari produk dan memesan dari toko terdekat.
”Ada juga aplikasi Gramedia Digital yang sedang dikembangkan sebagai platform e-book dan audiobook. Gramedia juga bekerja sama dengan sejumlah marketplace untuk lebih menjangkau pelanggan,” kata General Manager Corporate Secretary PT Gramedia Asri Media Yosef Adityo.
Angka penjualan daring pun tercatat meningkat di tengah pandemi ini. ”Ada peningkatan penjualan signifikan dari penjualan online pada setiap tahunnya. Selama pandemi, rasionya sekitar 10 persen dari total penjualan,” ujar Yosef.
Pameran buku Big Bad Wolf yang selalu diburu juga memilih berpindah platform secara daring bekerja sama dengan salah satu marketplace. Animo masyarakat untuk berbelanja secara daring yang meningkat sepanjang pandemi sangat membantu peralihan penjualan ini. Meski kini hadir beberapa kali dalam setahun, Big Bad Wolf tetap mengatur jadwal.
”Walau daring, bazar buku online ini hanya diadakan dalam waktu tertentu, misalnya sekali penyelenggaraan hanya 4-5 hari saja,” kata Presiden Direktur Big Bad Wolf Uli Silalahi.
Untuk jenis buku, buku untuk anak tetap yang menjadi andalan dan paling banyak diburu di pameran buku ini. Selain itu, ada novel dan buku biografi yang berada di urutan terbanyak yang dibeli.
Di Perpustakaan Nasional, perkembangan perpustakaan digital juga meningkat mengingat ada pembatasan kunjungan sejak pandemi. Melalui aplikasi iPusnas, rata-rata pinjaman buku per bulan mencapai 780.000 buku. Pencarian koleksi buku, arsip, dan sebagainya menggunakan Indonesia One Search yang terintegrasi juga naik hingga 42,14 persen pada 2020.
Akses pada laman e-resources juga kian diminati. Akses tertinggi tahun 2020 terjadi pada masa pembatasan ketat dilakukan, yaitu pada Maret, April, dan Oktober. Begitu pula akses ke Khasanah Pustaka Nusantara yang memuat semua koleksi digital Perpusnas, angka paling tinggi tercatat pada Maret dan Oktober 2020.
”Pengembangan digital ini terus dilakukan, juga dengan alih media ke digital untuk memudahkan pengguna. Dengan demikian, perpustakaan dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin dalam berbagai kondisi sekaligus meningkatkan budaya literasi,” ujar Kepala Biro Hukum dan Perencanaan Perpusnas Joko Santoso.
Fenomena global
Tak hanya di Indonesia, minat baca juga meningkat di sejumlah negara sepanjang pandemi. Di Inggris, komunitas buku bahkan kebanjiran anggota baru untuk ikut mengulas buku secara daring. Di Kanada, orang-orang mulai bosan bersentuhan dengan gawai sehingga memilih buku untuk menyegarkan pikiran.
Begitu pula yang disampaikan Profesor Bernard Perbal dalam Journal of Cell Communication and Signaling melalui artikelnya, ”Neuroscience and Psychological Studies Sustain the Cognitive Benefits of Print Reading”. Kemampuan belajar manusia serta memahami (comprehension) secara signifikan lebih baik jika membaca pada material cetak. Mari kita buka buku lagi.