Sebagian orang terus mengalami gelisah berkepanjangan di masa pandemi Covid-19. Bermacam cara ditempuh agar tetap bisa menjaga kewarasan diri.
Oleh
ADITYA DIVERANTA
·3 menit baca
Satu tahun pandemi Covid-19 turut menyadarkan pentingnya kesehatan jiwa bagi sebagian orang. Kondisi itu melanda mereka dengan rasa cemas berkepanjangan. Bermacam cara ditempuh agar tetap bisa menjaga kewarasan.
Kecemasan itu dialami Sara (28). Hampir setahun terakhir, ibu rumah tangga ini berkegiatan sepenuhnya di rumah. Dia tidak menyangka satu tahun pandemi berlalu dengan nuansa sedih, terutama karena sejumlah rekan kerjanya di kantor sempat terpapar Covid-19.
Pekerjaan yang terlalu berkutat pada gawai dari rumah turut membuatnya stres. Pola bekerja itu belakangan terasa turut menggerogoti fisik, mulai dari migrain hingga susah tidur.
Belakangan, Sara makin sering berkonsultasi dengan psikolog lewat layanan telemedik. ”Sebulan ini, rasa gelisah bisa sampai membuat sakit kepala sebelah. Aku juga makin rajin konsul ke psikolog klinis,” ujar ibu anak satu ini, Minggu (7/3/2021).
Sara mendapat saran dari ahli agar mengurangi waktu berkutat dengan gawai. Dia juga diminta mengatur waktu kerja dan aktivitas lainnya di rumah secara teratur.
Dia pun harus membayar ketenangan jiwa tadi dengan disiplin waktu di rumah. Dia membatasi waktu bekerja di rumah dari pukul 09.00 sampai pukul 18.00. Lewat dari itu, dia tak lagi banyak menengok ke gawai dan pekerjaan kantornya.
Rasa gelisah berkepanjangan juga dialami Khusnul Hidayah (40). Bidan di Puskesmas Palmerah, Jakarta Barat, ini sangat khawatir terpapar Covid-19 saat awal Maret 2020. Kekhawatiran itu bahkan membuatnya susah tidur.
”Saya pikir itu kekhawatiran semua tenaga kesehatan. Sudah jam kerja kami enggak berhenti karena pasiennya ada terus, ditambah ada nakes yang terpapar bahkan sampai meninggal,” ujarnya.
Kegelisahan orang-orang itu seiring dengan survei terkait depresi dan gangguan kecemasan setahun terakhir. Hasil swaperiksa Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) terhadap 5.661 orang di 31 provinsi antara 4 April dan 7 Oktober 2020 menunjukkan, sebanyak 68 persen responden mengalami masalah kejiwaan atau psikologis. Dari jumlah itu, 67,4 persen mengalami gangguan cemas, 67,3 persen depresi, dan 74,2 persen mengalami trauma psikologis.
Ketua Umum PDSKJI Diah Setia Utami menyebut gangguan itu banyak dialami penduduk dewasa muda kurang dari 30 tahun. Sebagian dari mereka menjalani konsultasi dan pendampingan psikologi (Kompas, 15/10/2020).
Kecemasan muncul sebagai perasaan khawatir akan terjadi hal buruk, khawatir berlebih terhadap semua hal, mudah kesal atau jengkel, hingga gugup dan gelisah. Kecemasan paling banyak dialami penduduk dewasa muda yang mengkhawatirkan pekerjaan mereka sebagai sumber pendapatan dan eksistensi, hilangnya kesempatan, dan pembatasan yang berdampak luas pada kehidupan pribadi dan profesional mereka.
Psikiater Danardi Sosrosumihardjo juga mengakui makin sering menangani pendampingan psikologis kepada pasien secara telemedik. Pada masa-masa awal pandemi, dia melihat banyaknya keluhan terkait kecemasan karena situasi pandemi.
Ada pula sebagian kalangan penyintas yang berkonsultasi dan menyatakan khawatir menjadi positif Covid-19 kedua kali. ”Kecemasan itu masih tinggi sampai menjelang akhir tahun lalu. Baru di awal tahun ini, jumlah pasien yang meminta pendampingan lewat telemedik mulai berkurang,” ujarnya.
Danardi menyarankan untuk jangan ragu apabila ingin mengambil pendampingan psikologi kepada para ahli. Tahun-tahun pandemi memang berat bagi banyak orang, dan tidak semua orang mampu melalui itu.
Menurut dia, kuncinya adalah penerimaan diri meski situasinya sangat berat sekalipun. Bagi orang yang memiliki riwayat gangguan kecemasan berlebih, mungkin juga tidak cukup hanya dengan konseling, perlu medikasi agar bisa kembali pulih.
”Pandemi mungkin berat, tetapi mau tidak mau kita mesti menyesuaikan diri. Kuncinya adalah sikap menerima perubahan. Bila memang masih berat, jangan ragu untuk ambil konsultasi dengan ahli. Kita semua tidak sendiri menghadapi situasi ini,” katanya.