Kehadiran sentuhan manik-manik pula yang menjadikan setiap koleksi sarat dengan cerita serta imajinasi.
Oleh
Mawar Kusuma
·4 menit baca
Sempat kuliah desainer mode di Milan, Italia, Rufina Ayu Ananto mendirikan label Mote-mote bersama sahabatnya Fitria Sadonia. Mereka mendedikasikan karya dengan manik-manik alias mote yang imut sebagai bahan baku utama sejak 2017. Ayu dan Fitria yang kini berpartner dengan Natasha Adrianto sebagai Kepala Bengkel Kerja. Mereka sama-sama jatuh hati pada keajaiban-keajaiban bentuk yang bisa digapai dengan merangkai si manik-manik.
”Mote sangat bisa dieksplorasi, sayang kalau bentuknya itu-itu saja, padahal bisa dimacam-macamin, bisa bagus banget. Kenapa enggak membuatnya jadi signature kita? Aku mau sebisa mungkin memperkenalkan Mote-mote sebagai brand uniseks,” kata Ayu yang berperan sebagai desainer Mote-mote, ketika dihubungi Jumat (5/2/2021).
Pada pergelaran busana Nusantara Fashion Festival 2020, misalnya, Mote-mote mempertontonkan koleksi bertajuk ”Echoes”. Melalui ”Echoes”, Mote-mote menghadirkan koleksi busana, seperti jaket dari kain multitekstur yang segar ceria dengan sentuhan manik-manik sebagai aplikasi ataupun aksesori.
Dalam rupa aplikasi, manik-manik, antara lain, hadir dalam wujud bunga, potongan puzzle, atau gambar abstrak yang tidak mendominasi. Tidak seperti koleksi Mote-mote yang umumnya menonjolkan kesan sederhana, ”Echoes” memberi sentuhan suasana mewah dan megah. Karakter mewah dihasilkan dari penggunaan material pakaian yang halus, potongan presisi, dan perpaduan warna cerah.
Meski demikian, setiap tampilan tetap terasa menyenangkan untuk dipakai semua orang tanpa batasan jenis kelamin atau usia. Selain pemanggungan Nusantara Fashion Festival 2020, Mote-mote juga membawa keceriaan manik-manik di panggung mode, seperti Jakarta Fashion & Food Festival 2019 sebagai bagian dari runway ”OOTD” dan Jakarta Fashion Week 2017 bekerja sama dengan The Goods Dept.
Kesan ringkih
Mengusung konsep berkelanjutan, Mote-mote tak ingin jika produk busana ataupun aksesori yang diproduksinya hanya digunakan dalam jangka waktu pendek. Apalagi, mote sebagai material utama aplikasi serta aksesori ini identik dengan kesan ringkih. Meskipun tampak ringkih, setiap produk bisa awet dengan perawatan yang tepat.
Sejak dari pemilihan bahan baku manik-manik, riset material sudah dilakukan agar si mote bisa berumur panjang. Kebanyakan bahan bakunya memang terbuat dari plastik, tetapi plastik yang dipilih adalah yang lebih menyerupai gelas sehingga menghasilkan tekstur kristal yang agak bervolume dan berpasir.
”Kebetulan aku cari juga source sampai ke luar negeri. Setiap kali belanja, aku selalu tes dulu. Yang enggak gampang pecah. Pengin long lasting, walau terlihat ringkih. Semua handmade dibuat perajin. Terlihat ringkih, tapi strong secara kualitas,” tambah Ayu.
Kepada pelanggannya, Mote-mote selalu menyarankan pencucian dengan tangan. Jika telanjur masuk mesin cuci dan rontok, ada satu kali layanan perbaikan manik-manik secara gratis. ”Supaya enggak kapok. Harus diedukasi dengan cara dikasih free service,” imbuhnya.
Selain servis perbaikan gratis, komitmen pada lingkungan juga dibangun dengan menyediakan jasa upcycling. Pelanggan bisa membawa koleksi busana lama agar penampilannya bisa diperbarui dengan menambahkan hiasan zodiak dari rangkaian manik-manik. Desain zodiak dibuat sedikit berbeda dengan lambang bintang pada umumnya sehingga tidak terasa membosankan.
Konsep upcycling ini tidak disangka ternyata sangat diminati, terutama pada masa pandemi. Ketika produksi baju baru masih terbatas, sekitar 10 perajin di Mote-mote tetap sibuk bekerja setiap hari antara lain untuk memenuhi pesanan upcycling tersebut. ”Dari awal membuat Mote-mote enggak berpikir akan custom satu per satu. Tapi concern isu yang ramai di luar sana adalah sampah limbah baju,” ujar Ayu.
Membangun identitas
Setia pada komitmen menjadikan manik-manik ceria sebagai identitas ketika memproduksi busana sehari-hari yang menyenangkan, manik-manik pun hadir dalam setiap tampilan busana baik kasual, kontemporer, ataupun minimalis. Sebelumnya, pemanfaatan manik-manik di Indonesia lebih lekat dengan payet tradisional untuk busana kebaya pesta.
Manik-manik di Mote-mote hanya diselipkan di beberapa titik dan tidak berlebihan, tetapi mampu segera mencuri perhatian. ”Jadi dekorasi kecil. Bisa dieksplorasi jadi playful dan modern. Aku suka baju yang simple, easy to wear, tapi bosan kalau polos terus. Lalu didekorasi dikit dengan mote,” tambah Ayu.
Kehadiran sentuhan manik-manik pula yang menjadikan setiap koleksi sarat dengan cerita serta imajinasi. Koleksi bertajuk Seki Garden yang menjadi salah satu karya awal Mote-mote, lahir dari pengalaman persentuhan dengan taman cantik di Jepang. Koleksi ini menghadirkan bunga sakura hingga teratai dari rangkaian manik-manik.
Koleksi lainnya berkisah tentang kehidupan binatang-binatang di Afrika. ”Memfokuskan sesuatu yang tematik. Tiap rilis koleksi baru, tema dan ceritanya apa? Enggak pernah membuat koleksi tanpa tahu cerita di belakangnya. Playful dan modern, itu keyword yang menggambarkan Mote-mote banget,” kata Ayu.
Terus bereksplorasi dengan manik-manik, Mote-mote juga menghadirkan koleksi aksesori yang cukup beragam mulai dari cincin, gelang, kalung, hingga tali masker. Tahun ini, Mote-mote juga akan merambah untuk menghadirkan manik-manik sebagai bagian dari dekorasi rumah serta pelengkap mebel.
Berbekal kreativitas, setiap butiran imut manik-manik mampu bertransformasi melahirkan bentuk-bentuk dari imajnasi besar yang menyenangkan.