Pihaknya juga berupaya memanfaatkan momentum dengan memproduksi barang-barang yang memang tengah banyak dibutuhkan masyarakat, tetapi dalam jumlah terbatas.
Oleh
Wisnu Dewabrata dan Sarie Febriane
·3 menit baca
Industri mode harus mampu mencari cara kreatif untuk bertahan dan sukses beradaptasi di tengah kondisi pandemi. Hal itu terungkap dalam diskusi daring bertema terkait, yang digelar platform e-commerce Shopee, Selasa (23/3/2021).
Hadir sebagai pembicara utama Yusuf Ramdhani, Owner & CMO Geoff Max Footwear, dan Ria Miranda, Fashion Designer & Creative Director RiaMiranda. Dalam diskusi daring itu, keduanya berbagi pengalaman serta kiat mereka bertahan di masa pandemi yang sangat memukul daya beli masyarakat.
”Dalam berbelanja, orang menjadi semakin banyak pertimbangan. Saat membeli, mereka melihat terlebih dahulu apa yang harus diprioritaskan. Begitu juga dengan pertimbangan harga. Hal itu juga masih terjadi sampai sekarang. Akibatnya, daya beli turun,” ujar Yusuf.
Untuk tetap bisa berproduksi, Yusuf berupaya memperluas produk. Sebelumnya Geoff Max Footwear fokus memproduksi sepatu dan di masa pandemi mereka juga memproduksi sandal.
Hal itu mengikuti perubahan kebiasaan konsumen yang semakin jarang keluar rumah di masa pandemi sehingga sandal makin diperlukan. Mereka juga memproduksi ragam produk baru, seperti tas selempang atau slingbag.
Menurut Yusuf, selama ini pihaknya juga berupaya fokus memajukan dan menjual jenama ketimbang sekadar terpaku pada satu produk tertentu. Dengan begitu, dia sangat terbuka jika pada satu waktu mereknya tadi juga memproduksi jenis barang lain, yang memang diperlukan konsumen.
”Dengan begitu, kami selalu siap dengan apa pun tren yang muncul. Semisal produk alat makan sedang tren, kami akan siap saja memproduksi itu,” ujar Yusuf.
Hal seperti itu, lanjut Yusuf, dimungkinkan karena konsumen pada dasarnya sudah terikat pada jenama ketimbang produk. Dengan begitu, apa pun produk yang dihasilkan, mereka akan selalu bersedia membeli.
Sementara itu, dalam kesempatan terpisah, Ria Miranda memaparkan sejumlah langkah strategis sejak awal pandemi. Langkah awal menata ulang arus kas berikut target penjualan. Begitu juga dengan strategi skenario keuangan lainnya.
Selain itu, menggalang komunikasi terutama ke internal perusahaan agar semua tim bisa paham situasi dan kondisi sekarang serta mau beradaptasi. Pihaknya juga berupaya memanfaatkan momentum dengan memproduksi barang-barang yang memang tengah banyak dibutuhkan masyarakat, tetapi dalam jumlah terbatas.
Upaya survival juga dilakukan dengan beradaptasi terutama dengan menerapkan metode baru dalam berbisnis, seperti menggelar penjualan produk lewat media sosial. Hal itu pernah dia terapkan beberapa waktu lalu saat peluncuran sejumlah desain dan kreasi busana muslim terbarunya, diikuti pula dengan penjualan secara daring.
”Kebiasaan baru promosi secara daring selama pandemi memang akan menjadi kebiasaan normal. Dengan biaya yang efektif, pesan dari brand bisa tersampaikan. Namun, jika vaksin (Covid 19) sudah ada, saya rasa brand akan berlomba-lomba memulai kembali offline activation seperti sudah dinantikan. Atau metode hybrid juga akan mulai dijalankan dari sekarang secara perlahan,” tutur Ria menjawab pertanyaan Kompas.
Ria menyebut ada perbedaan besar antara metode penjualan daring dan luring, terutama dari rasa keterlibatan dan penjualannya. Metode penjualan luring, menurut dia, cenderung jauh lebih agresif karena konsumen punya kecenderungan luring. Meski begitu, jenamanya juga tetap pelan-pelan membiasakan diri berjualan secara daring.